Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

6 “Level” Kebahagiaan dalam Kehidupan Penulis

21 Juni 2016   01:12 Diperbarui: 21 Juni 2016   20:43 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: holidaysandobservances.net

Semua manusia yang menghuni di Planet Bumi ini, pasti mendambakan kebahagiaan, ‘kan? Karena itulah, banyak orang yang mencari kebahagiaan itu dengan berbagai macam cara, dan hasilnya berbeda beda, tergantung yang mencarinya. Ada yang mendapatkan kebahagiaan lewat materi, mendapatkan sesuatu yang diidamkan, dan masih banyak lagi.

Sesungguhnya, kebahagiaan manusia ada berbagai tingkatan, ya bagaikan ‘anak’ pada tangga yang kita naiki, dari posisi terendah, hingga tertinggi. Tingkatan-tingkatan (levels) itulah yang perlahan tapi pasti, kita lalui, tak peduli suku, agama, status, pekerjaan serta bidang yang diminati. 

Termasuk kita, yang berkecimpung di dunia tulis-menulis. Nah, semakin tinggi tingkat pendidikan dan kedewasaan seseorang, semakin tinggi dan abstrak pula kebahagiaan yang diperoleh.

Berdasarkan apa yang saya baca di buku Life’s Journey dan Ungkapan Hikmah karya Pak Komar, terdapat enam tingkatan kebahagiaan pada kehidupan seseorang, terutama para penulis. Apa sajakah itu? Yuk, saya akan membahasnya satu per satu.

Level 1: Physical Pleasure

Kebahagiaan yang didapatkan secara fisik, layaknya yang dilakukan oleh hewan, seperti makan, minum, seks, dan rasa aman. Inilah kebahagiaan dasar yang harus didapatkan oleh semua manusia yang berada di dunia ini. 

Bisa dibayangkan, ‘kan, jika tidak mendapatkan keempat hal tersebut? Kita tidak akan bisa hidup, tumbuh, dan berkembang.

Meskipun demikian, bukan berarti dunia kepenulisan melewatkan kebahagiaan yang satu ini. Sebagai contohnya yang dilakukan blogger dan penulis buku yang berkecimpung di bidang kuliner. 

Mereka rela meluangkan waktunya ke restoran, rumah makan, dan tempat-tempat kuliner lainnya, melihat hidangan yang disediakan, kemudian mencicipi serta menikmati sajian, baik makanan dan minuman yang disuguhkan.

Habis menikmati sajian kuliner, lalu diapakan lagi? Para blogger dan penulis akan mengabadikan hasil pengalamannya lewat tulisan dan foto, lalu dipublikasikan di berbagai media. 

Coba kalau mereka tidak melakukan hal itu, kita tidak akan mengetahui serta mengenal berbagai makanan khas Nusantara, maupun sajian khas dari berbagai negara lain.

Level 2: Intellectual Happiness

Setelah dipuaskan dengan kebahagiaan fisik, rasanya hidup ini ada yang kurang, ya. Karena itulah, tahapan kebahagiaan kita naik ke level berikutnya, yaitu kebahagiaan intelektual. Kebahagiaan itulah yang paling sering dirasakan oleh kita, para penulis, jurnalis, maupun blogger. 

Bahkan, dengan kecerdasan dan rasa ingin tahunya, kita bisa meraih rasa kepuasan yang lebih tinggi dan abstrak, melebihi kenikmatan dan kelezatan makanan dan minuman yang kita konsumsi.

Kita bisa meraih kebahagiaan ini dengan cara aktivitas intelektual tentunya, yaitu membaca dan menulis. Terlebih lagi, jika kita menjalani kehidupan sekolah dan pendidikan sesuai bidang yang kita sukai. Pastinya, ilmu yang didapatkan akan berguna di masa depan.

Bagi penulis dan blogger, jika ada inspirasi datang setelah menelusuri kenangan, pengalaman, juga pengetahuan, pasti mereka akan merasa senang dan mereka ingin terus berkarya lewat tulisan. 

Bagi jurnalis, kebahagiaan didapat jika berhasil mendapatan informasi baru lewat wawancara, kemudian menuliskannya serta dimuat di berbagai media.

Khusus untuk penulis pemula dan yang sedang belajar menulis, mereka akan merasakan kebahagiaan jika tulisan mereka dinilai berkualitas sehingga dimuat di media cetak maupun diterbitkan di penerbit mayor. 

Kalau di Kompasiana sendiri, tentu saja tulisannya masuk ke kolom headline. Dengan pencapaian ini, akan melecut semangat mereka untuk terus menulis, siapa tahu menulis akan menjadi passion dan hobi baru kedepannya, iyaa ‘kan?

Level 3: Moral Happiness

Selanjutnya, kita akan masuk ke tahapan kebahagiaan moral. Kita mengubah tujuan kita dalam menulis, yaitu untuk berbagi dengan niat yang baik. 

Mengapa? Kita pasti akan merasa senang jika tulisan kita bisa memberi manfaat bagi orang banyak. Menulis, selain untuk mengawetkan pemikiran kita sehingga bisa dinikmati oleh generasi mendatang, juga bisa membuat hidup kita menjadi lebih berarti.

Level 4: Social Happiness

Saat kita berbagi lewat tulisan dan mendapatkan respons yang baik, seketika pembaca, juga penulis buku ingin berjumpa dengan yang menuliskan buku tersebut, terutama lewat acara bedah buku. 

Kalau di dunia blogging, ingin mengadakan kopi darat (kopdar) dengan sesama blogger. Disitulah penulis akan mendapatkan kebahagiaan lainnya, yaitu kebahagiaan sosial.

Nah, ketika pertemuan itu terjadi, pastinya si penulis, jurnalis, juga blogger akan berkenalan dengan banyak orang. Dan bukan tidak mungkin, akan mendapatkan banyak kawan dan sahabat baru yang kelak akan menemani perjalanan kehidupan. Tentu, kita akan merasakan senang, juga bahagia, ‘kan?

Level 5: Aesthetical Happiness

Terkadang, ketika telah melewati masa-masa kehidupan bersama teman dan sahabat, kita merasa jenuh dan ingin menyegarkan diri (refreshing). Apalagi kalau bertemu dengan hari liburan, kita akan menghabiskan waktunya dengan berbagai cara, salah satunya berkunjung ke galeri kesenian, misalnya ke museum untuk melihat lukisan dari maestro yang sangat indah. 

Bagi yang suka dengan keindahan alam, pastinya kita akan pergi berlibur di obyek wisata alami seperti pantai, danau, maupun gunung.

Ini semua dilakukan agar kita dapat memenuhi kebahagiaan akan keindahan, serta mengagumi karya seni yang begitu cantik, terlebih lagi hamparan alam di muka bumi yang merupakan masterpiece teragung dariNya. 

Selain itu, berlibur bisa menyalurkan nalurinya sebagai makhluk pengembara (ingat apa yang pernah saya bahas di tulisan ini), juga bisa meraih kebahagiaan yang lain (intellectual) jika blogger dan penulis berkarya lewat rangkaian kata, juga disertakan dokumentasi foto yang terbaik tentunya. 

Berkat hal tersebut, secara tidak langsung kita mempromosikan keindahan alam pada obyek wisata di suatu negara, terutama negeri kita, kepada dunia bukan?

Level 6: Spiritual Happiness

Dan jangan lupa juga, ada kebahagiaan yang tertinggi, yang terkadang dilupakan oleh kita selaku manusia, makhluk ciptaanNya. Yup, kebahagiaan spiritual. Kebahagiaan sejati yang hanya bisa didapatkan jika kita mendekatkan diri pada Sang Pencipta. 

Dengan cara itulah, dalam diri kita tumbuh rasa syukur atas karunia yang Dia berikan, tentu saja termasuk potensi, bakat dan kemampuan dalam menulis. Pada akhirnya, karunia dariNya itulah yang diharapkan akan menghantarkan kita dalam berkarya, yang lebih bermakna.

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun