[caption caption="Menghindari “Sistem Kebut Semalam” Saat Menulis"][/caption]Tahukah kalian, waktu kalian duduk di bangku sekolah dan tiba-tiba guru hendak mengadakan ulangan harian? Bagi yang tidak belajar sejak awal alias memasuki bab yang baru, pasti mendadak mempersiapkan diri untuk menghadapi ujian, bukan? Kalaupun sang guru melarang kalian untuk menyontek, kalian tentu mencari cara, agar nilai ujiannya, sempurna! Iyaa ‘kan?
Salah satu cara yang akan ditempuh kalian dalam belajar adalah, belajar dengan sistem kebut semalam atau yang biasa disingkat SKS. Maksudnya, belajar materi pelajaran yang hendak diujikan sehari sebelumnya, terutama pada malam hari. Nah, banyak pelajar yang melakukan hal seperti itu, kecuali yang rajin belajar dan mengulang pelajaran ya. Padahal, metode belajar seperti ini, tidak baik untuk kita, lho!
Pasalnya, otak yang berada di kepala kita ini, tidak bisa untuk menampung informasi jika terlampau banyak. Gak bakal mampu! Mekanisme otak dalam memasukkan informasi dan ilmu pengetahuan, pasti dilalui dengan sedikit demi sedikit, memproses informasi di hippocampus, dan berakhir dengan penyimpanan informasi pada memori jangka panjang.
Proses tersebut tak ada artinya jika kita tidak mengulang-ulang informasi maupun materi pelajaran. Itulah mengapa, para pelajar dan mahasiswa dianjurkan mengulang pelajaran ketika di rumah setelah mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah maupun kampus, apalagi kita, yang selesai membaca satu bab tertentu, agar ilmu yang menempel di benak kita, terlekat terus sepanjang hidup!
Ketika ulangan atau ujian dimulai, semua kemampuan kita dikerahkan dan ilmu yang kita pelajari harus dikeluarkan untuk menjawab soal-soal yang ditanyakan, baik pada kertas, maupun di monitor (metode UN yang akan diadakan bulan April nanti). Haram bagi kita untuk melihat materi pelajaran sebab termasuk dalam bentuk kecurangan. Artinya, kerjakan semampunya!
Nah, bagaimana dengan kegiatan menulis? Iyaa sama seperti itu. Hanya saja kita “mengeluarkan” ilmu yang kita miliki, dengan cara merangkai kata, tentunya menggunakan pikiran dan gaya tulisan kita sendiri. Kalau menulis dengan melihat “materinya”, itu nyalin namanya! Hehe :D
Kalau begitu, apa jadinya kalau mengerjakan sesuatu yang pakai ilmunya, diawali dengan belajar pakai SKS? Pasti hasil ulangannya, juga hasil tulisan kita akan hancur berantakan, bukan? Karena apa? Materi yang dipelajari dengan cara tersebut, pasti lupa alias hilang sebagian besar di benak kita saat mengeluarkan pengetahuannya. Dibanding dengan belajar yang tepat, “menyicil” sedikit demi sedikit materi pelajaran bisa membuat hasil kerjanya, lebih maksimal!
Mempersiapkan Menulis untuk Peringatan Tertentu atau Hari Jadi Seseorang
“Hari Bumi masih tinggal sebulan lagi, halaaah masih jauh! Kalau udah sehari sebelum hari H, saya akan menulis artikelnya deh!”
“Dua hari lagi, Menteri Pendidikan kita akan berulang tahun. Saya akan menuliskan biografi aja ah, sekarang!”
Bagi orang yang memang telah memiliki pengetahuan sebelumnya tentang peringatan hari penting dan hari jadi seseorang, tidak masalah kalau sehari atau dua hari sebelumnya bisa menulis artikel tentang itu. Tapi dua kalimat yang diucapkan di atas bisa tidak tepat jika kita ternyata tidak memiliki pengetahuan tentang itu.
Wahai para blogger yang budiman! Bertanyalah pada diri kita ketika melihat daftar hari penting dan tanggal lahir seseorang, sudah siapkah kita dengan pengetahuan tentang hal tersebut yang hendak kita tuliskan? Kalau belum, apa yang harus kita lakukan?
Jauh-jauh hari, menghadapi UN maupun tes masuk sekolah maupun universitas, rela dipersiapkan dengan les, try out, dan latihan-latihan soal yang membutuhkan waktu selama beberapa bulan. Begitu juga dengan menulis untuk menghadapi waktu penting itu!
Taruhlah misalnya, sebulan sebelum peringatan hari penting dan hari lahir seseorang, bacalah artikel di berbagai sumber, baik buku, koran, internet, dan lain-lain. Pelajarilah dan ingat kembali materi tulisan kita, agar semakin paham dan menguasai topik yang akan kita tuangkan lewat tulisan. Tapi, kalau materi tulisan berdasarkan pengalaman sehari-hari, boleh juga tuh!
Misal, kalau kalian mau buat tulisan tentang Hari Air, bisa kok membaca tentang tips menghemat air di berbagai media, atau bisa juga pakai pengalaman kalian dalam menggunakan air secara bijak. Atau pas Ratu Elizabeth II merayakan hari jadinya, boleh juga baca-baca artikel yang berkaitan dengan ratu Inggris yang saat ini berkuasa itu, lalu dari referensi tersebut, kalian dapat membuat tulisan biografi tentang beliau!
Tapi, bagaimana kalau referensinya ternyata kebanyakan berbahasa asing, bahasa Inggris misal? Kalau blogger yang mahir berbahasa Inggris maupun bahasa asing lainnya, ‘kan lebih mudah memahami teks asing tersebut kemudian menuliskannya dengan bahasa kita. Tapi, bagaimana dengan yang belum maupun tidak bisa menguasai bahasa Internasional itu?
Menerjemahkan artikel dengan mesin pencari, bisa digunakan untuk memahami artikel yang hendak kita gunakan dalam menulis. Tapi, karena mesin pencari memiliki kemampuan terbatas dalam mengalih-bahasakan teks, tentunya kita harus berperan aktif dalam menuliskan kembali apa yang kita pahami dari artikel tersebut, ke bahasa kita. Caranya bagaimana? Rangkaikanlah apa yang kita kuasai dari sumber artikel asing tersebut, dalam bahasa kita sendiri, yang mudah dipahami. Pastinya, dengan gaya tulisan kita sendiri, bukan hanya nyalin, ya!
Oh ya, ada lagi, kalau misalnya ide yang berkaitan dengan hari penting maupun hari lahir seseorang, tiba-tiba datang, padahal harinya masih jauh? Tidak apa-apa, tulis aja. Itu lebih baik ketimbang dipendam begitu saja. Bukankah kalau ide yang tidak dicatat, akan hilang?
Menulis yang Berkaitan dengan Berita dan Topik Tertentu
Menulis artikel, tidak melulu berdasarkan pengalaman, bacaan, maupun orbrolan saja. Ada pula tulisan-tulisan kita yang terlahir setelah kita membaca berita. Di Kompasiana, tentu kita menemukan banyak tulisan opini tentang isu dan topik tertentu yang sedang hangat dibicarakan, ya tergantung sudut pandang penulis. Ini semua tergantung pada pendidikan, pengalaman, dan pekerjaan si penulisnya sendiri.
Tapi, terkadang banyak blogger, terutama Kompasianer yang berlomba-lomba untuk menayangkan tulisannya, agar dianggap lebih aktual. Itu sah-sah saja asalkan mereka sudah siap dengan materi yang hendak kita tuliskan. Yang paling “berbahaya” itu, ketika kita menulis dengan terburu-buru tanpa menyempatkan diri untuk melakukan perbaikan. Hal ini bisa merusak tulisan kita dan banyak ralat di sana-sini. Jelas saja, perbuatan tersebut kurang bijak, bukan?
Karena itulah, setelah kita membaca isu dan topik teraktual dalam berita, mendapatkan inspirasinya, dan siap dengan pengetahuan serta pendapat yang berkaitan dengan topik, tuliskan aja, ya seperti menulis tentang hari penting maupun hari lahir seseorang ketika mendapatkan ide menulis, sebagaimana yang telah saya jelaskan di atas. Jangan tunda lagi! Biarkan gagasan dalam pikiran mengalir pada rangkaian kata-kata.
Tapi, kalau misalnya ketika menulis, ide kita sedang macet? Istirahatlah, jangan dipaksakan. Beri kesempatan pada otak kita untuk melakukan brainstroming, pengumpulan ide-ide kembali. Kalau sudah dapat, segera tuliskan lagi! Jika sudah selesai, segera sunting, dan revisi. Maka tulisan kita siap untuk diunggah.
Nah, bagaimana kalau tulisan kita berisi reportase langsung yang berkaitan dengan suatu kejadian atau topik? Kalau sudah dicatat peristiwanya langsung di lokasi, ya tulis dengan bahasa sendiri. Ingat, harus pelan-pelan ya nulisnya, agar hasil tulisan kita tetap baik.
Cara-cara seperti ini, ada baiknya diterapkan saat hendak menulis apapun jika ada inspirasi datang, di sembarang waktu, Oke?!
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H