Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

"Muhasabah" dalam Menulis

28 Januari 2016   09:10 Diperbarui: 10 September 2016   11:16 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: Shutterstock"]

[/caption]Saya membaca pengumuman terbarudari pihak Admin Kompasiana, bahwa pihaknya akan menghadirkan fitur “Crossword Filtering”, yang akan digunakan pada tanggal 1 Februari nanti. Memang, fitur tersebut tidak terlihat di situs Kompasiana, apalagi tidak tersedia pada fitur yang digunakan pada user alias Kompasianer. Justru pihak Adminlah yang akan memanfaatkan fitur tersebut untuk “membantai” artikel yang kata-katanya melanggar syarat dan ketentuan dari Kompasiana. Yesss, saya dukung!

Sesuai namanya, crossword filtering adalah menyaring kata-kata sarkastis atau kasar, negatif maupun jorok sebelum tulisan-tulisan yang diunggah di Kompasiana tampil di hadapan publik untuk dibaca dan dimanfaatkan. Walaupun huruf dari kata-kata tersebut telah diganti oleh simbol, tetap akan kena sensor lewat moderasi dan kurasi sebelum artikel tayang, bukan?

Waah, saya jadi teringat, beberapa tahun yang lalu ada kebijakan dari Admin untuk moderasi artikel, bedanya bagi pengguna yang terverifikasi, artikel langsung tayang, kalau belum, ya kena moderasi, diperiksa sebelum lolos tayang. Kebijakan tersebut menuai kontroversi dari para Kompasianer, ya akhirnya gak jadi diberlakukan, deh. (semoga kata-kata saya gak salah!)

Sekarang, kebijakan moderasi datang lagi, untuk yang kedua kali, dan segera dieksekusi rencana itu. Ya apalagi kalau bukan demi menciptakan artikel yang lebih berkualitas. dan yang paling penting, menurut saya, biar konten yang dihasilkan aman untuk dibaca, bebas polemik SARA, sarkastis, dan hal-hal yang menjijikan.

Terlebih sekarang ini, pengguna (juga pembaca Kompasiana) telah menyentuh ke semua umur. Tidak hanya lansia, kini juga telah menyasar ke anak SD dan mulai belajar menulis di sini. semoga, pengguna cilik bisa mengasah bakatnya, biar bisa berguna di masa depan, ya!

Kembali lagi. Meskipun Admin berencana untuk memeriksa setiap artikel yang tayang, bukan berarti Kompasianernya bebas tak terbatas untuk merangkai kata. Hati-hati lho yang sering menulis artikel dengan menggunakan kata-kata negatif tersebut. Boleh mempertahankan gaya bahasa sebagai ciri khasmu, tetapi penggunaan kata-kata untuk menulis, cobalah diganti dengan yang baik, biar tak melukai hati pembacanya, ok!

Dan, mulai sekarang para Kompasianer, blogger, penulis, harus menggunakan kata-kata yang baik ya dalam menulis, baik menulis dengan gaya biasa maupun gaya yang unik-unik dan puitis sekali. itu sudah berkontribusi juga untuk perkembangan dan nilai menulis baik di blog maupun di buku, juga para Admin yang “mengawasi” tulisan kita. Mengapa?

Sumber: http://inipc.blogspot.co.id

Di zaman modern ini, kebanyakan dari kita itu, menulis. Menulis status, tweet, maupun di blog dan juga buku. akan tetapi, tulisan di blog dan di buku itu, memiliki nilai yang paling tinggi dibanding tulisan di medsos, meskipun ada juga tulisan di medsos yang bermanfaat juga. Karena apa? Nilai pengetahuannya. Tulisan di buku itu sangaat mendalam, apalagi di blog yang juga memiliki kualitas tulisan yang bagus. Tulisan-tulisan tersebut, tentu saja ada ilmu yang berguna, dan penjelasan pada tulisan tersebut malah lebih lengkap dibanding tulisan di medsos.

Nah, biasanya, semakin banyak jumlah kata-kata dalam tulisan tersebut, apalagi tulisan yang membahas satu tema, tulisan tersebut semakin mendalam. Bayangkan, jika satu tweet di Twitter adalah 140 karakter, mau menulis pengetahuan di twitter, malah kurang dan tidak mencukupi. Kalau di facebook sih masih bisa nulis panjang, tapi malah melelahkan bagi yang lebih suka baca status pendek dari penggunanya, bukan? Kalaunetizen yang lebih suka nulis panjang, lebih cocok kalau nulis unek-uneknya diblog. Simple, ‘kan?

Selain itu, tulisan-tulisan yang kita buat dan ditampilkan di berbagai media itu mendidik, mencerahkan, apalagi bisa mengubah dunia dengan hal-hal baik. Bayangkan saja! Kalau pada tulisan-tulisan kita, ternyata mengandung kata-kata negatif? Sisi edukasinya akan berkurang, bahkan akan hilang. Dan tidak hanya itu, tulisan-tulisan kita di berbagai media, medsos, maupun di blog, bisa mencerminkan diri kita selaku penulisnya, lho!

Pantas saja, kalau Kemendikbud memerintahkan menarik buku-buku pendidikan, setelah dicek dan mengandung unsur radikalisme dalam tulisan-tulisannya. Intinya, seperti yang pernah saya jelaskan disini, apa yang kita dapat informasinya, lewat bacaan dan sarana apapun, akan masuk ke dalam otak dan hati, dan akan berpengaruh pada jiwa dan perilaku kita. Terlebih pada zaman sekarang ini, sekarang banyak kok netter yang mulai selektif dan memilih tulisan-tulisan yang baik secara keilmuan, maupun pemilihan kata-kata dalam tulisan.

Karena itulah, dalam setiap perbuatan, perlu kita lakukan evaluasi. Waktu kita sekolah, tentu ada ulangan atau ujian setelah kita belajar, bukan? Apalagi dalam menulis, kita butuh yang namanyamuhasabah dalam setiap tulisan-tulisan kita. Mengoreksi dan introspeksi diri apa yang (telah) kita tuliskan, menuangkan ide di pikiran kita, menjelma menjadi rangkaian kata.

Bagaimana cara introspeksi diri dalam menulis?

Setiap yang telah kita tulis, baik yang sudah terlanjur tayang maupun masih di dalam draf, tanyalah pada diri sendiri, apakah saya telah menulis sesuatu yang baik? Apakah masih kurang atau salah? Kalau ada, kalau tulisan kita masih di draf, tambahkanlah atau perbaikilah kata-kata yang kurang baik menjadi enak dibaca tanpa melukai hati orang lain.

Ditambah lagi, setiap kata-kata yang asing maupun tidak baku, sebaiknya diubah ke huruf miring, biar bisa dibedakan dari kata-kata dalam Bahasa Indonesia. Ini yang sering kita lupakan dalam menulis, dan butuh waktu lho untuk menyempurnakan tulisan kita sebelum dibaca orang lain! Apalagi, kegiatan tersebut sekaligus kita belajar menjadi editor, apalagi editor tulisan sendiri! Hehe :D

Bagaimana dengan kutipan? Boleh saja dalam menulis, asal jangan terlalu banyak, dan jangan lupa, sertakan sumber kutipannya. Selebihnya, kita menulis dengan pikiran sendiri, asalkan isi tulisan yang kita rangkaikan itu masuk akal. Atau jika yang kita tulis tersebut ada referensinya, usahakan kita menulis dengan gaya tulisan kita sendiri, ya!

Tapi, kalau sudah terlanjur tayang dan dibaca oleh moderator sebelum ditempatkan di kolom tertentu, terlebih sudah “naik tingkat” ke kolom headline yang tulisannya sudah siap baca ke hadapan publik, tabu bagi kita untuk memperbaiki atau merubah tulisan kita yang ada salahnya atau kurang. Alangkah baiknya, kalau jika ada yang kurang dari tulisan tersebut, malah memberikan kita ide untuk membuat tulisan baru.

Oiya, sebaiknya dalam menulis maupun berencana untuk menuangkan ide ke dalam kata-kata, kehati-hatian dan kecermatan dalam menulis sangat diperlukan. Karena, saking asyiknya menulis dan idenya mengalir bebas ke berbagai media, terkadang kita lupa, kata-katanya ada yang negatif, kata-kata asing yang tidak ada di KBBI yang tidak ditulis miring, bisa berpengaruh pada tulisan kita, bukan?

Ada lagi, hendaknya kalau menyisipkan foto, sebaiknya diperhatikan sumber foto, baik dokumentasi pribadi, orang lain, maupun foto-foto di Internet. Jangan lupa, dicantumkan sumbernya! Terlebih jika foto yang sumbernya dari internet, jika menyisipkan terus tidak dicantumkan, dikhawatirkan malah kita yang mengklaim fotonya, dan urusan hukum bisa berbuntut panjang. Ingat, setiap foto memiliki hak cipta, dan kita wajib untuk menghormati hasil karya orang maupun pihak lain.

***

Setelah membaca tulisan ini, yuk kita berkaca, ada tidak yang salah dalam menulis? Saya yakin, pasti ada kurangnya, walaupun secara isi tulisan kita sudah cukup baik. Jangan-jangan, ada kata-kata kurang berkenan atau kata asing yang dibiarkan tegak, yang terselip di setiap tulisan kita.

Atau, pernahkah kita mendapatkan teguran Admin lewat pesan karena melanggar hal-hal tertentu? Ini yang harusnya untuk cermin diri, untuk memperbaiki tulisan kita, apalagi saya yang masih belajar menulis, setidaknya memimimalisir kecerobohan dalam menulis, supaya kesalahan dalam menulis dapat dihindari.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun