Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kaleidoskop Kompasiana 2015: Ketika Kegiatan Menulis Terasa lebih Bermakna

31 Desember 2015   04:00 Diperbarui: 8 Agustus 2016   09:17 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Memang tidak banyak apa yang saya dapatkan selama berkompasiana, pada tahun 2015 ini. Maklum saja, pada periode ini saya masih fokus belajar menulis (dengan bahan tulisan yang apa adanya), mengemas opini yang menjadi mayoritas dan andalan saya dalam menulis, menjadi tulisan yang enak dibaca.

Nah, jangan harap saya mendapatkan hadiah terindah dari Kompasiana sepanjang tahun ini. jangankan souvenir, diundang ke Istana saya tidak beruntung mendapatkan kesempatan itu!

Setidaknya ada berbagai pengalaman dan hadiah dari pihak lain, yang tidak akan terlupakan, berkat semangat saya menulis di blog keroyokan ini. sudah barang tentu, tulisan saya menyebar ke mana-mana lewat beberapa situs lain, kalau istilah lainnya sih, di-comot. Tapi, untuk situs kompas.com dan tribunnews.com, tidak ada satu pun tulisan saya yang dimuat di sana. Mengapa? Karena tidak ada artikel yang memenuhi syarat untuk dipajang di sana. Memang tulisan saya minim reportase sih....

Karena menulis di Kompasiana pula, saya didaftarkan jadi kontributor sebuah situs penyalur gagasan di Indonesia, lewat artikel saya yang terpampang di sana. Tapi, saya akan setia menulis di Kompasiana dengan segala kelebihannya, selain saya tidak begitu suka mengurus akun medsos saya yang sudah terlampau banyak!

Mengingat pada tahun ini saya telah merasakan jatuh bangun menulis di Kompasiana, saya telah mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, untuk belajar menulis, dari tulisan yang “asal-asalan” dan penuh kritik yang keras menjadi tulisan yang baik dan bermanfaat, meskipun tulisan saya masih jauh dari sempurna. Kecerobohan, tulisan saya dinilai tidak masuk akal, pencapaian satu artikel saya yang meraih belasan ribu, semuanya telah dilalui dengan senang hati. Tidak terasa ya!

Baca juga:Keajaiban Berkompasiana, Antara Tersadar Kebodohan dalam Menulis sampai Bertemu Anak Berprestasi

Jika dilihat di statistik, saya telah menulis artikel sebanyak dua ratusan lebih, belum lagi yang artikel yang ditulis namun dihapus, dan beberapa yang dipindahkan di blog pribadi saya. Alhamdulillah jumlah pembaca artikel di Kompasiana secara keseluruhan adalah 125ribu, dan hanya sanggup mengoleksi artikel sebanyak 65 Headline, sedangkan 155 artikel (termasuk artikel ini) terpilih menjadi Artikel Pilihan sepanjang tahun ini.

Nah, pada tahun ini pula, saya bisa mendapatkan empat buku yang menginspirasi.Ups, gak semuanya gratis lho! Buku Inilah Saatnya untuk Action dan Biografi Dominic Brian saya beli di Gramedia Atmo dan pesan online di situs resminya, serta buku Beranda Rasa dan Sehangat Matahari Pagi diberikan langsung via Pak Thamrin Sonata. Semuanya, berawal dari semangat saya mengabadikan peristiwa dan opini, di Kompasiana! (lihat gambar utama)

Menemukan Liburan yang Bermakna, Berkat Berkompasiana

Sebelum saya bergabung di Kompasiana, memang liburan saya jalani dengan apa adanya. Gak ada catatan khusus tentang pengalaman saya di buku, kecuali di pikiran, sedangkan fotonya—paling foto selfie. Memang sih serius, tapi sudah dilalui sekian lama, ya sedikit banyak saja yang ingat, iyaa kan?

Semenjak saya bergabung di sini, saat liburan, saya merasakan hal-hal yang bermakna. Lihat saja, beberapa artikel yang ditulis berdasarkan hasil liburan saya di Palembang, pada akhir Mei lalu. Beberapa obyek wisata dan satu event penting yang telah saya sambangi. Sayangnya, satu event lainnya terpaksa saya tidak kesana, karena diadakan malam hari. Saya tak berani!

Setidaknya, dengan mengabadikan waktu liburan lewat tulisan, maka perjalanan kita di dunia akan teringat selalu, serta mengambil pelajaran apa yang kita alami.

Mau bukti? Naah, saya kasih salah satunya: pada saat Kompasiana baru masih dalam tahap ujicoba, saya sedang berada di Palembang, untuk menghabiskan liburan keluarga. Kebetulan, Dominic Brian juga berada di kota Pempek itu, untuk mengikuti sebuah acara Pintar Matematika. Ketika saya melihat pengumuman itu di toko buku Gramedia Atmo, dan ada nama Dominic Brian, muncul semangat saya untuk mengabadikan event talkshow buku di Kompasiana, akhirnya, saya bertemu dengan Brian, mengetahui kiprahnya dalam meraih prestasi, dan membeli buku Inilah Saatnya untuk Action serta ditandatangani olehnya. Talkshow inilah yang diabadikan dan menjadi artikel reportase perdana di Kompasiana.

Rasa penasaran saya akan sosok Brian pun berlanjut dengan membeli buku biografinya. Sayangnya, setelah dicari-cari di dua toko buku Gramedia di Palembang, malah tidak ada. akhirnya, saya pesan buku tersebut lewat situs resminya, yang pada akhirnya dalam waktu belasan hari, saya dapat buku biografi yang menginspirasi itu.

Selengkapnya, kalian bisa membaca di:

Talkshow dan Bedah Buku “Inilah Saatnya untuk Action” Bersama Dominic Brian

Biografi Dominic Brian: Ketika Bakat Generasi Muda Diasah Menjadi Prestasi Tingkat Dunia

Tulisan Saya Dimuat di Beberapa Buku Keroyokan!

Dengan menulis di Kompasiana, harapan saya untuk punya buku (meskipun keroyokan), tak sebatas mimpi! Hal ini dibuktikan ketika dua tulisan saya (untuk pertama kalinya) dimuat di buku tentang Pak Tjiptadinata, Sehangat Matahari Pagi. Walaupun sebenarnya bukan buku biasa—dimana artikel, komentar, dan puisi tentang beliau berkumpul jadi satu, setidaknya jadi langkah awal untuk buat buku sendiri, yaa entah sampai kapan. Soalnya, artikel untuk buku dalam satu tema tersebut masih sedikit dan nulisnya harus dicicil, yaa jika ada ide sih.

Selain itu, di dunia fiksi, tulisan-tulisan saya juga dimuat di dua buku kolaborasi dari event Komunitas Fiksiana, lho! Diantaranya Fiksi Surat-menyurat dan Puisi untuk Jokowi. Tapi, untuk pencetakannya, mungkin masih dalam tahap antrian, mudah-mudahan bisa berjalan lancar, ya!

Dua Inspirator Sepuh dan Pemuda yang Mengajarkan Kehidupan

Tak peduli usianya, tua dan muda, mereka pasti mempunyai pengalaman hidup yang memilki satu kesimpulan, tentang apa yang harus dihadapi untuk menjalani kehidupan, meskipun pengalaman hidup tersebut berbeda-beda, sesuai takdirnya masing masing.

Pak Tjiptadinata, berdasarkan tahun lahirnya, beliau dilahirkan pada era pra baby boomers. Sedangkan erababy boomers sendiri—sesuai namanya, adalah zaman dimana bayi dilahirkan secara besar-besaran pasca perang dunia II. Meskipun generasi tersebut terlihat “kuno”, namun generasi tersebut telah memiliki pengalaman hidup yang lebih kaya. Benar juga ya.

Lain halnya dengan Dominic Brian, dia termasuk remaja yang lahir pada zaman generasi Y, satu generasi dengan saya, hanya saja dia berusia dua tahun lebih muda dibandingkan dengan saya. Seperti yang pernah saya jelaskan di artikel ini, generasi itulah yang juga disebut generasi digital natives, yaitu generasi yang melek teknologi.

Meskipun demikian, keduanya ternyata memiliki nilai hidup yang sama ya, nilai-nilai tersebut, diantaranya, pantang menyerah, bersyukur, dan rendah hati. Keduanya, telah menginspirasi saya selama perjalanan menulis di Kompasiana pada tahun 2015 ini.

Lewat Kompasiana, saya bisa memberi inspirasi, dan dari sini juga, saya mendapatkan pelajaran.

***

Inilah yang hanya bisa saya ceritakan, apa yang saya dapatkan di Kompasiana ini. terus terang, meskipun perlahan tulisan saya semakin baik dan berkualitas, tetap saja ada kekurangannya dan tulisan saya belumlah apa-apanya dibanding Kompasianer yang jago nulis yang disukai banyak orang. Saya masih belum sanggup menuliskan artikel yang “aktual” dan berpikir out the box dikarenakan keterbatasan pengetahuan saya untuk menulis.

Mohon maaf jika ada kesalahan yang saya perbuat selama menulis di sini sepanjang tahun ini, juga kalian yang membaca tulisan saya yang ala kadarnya. di tahun 2016 nanti, banyak kejadian-kejadian dan rencana yang tak terduga, yang akan terjadi pada saya, entah dalam bentuk apa. Itu misteri.

Yang terpenting, saya akan menjaga asa dan semangat menulis di sini, dan saya akan terus belajar menulis dan berbagi apa yang saya ketahui untuk diri sendiri dan khalayak. Terima kasih tim Admin dan teman-teman Kompasianers yang telah membaca artikel saya sepanjang tahun ini, menilai, dan memberi komentar. Kalianlah penyemangat saya, dan mudah-mudahan kita menatap 2016 dengan lebih bermakna.

Sekali lagi, terima kasih :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun