Karena perayaan hari batik nasional dilakukan setiap tahun, terutama di sekolah yang konsisten dalam perayaan hari penting nasional, hendaknya para pelajar memiliki minimal satu baju batik untuk dipakai pada perayaan hari batik nasional di sekolah. Dan tentunya, kebanyakan orang Indonesia di rumah sudah memiliki batik, bukan? Saya sendiri memiliki beberapa potong baju batik, salah satunya pernah saya beli saat berada di pasar sekitar Gua Jatijajar ketika kami sedang studytour di Yogyakarta, dua tahun yang lalu.
Jika belum punya? Boleh pinjam ke teman atau saudara yang punya baju batik. Namun, alangkah lebih baiknya jika sebulan atau dua bulan sebelumnya bisa menyisihkan uang jajan untuk ditabung untuk membeli baju batik. Kan bangga rasanya, jika warga Indonesia bisa memiliki baju batik, hasil karya pengrajin dari negeri sendiri. Secara tidak langsung, akan membuat keberadaan batik di Indonesia tetap lestari.
Perayaan Hari Batik di Sekolah, Hendaknya Dimaknai oleh Seluruh Warga Sekolah
Selama perayaan hari batik di sekolah terus berlangsung, seperti yang saya jelaskan di atas, diisi oleh kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Terus, mengapa tidak diajarkan makna dari perayaan hari batik nasional? Ini yang sangat disayangkan, mengapa pihak sekolah tempat kami bersekolah tidak mengajarkan hal tersebut. Apalagi untuk anak SD yang harus diberi pemahaman umum tentang ke-Indonesiaan. Apa jadinya, bila kelak ditanya tentang batik? bisa-bisa para pelajar bisa tidak tahu apa itu batik, seperti yang pernah ditanyakan kepada para pelajar soal G30S/PKI yang pada akhirnya, tidak tahu apa-apa. Hal ini, karena hanya sejarah penting tersebut tidak pernah diajarkan di sekolah!
Oleh karena itulah, hendaknya pihak sekolah bisa memberikan pelajaran tentang batik dan seluk-beluknya. Sisihkan waktu 15 menit saja untuk memaparkan hal itu. Nah, bagaimana dengan buku tentang batik di perpustakaan? Bila ada, bisa memanfaatkan waktunya untuk membaca buku tersebut saat jam istirahat tiba atau bisa dijelaskan oleh guru di sekolah (tentunya, para siswa harus aktif dan memiliki kesadaran diri dalam belajar). Kalau belum ada? Upayakan untuk mengadakannya oleh pihak perpustakaan sekolah, agar buku bacaan semakin variatif dan memberikan wawasan kita yang lebih luas tentang kebudayaan Indonesia.
Nah, sudahkah mengenalkan kebudayaan negeri untuk masa depan anak Indonesia?
Demikianlah, semoga bermanfaat dan menginspirasi pihak sekolah. Salam Kompasiana!
Referensi: kompas.com, http://wisatadanbudaya.blogspot.co.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H