Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Sepak Bola Lumpur, Permainan Alternatif Khusus Tujuh Belasan

4 Agustus 2015   10:00 Diperbarui: 4 Agustus 2015   16:48 1162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan Agustus sudah tiba!!! Dan yang pasti, berbagai perlombaan akan kembali mewarnai hari-hari di bulan ini, untuk memperingati ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Ada lomba panjat pinang, lomba makan kerupuk, lomba balap karung, dan berbagai macam lomba lainnya. Bahkan, sewaktu kecil, saya paling suka mengikuti lomba makan kerupuk, baik di desa tempat tinggal saya maupun disekolah, walaupun saya tidak memenangkan perlombaan tersebut sih, hehe :D

Namun, bukan itu yang akan saya bahas hari ini. Ada satu pertandingan yang pernah saya nonton dalam hidup saya, yang menurut saya unik, untuk memeriahkan lomba untuk memperingati tujuh belasan dan hari-hari penting lainnya. Sepak bola lumpur!

Lho, kok sepak bola lumpur, sih?

Permainan tersebut tidak begitu populer di negara kita. Dan, biasanya, permainan tersebut lebih cocok dimainkan pas musim hujan saja, untuk sekedar hiburan dan melepas lelah. Dan, pertandingan tersebut tidak hanya diadakan pada hari peringatan kemerdekaan Indonesia, juga diadakan saat ada even-even tertentu misalnya hari Ibu, hari Kebangkitan Nasional, dan sebagainya. Namun, berhubung bulan Agustus ini sedang musim kemarau, jadi tidak banyak orang yang memainkannya, airnya lebih dimanfaatkan untuk keperluan yang lebih penting, misalnya untuk kebutuhan sehari-hari, mencuci, sampai digunakan untuk keperluan pertanian!

Lain halnya dengan desa tetangga saya. Walaupun saya bukan warga desa tetangga, saya beruntung, saat masih duduk di bangku SMP, menyempatkan diri untuk menonton sepak bola lumpur tersebut. Seru! Bahkan banyak warga desa saya dan desa tetangga untuk datang untuk meramaikan dan menyaksikan sepak bola lumpur. Untuk menuju lokasi pertandingan yang terletak di dekat sungai desa, saya mengendarai sepeda dari tempat tinggal saya, melewati jalan di tengah persawahan yang terbentang luas. Ketika mendekati lokasi pertandingan, saya memakirkan sepeda, lalu berjalan sampai di tepi sungai, karena jalannya yang cenderung becek.

Sesampainya di tepi sungai, apakah saya bisa menyaksikan sepak bola lumpur secara langsung? Bisa, namun, jika ingin melihat dengan lebih jelas, harus menyebrangi sungai dengan jembatan yang terbuat dari kayu atau bambu. Saya pernah menyebrangkan jembatan dari kayu yang berasal dari pohon, yang tumbuh di tepi sungai dan hal tersebut membutuhkan perjuangan yang berat untuk bisa meniti jembatan sampai berhasil menyebrang, baik untuk menyaksikan pertandingan, dan saat akan pulang. Disekeliling lokasi pertandingan, banyak lho yang menjual aneka makanan, baik sosis, bakso yang ditarik dengan gerobak, dan aneka jajanan lainnya.

Ya udah, saya akan menjelaskan lagi.

Permainan ini sebenarnya hampir mirip dengan sepak bola pada umumnya, hanya saja dilakukan pada lapangan berlumpur. Untuk lebih jelasnya, saya akan menguraikannya, baik persiapan, permainannya, dan waktu pertandingannya, sebagai berikut:

1. Sebelum dipakai untuk area pertandingan, lapangan harus dibersihkan terlebih dahulu dari rumput, jika lapangan yang akan digunakan, telah ditumbuhi rumput dan kondisinya sudah kering. Setelah itu, lapangan tersebut dialiri menggunakan air dan dibuat lapangannya menjadi berlumpur. Saat musim hujan, pada umumnya lapangan yang digunakan sudah dibasahi oleh air hujan, terlebih jika tekstur tanah di lapangan telah berubah menjadi lumpur, sehingga bisa langsung digunakan untuk bermain, maupun bertanding.

Di desa tetangga saya, karena pertandingan dilakukan di musim kemarau, lapangan yang digunakan dialiri oleh air. Dan air yang digunakan tentu saja air sungai yang terletak dekat lokasi pertandingan. Air tersebut, diambil menggunakan pompa listrik. Area tanah yang akan digunakan sebagai lapangan, harus benar-benar basah sehingga menyerupai lapangan berlumpur.

2. Dua tim yang akan bertanding, masuk ke lapangan berlumpur, dan permainannya dimulai. Aturan permainannya, sama dengan sepakbola pada umumnya. Ada orang yang menyuarakan jalannya pertandingan sepak bola lumpur, lho! (kayak di pertandingan sepak bola beneran!) Bagi warga desa kami, termasuk saya, suara-suara tersebut cukup menarik kami untuk datang dan melihat keseruan para pemain bertanding di atas tanah berlumpur.

3. Lapangan yang digunakan harus benar-benar dijaga agar tetap basah, dan tanahnya tetap encer, setidaknya bertekstur seperti lumpur, serta tidak terlalu liat, apalagi saat di musim kemarau, air akan cepat menguap, dan perlahan lumpur akan liat dan mengering. Karena, jika kondisi lumpur menjadi liat, akan menyulitkan para pemain. Itulah sebabnya, pompa air listrik terus dinyalakan dan menyedot airnya ke lapangan yang digunakan, untuk kenyamanan para pemain yang sedang bertanding.

4. Pertandingan sepak bola lumpur yang digelar di desa tetangga, tidak hanya digelar sehari-dua hari saja, pertandingan tersebut digelar beberapa hari, sampai pada puncak pertandingan yang disebut GRAND FINAL! Ya namanya saja pertandingan. Karena digelar oleh desa, maka juara yang akan diraih ya berstatus juara kampung. Serendah-rendahnya tingkat kejuaraan, rasanya jika mendapatkan prestasi, sudah membuat hati yang pernah berjuang untuk menang, seseorang yang terlibat dalam tim akan bangga akan hasil pencapaiannya.

Oke, sekian dulu ya penjelasan saya tentang permainan rakyat yang kurang “merakyat” itu. Nah, diantara kalian, siapa yang tertarik untuk menggelar sepak bola lumpur untuk memeriahkan tujuh belasan (dan even-even penting lainnya)? Dijamin kalian tidak akan bosan untuk meramaikan dan menontonnya karena sudah dimasukkan dalam perlombaan yang akan digelar sehingga menambah ragam perlombaan yang semakin variatif.

Demikianlah, semoga bisa menginspirasi. Salam Kompasiana!

Referensi berita: tribunnews.com, koran-sindo.com | Ilustrasi gambar: Huffington Post 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun