Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Apakah Kepribadian Seseorang Mempengaruhi Gaya Tulisan?

17 Juli 2015   20:01 Diperbarui: 12 November 2015   19:42 5166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Sumber gambar: http://www.muhammadnoer.com

Ya, sengaja saya tulis artikel ini karena sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca, sekaligus renungan atas pencapaian menulis. Mengapa? Setelah saya mempelajari berbagai artikel dan gaya tulisan Kompasianer lain, saya merasa bukan siapa-siapa, dibanding tulisan para penulis yang sudah punya ‘nama’.

Sejak Kompasiana berganti wajah, penempatan Highlight dan Headline yang lebih banyak dari sebelumnya membuat sebuah tulisan memiliki kesempatan luas untuk dibaca banyak orang. Kalau dibandingin dari versi sebelumnya sih, versi baru menurut saya lebih baik. Jujur, jika di versi lama, tulisan yang masuk Highlight, biasanya dibaca sebanyak puluhan orang, tapi kalau sudah terpilih untuk dimasukkan ke dalam kolom Headline, jadi jumlah hits-nya jadi ratusan, bahkan sampai ribuan orang.

Okelah, soal jumlah hits-nya, sudah terpecahkan di Kompasiana baru. Sekarang, vote dan komentarnya. Kedua fitur tersebut, membuat sebuah tulisan menjadi bernilai dan bermakna, sehingga bisa memancing kita untuk mengomentari, sekaligus mengoreksi kesalahan pada bagian tulisan tersebut.

Hubungan Kepribadian Seseorang dengan Isi dan Gaya Tulisan Seorang Penulis

“Biasanya, jika artikel ini sudah dituliskan dan ditayangkan oleh seseorang, pasti tertebak gaya tulisannya seperti apa. Kalau si A sudah menulisnya dengan gaya bahasa yang begitu, harus dipikir dua kali untuk membacanya”

Inilah yang sedang saya rasakan akhir-akhir ini. Sambil bertanya dalam hati, mengapa tulisan saya jadi sepi vote dan komentar ya? Apa saya bukan penulis yang punya ‘nama’?

Tiba-tiba, saya teringat pada sebuah kalimat:

“Cermin dari kepribadian seseorang di sosial media tergantung pada status yang diunggah di dalamnya”

Ya, setelah dipikir-pikir, ada ada faktor tertentu yang membuat tulisan banyak dinikmati orang. Rasanya, mengingat kalimat di atas, membuat saya tertampar. Ya, tertampar! Semua gaya sebuah status di dunia maya, tergantung pada seseorang yang menuliskannya. Itu berlaku pada semua jenis media sosial yang digunakan, tanpa terkecuali. Jika berkaitan dengan kalimat tersebut dengan apa yang ditulis oleh saya dan teman teman Kompasianer lain di Kompasiana, memang ada benarnya.

Jika saya memperhatikan isi dan gaya tulisan artikel para Kompasianer secara seksama, isi dari artikel yang memotivasi, biasanya orang yang optimis dan penuh semangat. Jika isinya yang menginspirasi, penuh hikmah dan bermanfaat, mencerminkan orang yang ramah dan suka menyebarkan kebaikan. Begitu juga artikel yang provokatif yang ditulis oleh orang yang suka memprovokasi juga.

Apalagi, gaya tulisannya. Kalau gaya tulisannya serius, berarti orangnya serius. Kalau gaya bahasanya renyah untuk dibaca, biasanya orang tersebut ramah dan mudah bergaul. Namun, ada juga anak pemalu dan sedikit teman di dunia nyata, namun piawai menulis dengan ciamik. Powerfull!

Bandingkan dengan kepribadian saya. Kadang serius, kadang cuek, dan kadang ramah dan suka bersama teman. Tentunya, akan berpengaruh pada gaya tulisan yang digunakan, dan artikel tersebut akan susah ditebak gaya bahasanya seperti apa.

Penyebab Gaya Tulisan Berbeda-beda dan Sering Berubah-ubah

“Saya kalau menulis opini tentang televisi, pasti gaya bahasanya serius. Kalau catatan harian, pengalaman, dan reportase, dan rubrik lainnya, gaya bahasanya cenderung ringan, kayak ngomong, dan enak untuk dibaca”

Setelah berkutat dengan ratusan artikel, akhirnya saya menemukan mengapa gaya tulisan saya sering berubah gaya bahasanya. Bukan hanya sengaja mengubah gaya bahasa agar enak dibaca, ada faktor lain yang turut mempengaruhi gaya bahasa yang dipakai dalam tulisan, antara lain:

1). Persediaan Bahan Tulisan di Pikiran dan Cara Berpikir

Jika kita menuliskan sebuah artikel dan ternyata bahan tulisan yang terdapat di benak kita kurang maupun terbatas, akan mendorong kita untuk berpikir serius dan lebih keras lagi sampai menemukan bahan tulisan yang sesuai dengan isu yang sedang dibahas. Dan jika tidak mampu, bisa juga dengan membaca referensi. Tentu saja akan berpengaruh pada gaya dan hasil tulisan yang dihasilkan, jadi benar-benar serius, ‘kan? (seperti opini di koran saja!).

Lain halnya, jika menuliskan pengalaman dan reportase, bahkan sudah memiliki pengetahuan dan ide menyangkut suatu isu, pasti akan menulisnya dengan lebih mudah seperti air mengalir. Bagi yang sudah menulis pengalamannya sejak masih anak-anak di buku diary tentang kejadian pada masa itu, pasti bahan tulisannya akan tersedia. Dan yang pasti, akan mengingat kembali dan tidak perlu susah-susah berpikir jika menulis di blog, baik blog pribadi maupun blog keroyokan tentang perayaan momen tertentu.

2). Pengalaman di Bidang Kepenulisan

Biasanya, tulisan-tulisan yang ditulis oleh orang yang memiliki pengalaman di bidang kepenulisan seperti penulis dan jurnalis, pasti gaya tulisannya enak dibaca, mudah dipahami dengan bahasa yang baik. Mengapa? Karena pengalaman itulah, mereka jadi terbiasa untuk menulis dan terus menulis, apalagi belajar memperbaiki tulisannya sejak awal menulis sampai bisa menghasilkan tulisan yang bernas seperti ini. Apalagi, kalau sejak masih belia sudah terbiasa menulis, baik di buku catatan, maupun di blog pribadi. Ketika akan menghadapi kepenulisan yang membutuhkan pembaca lebih banyak seperti blog sosial maupun akan dituangkan menjadi sebuah buku, mereka tidak akan kaget dan menemukan pembaca yang akan membaca tulisannya.

Dan tidak hanya itu, pada awal menulis, biasanya gaya bahasa kita cenderung serius, bahkan tak jarang berantakan. Namun, seiring berjalannya waktu, kita akan menemukan gaya tulisannya tersendiri. Tentu saja, hal tersebut diperlukan latihan yang terus-menerus, bukan?

3). Kondisi Fisik dan Mental

Kondisi fisik dan mental seseorang, tentu saja akan mempengaruhi gaya tulisan yang dihasilkan dalam sebuah tulisan. Jika kondisi fisiknya kurang fit, pasti gaya bahasanya akan sedikit berubah, apalagi jika ditulis saat hati sedang kacau. Sebaiknya, jika ingin menulis yang baik dan enak dibaca, harus menunggu fisiknya pulih kembali dan hati yang tenang, juga bahagia tentunya. Mudah-mudahan, tulisan yang dihasilkan, bisa membuat kita bahagia karena ada yang memperhatikan tulisan kita, bukan?

Nah, tulisan yang berdasarkan pengalaman pribadi, membaca berbagai artikel dan berinteraksi di Kompasiana selama enam bulan terakhir, benar-benar membuat saya paham tentang gaya bahasa dan faktor yang mempengaruhinya. Karena itu, saya akan terus belajar menulis di sini, bahkan ketika saya akan menapaki karir menulis yang lebih menantang.

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun