Siang ini, aku dan Ibu ku sedang menonton TV ditemani secangkir kopi hangat dan Pisang goreng yang di panen dikebun sendiri. Sedang Asik-asiknya menyantap pisang goreng tiba-tiba Ibu ku berkata:
Ibu : (mengambil pisang dan menyantapnya)
"Masih ada dua tandan lagi pisang yang tua. Mungkin satu mingguan lagi sudah bisa di
tebang." terangnya
Aku : " Tenang kalo masalah pisang dawi udah punya langganan yang mau beli. "
Ibu : "Kalo kamu ditempatkan di sekolah yang jauh, nanti siapa yang bakal nebang pisang
sama jual pisangnya?”(Dengan suara lirih dan kepala sedikit menunduk)
Seketika suasana pun jadi hening. Sebenarnya Bukan perkara siapa yang akan menebang dan jual pisang, ada pesan tersirat yang tak mampu terucap oleh kata tetapi ada kekhawatiran lain yang lebih dari sekedar menebang pisang.
Aku: "Ibu jangan khawatir akan hal itu Bu, setiap dari kita sudah ditentukan jalan hidupnya
masing-masing, dan salah satunya yaitu dimana kita akan bekerja. Yang terpenting kita
ikhlas, sabar, sehat dan bersyukur."
Ibu: (sambil mengusap air mata dengan kain yang di lilitkan dipinggangnya)
"Bukannya tidak ikhlas, Ibu hanya kesepian, semenjak Bapakmu meninggal, Ibu tidak ada
teman untuk diskusi lagi, apalagi kalau kamu ditugaskan di tempat yang jauh!"
Aku : (menahan tangis) "Nanti kalo kondisinya sudah siap, kita pindah saja Bu biar kita bisa
sama-sama."
Ibu : "Kalo kita pindah bagaimana dengan makam Bapakmu nanti tidak ada yang merawatnya,
Ibu juga sudah betah disini. Kamu kerja saja yang rajin terus kalo libur nanti kamu
pulang ya!"
Aku : (diam dan hanya bisa mengangguk)
Dan percakapan kami pun terhenti setelah azan ashar berkumandang yang menandakan waktu sudah mulai sore.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H