Artikel ini akan mengulas secara menyeluruh metode dan strategi yang digunakan dalam mengenalkan wacana penceritaan di SD Negeri 02 Ngijo, serta hasil yang telah dicapai dalam meningkatkan kemampuan berbahasa, imajinasi, dan karakter siswa. Melalui contoh praktik dan pendekatan yang diterapkan, diharapkan artikel ini dapat menjadi referensi bagi sekolah-sekolah lain yang ingin mengembangkan program serupa dalam meningkatkan keterampilan literasi dasar serta kepribadian siswa sejak dini.
Dalam pengenalan wacana penceritaan, kami melakukan beberapa tahapan, yaitu:
1. Tahap Observasi
Dalam tahap awal, mahasiswa Unnes mempersiapkan rencana observasi dengan menentukan fokus utama yang akan dilakukan. Dengan melakukan wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah, kami membicarakan apa yang dikeluh-kesahkan guru SD N 02 Ngijo terhadap siswa-siswi disana. Dapat disimpulkan banyak hal yang menjadi hal penting yang menjadi topik hangat guru-guru di SD N 02 Ngijo. Seperti halnya tentang edukasi seksual, edukasi penggunaan sosial media, dan kegiatan literasi. Tetapi setelah didiskusikan kembali, hal yang yang sangat penting yang perlu disampaikan adalah bagaimana melakukan wacana penceritaan, karena siswa-siswi SD N 02 Ngijo akan mengikuti sebuah perlombaan bercerita kreatif. Dengan begitu, kami mengambil topik yaitu mengenalkan wacana penceritaan dan cara bercerita yang seru dan mengesankan.
2. Tahap PelaksanaanÂ
Pada tahap ini, kami, mahasiswa Unnes menyusun materi dan alat bantu pengajaran yang relevan dan menarik bagi siswa kelas 3 dan 4. Materi ini disesuaikan dengan tingkat pemahaman anak-anak dan fokus pada pengenalan elemen-elemen cerita seperti tokoh, alur, latar, dan pesan moral. Kami juga mempersiapkan media tambahan, seperti gambar, boneka tangan, atau cerita bergambar untuk menarik minat siswa dalam pembelajaran. Kegiatan dimulai dengan sesi perkenalan di mana mahasiswa Unnes. Tujuannya adalah membangun suasana akrab dan membuka diskusi tentang apa itu cerita. Kami juga mengenalkan elemen-elemen dasar cerita secara singkat, seperti siapa tokoh utama, di mana cerita berlangsung, dan apa pesan dari cerita tersebut, agar siswa memahami konsep dasar yang akan mereka eksplorasi. Kami memberikan contoh cerita pendek yang menarik untuk anak-anak, dengan memeragakan cara bercerita yang interaktif dan ekspresif. Kami menggunakan intonasi suara, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh untuk menambah daya tarik cerita. Dengan cara ini, siswa dapat memahami cara menyampaikan cerita yang hidup dan menarik perhatian pendengar.Â
Setelah mendengar cerita, siswa mengajak siswa untuk berpartisipasi dalam latihan penceritaan sederhana. Latihan ini dilakukan secara bertahap, dimulai dengan meminta siswa mendeskripsikan tokoh, latar, atau alur dari cerita yang telah mereka dengar. Kemudian, siswa meminta siswa berkelompok untuk membuat cerita pendek bersama, dengan masing-masing siswa memberikan kontribusi ide mereka. Hal ini bertujuan untuk membangun kepercayaan diri dalam berbicara dan melatih keterampilan menyusun cerita secara kolaboratif.Â
Tahapan pelaksanaan ini diharapkan dapat memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, memperkuat kemampuan berbahasa dan literasi mereka, serta menumbuhkan kepercayaan diri dalam berkomunikasi. Melalui pendekatan interaktif dan kolaboratif, kegiatan ini juga menjadi ajang bagi mahasiswa Unnes untuk mengembangkan kompetensi mengajar dan memperkaya pengalaman praktis di lapangan.Â
3. Tahap Penyerahan Hasil