Kamis pagi 13 Maret 2014, kabut asap menyelimuti Kuala Lumpur. Aku, Mbak Novi Wilkinson, Mbak Indari Mastuti dan Mbak Ina Sigit tiba di lobby KBRI untuk sebuah agenda yang telah direncanakan sejak beberapa bulan yang lalu.
Berangkat dari kepedulian dan semangat berbagi dengan para TKI wanita, Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang diprakarsai Indari Mastuti, bekerja sama dengan Komunitas Ibu Mengajar yang didirikan Novi Wilkinson dan Persaudaraan Wanita Indonesia untuk Pendidikan (PWIP) yang digawangi Ina Sigit memberikan charity berupa pelatihan “ Berbisnis dari Nol” untuk para TKI wanita di KBRI Kuala Lumpur.
[caption id="attachment_326317" align="aligncenter" width="300" caption="Meeting dengan Pak Agus Triyanto A.S"][/caption]
Setelah mengadakan pembicaraan singkat dengan Atase Ketenagakerjaan Kedutaan Besar Republik Indonesia, Bapak Agus Triyanto A.S, acara pelatihan pun segera dimulai.
Sekitar 50 0rang TKI Wanita berkumpul di shelter KBRI. Mereka tampak antusias mengikuti pelatihan ini. Pembukaan acara dilakukan oleh Pak Agus Triyanto dengan melontarkan canda dan humor yang mengundang tawa sebagai “ ice breaking” yang membangkitkan semangat para TKI. Pak Agus menyampaikan harapannya, bahwa dengan memberikan berbagai pelatihan di KBRI, para TKI dapat memulai wirausaha mandirinya saat mereka pulang ke Indonesia.
[caption id="attachment_326308" align="aligncenter" width="300" caption="Ice Breaking oleh Pak Agus Triyanto A.S"]
Setelah sambutan dari Mbak Ina Sigit, Mbak Indari pun memulai materinya. Di awali dengan perkenalan dan komunikasi yang interaktif, materi tentang berbisnis dari nol disampaikan dengan bahasa yang sederhana, diselingi dengan humor, sehingga mudah dimengerti oleh para TKI.
[caption id="attachment_326309" align="aligncenter" width="300" caption="Mbak Indari Mastuti menyampaikan materinya"]
Mbak Indari meminta para TKI menuliskan 5 saja potensi positif yang mereka miliki sebagai modal untuk memulai bisnis. Setelah digali lebih jauh, ternyata cukup banyak TKI itu yang menunjukkan minat berbisnis dengan modal keterampilan yang mereka miliki. Ada yang suka menulis, bisa menjahit, membuat songket, membuat kue, dan lain-lain.
[caption id="attachment_326310" align="aligncenter" width="300" caption="Menggali lebih jauh potensi para TKI"]
Lalu Mbak Indari menceritakan pengalaman pribadinya, bagaimana dia sebagai ibu rumah tangga dapat memeroleh penghasilan dengan memulai usaha di rumah.
Para TKI mengungkapkan bahwa mereka ingin memulai bisnis tapi terhalang dengan tidak adanya modal. Menanggapi hal ini, Mbak Indari pun meyakinkan para TKI bahwa memulai bisnis tidak harus dengan modal yang besar. Dia memberi contoh, seorang Ibu yang ingin menjual pupuk, tidak harus membeli pupuk dulu lalu menjualnya. Tapi dia bisa memulai kerjasama dengan pengusaha pupuk dengan membantu memasarkan pupuknya dan memperoleh sebagian keuntungan dari hasil pemasarannya.
Semua potensi semestinya bisa dijadikan ladang bisnis. Sebagai contoh, seorang wanita yang bisa mengendarai motorpun bisa memperoleh penghasilan menjadi tukang ojeg wanita. Pasar ini justru lebih besar peluangnya, karena banyak wanita yang merasa lebih nyaman diantar oleh ojeg wanita.
Mbak Indari pun memompa semangat para TKI untuk tidak mudah menyerah dalam menjalankan bisnisnya. Salah seorang TKI mengungkapkan keinginananya menjadi guru, pernyataannya langsung disambut postif oleh Mbak Novi Wilkinson yang langsung menawarkan pelatihan dan pendampingan untuk membentuk keterampilan mengajar.
Mbak Indari menutup pelatihan dengan meminta data para TKI dengan tujuan dapat memberi pendampingan kelak bila mereka memulai bisnisnya. Hal ini juga yang menjadi harapan Pak Agus Triyanto, bahwa pelatihan bisnis tidak hanya dilakukan sekali saja tapi berkelanjutan sampai para TKI bisa mewujudkan usaha mandiri mereka.
Sebuah kalimat bijak menyebutkan bahwa “ Tidak ada simpanan yang lebih berguna daripada ilmu.” Aku dan teman-temanku, para penggagas komunitas IIDN, Ibu Mengajar dan PWIP berharap pelatihan berbisnis ini dapat mendatangkan manfaat yang besar bagi para TKI. Semoga..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H