Mohon tunggu...
Dewi Sri Tunjungsari
Dewi Sri Tunjungsari Mohon Tunggu... Guru - Guru dan Penulis

Kompasiana bidang pendidikan, teknologi, dunia kreatif, dan ilmu pengobatan islam. Writer, Columnist, Buzzer, Founder mengintipnusantara and graduatedshop

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kesehatan Mental, Memahami "Maya" Dunia Maya

27 Februari 2022   13:32 Diperbarui: 28 Februari 2022   19:30 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: Kurangnya interaksi sosial membatasi peluang otak untuk membuat koneksi yang lebih baik. (sumber: FREEPIK/RAWPIXEL.COM via kompas.com)

Kita adalah manusia penuh luka. Yang suka bersembunyi di balik topeng. Sedangkan ketika kita melihat orang lain seorang itu bagaikan ahli neraka, jahannam, atau orang jahat. 

Belum mengenal pun mengira orang itu jahannam, memalingkan wajah, mempersulit dia dengan memutus silahturahmi.

Saya pernah mengalami di mana tiba-tiba sekelompok orang membenci saya padahal tak tahu apa  yang ada dipikiran mereka. Ketika saya membela diri, justru Perkataan perkataan yang melukai "Alah sakit gitu doang" "Alah Lo pamer " dsb. Saya pun daripada emosi , berbalik arah

Tak usah menghakimi orang lain. Jangan mudah iri dengki . Jangan mudah memalingkan wajah hanya karena postingan dunia "Maya"-nya. 

Jika kamu tahu hatimu busuk dan kotor, jangan salah kan orangnya, salah kan dirimu dan hentikan saja pemberitahuannya. Jangan buka beranda, yang disana ada kehidupan mereka. Demi kesehatan mentalmu dan demi orang lain juga tidak terkena pikiran busuk mu.

Karena Maya memang Maya. Tak ada yg benar benar nyata. Mungkin ada yang posting hanya meminjam property, ada yang memposting karena demi endors , ada yang memposting bahagia padahal hatinya tertusuk-tusuk, ada yang memposting keberhasilannya padahal baru saja dia mengalami trauma kepercayaan diri . 

Mungkin juga ada sebagian orang yang hidupnya seperti tercekik, ingin bunuh diri, dan lainnya. dan seenaknya kita berkomentar dan membunuh karakternya. 

"Alah gitu aja gampang." "Mental tempe" dan ikut-ikutan membroadcast berita keburukan seseorang. Naudzubillah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun