Mohon tunggu...
Dewi Shintia Aulia
Dewi Shintia Aulia Mohon Tunggu... Akuntan - Junior Purchasing Officer

Saya bekerja di PT Berca Schindler Lifts sebagai Junior Purchasing Officer dan Mahasiswa semester 4 Prodi Manajemen di Universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pengendalian Risiko Pada Usaha Keripik Singkong

18 Oktober 2024   18:25 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:46 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

A. Latar Belakang Masalah
Salah satu usaha industri kecil yang berkembang di Indonesia adalah di bidang pangan. Menurut Wirakarta kusumah (2017:65), industri pangan merupakan salah satu sektor industri yang sangat penting peranannya dalam perekonomian Indonesia. Disamping mampu memenuhi kebutuhan pangan Indonesia, industri pangan jugadapat menghasilkan devisa untuk negara. Keberadaan industri pangan di Indonesia dapat menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup banyak serta mampu mendorong berdirinya industri penunjang seperti industri tambahan makanan, industri kemasan, industri mesin dan peralatan pengolahan pangan. Setiap bisnis atau usaha yang dijalankan pasti memiliki risiko dan ketidakpastian.

Hal ini bertentangan dengan perilaku individu yang menginginkan kepastian dalam berusaha. Indikasi adanya risiko dalam kegiatan bisnis dapat dilihat dengan adanya variasi atau fluktuasi, seperti fluktuasi pada produksi, harga atau pendapatan yang diperoleh para pembuat keputusan. Para pembuat keputusan perlu menilai tingkat risiko pada bisnisnya untuk menetapkan strategi sebagai upaya untuk mengurangi risiko yang mungkin dihadapi. Singkong atau ubi kayu sudah dijadikan sebagai salah satu komoditas agroindustri. Singkong dalam keadaan segar tidak tahan lama dan harganya rendah, namun jika dilakukan pengolahan lebih lanjut dan dikelolah secara maksimal menjadi tepung tapioka, gaplek, tape, keripik singkong, klanting dan lainnya maka singkong tersebut mempunyai nilai ekonomis yang lebih besar sehingga dapat memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani dan masyarakat.

Usaha keripik singkong merupakan salah satu jenis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang cukup berkembang di Indonesia, termasuk di berbagai daerah seperti Tangerang Selatan. Keripik singkong digemari oleh masyarakat sebagai camilan karena harganya yang terjangkau dan rasanya yang variatif. Produk ini menjadi peluang usaha yang menjanjikan karena bahan bakunya mudah didapatkan dan permintaan pasar cukup stabil. Namun, seperti halnya usaha lainnya, usaha keripik singkong juga tidak lepas dari berbagai risiko yang dapat memengaruhi keberlanjutan dan pertumbuhannya.

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh usaha keripik singkong adalah risiko operasional, terutama yang berkaitan dengan ketersediaan bahan baku dan fluktuasi harga singkong. Perubahan harga singkong di pasar sering kali dipengaruhi oleh faktor cuaca dan musim panen, yang mengakibatkan naik-turunnya biaya produksi. Selain itu, risiko kualitas produk juga menjadi perhatian, mengingat ketergantungan pada kualitas singkong yang digunakan. Jika bahan baku yang didapatkan berkualitas rendah, produk akhir bisa mengalami penurunan standar yang berdampak pada kepuasan pelanggan.

Selain itu, persaingan pasar yang semakin ketat dengan munculnya produsen keripik singkong lainnya, baik dari skala kecil maupun menengah, memicu tantangan dalam mempertahankan pangsa pasar dan loyalitas konsumen. Belum lagi, risiko distribusi yang tidak efektif juga dapat memengaruhi penyebaran produk dan menimbulkan kerugian akibat keterlambatan pengiriman atau ketidaksesuaian kualitas saat produk sampai ke tangan konsumen.

Seiring dengan berkembangnya bisnis keripik singkong, usaha ini juga menghadapi risiko pemasaran yang signifikan, terutama jika tidak mampu beradaptasi dengan tren pemasaran digital dan platform online yang semakin diminati konsumen. Usaha kecil yang belum memanfaatkan teknologi dengan baik bisa tertinggal dalam persaingan. Dari berbagai risiko tersebut, menjadi penting untuk melakukan pengendalian risiko yang efektif agar usaha keripik singkong tetap dapat bertahan dan berkembang. Pengendalian risiko ini meliputi identifikasi risiko, analisis dampak, serta penerapan strategi mitigasi yang tepat. Tanpa pengendalian yang baik, usaha keripik singkong berpotensi menghadapi gangguan serius yang dapat menghambat pertumbuhan bisnis, mengurangi daya saing, dan bahkan menyebabkan kerugian yang besar.

Oleh karena itu, dalam rangka menjaga keberlanjutan dan stabilitas usaha keripik singkong, diperlukan analisis yang mendalam terkait pengendalian risiko, termasuk identifikasi risiko utama, evaluasi potensi dampaknya, serta pengembangan langkah-langkah pengendalian yang terstruktur dan berkelanjutan.

Bersamaan dengan hal tersebut semakin meningkat pula industri-industri pengolahan dengan menggunakan singkong sebagai bahan baku utamanya (Anonim, 2015:7). Usaha Keripik XYZ merupakan salah satu agro industri berskala rumah tangga yang mengolah ubi kayu sebagai keripik singkong. Usaha Keripik XYZ berdiri sejak tahun 2007 bertempat di Teluk Dalem Kecamatan Mataram Baru Lampung Timur. Usaha Keripik XYZ tidak terlepas dari beberapa kendala yang dihadapi. Kendala tersebut merupakan hambatan yang cukup kompleks dalam menjalankan usaha. Kendala yang dimaksud adalah tingginya tingkat risiko yang dihadapi. Risiko produksi dilihat dari bahan baku yang mudah busuk jika tidak segera diproduksi minimal 3 hari, harga bahan baku yang tidak menentu dan belum memiliki standarisasi produk. Selain risiko tersebut, risiko lain yang dihadapi yaitu keripik yang mudah hancur sehingga kemungkinan retur produk tinggi, semakin banyaknya pesaing dan produk kadaluarsa di pasaran. Pengelolaan Usaha Keripik XYZ yang dihadapkan pada risiko tinggi harus disertai dengan pengetahuan pengusaha dalam meminimalkan risiko. Kemampuan dalam mengendalikan risiko yang baik sangat diperlukan pengusaha untuk meminimalkan risiko, sehingga pengusaha bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal.

Pengendalian risiko adalah alat bantu bagi pengusaha dalam proses pengambilan keputusan untuk mengurangi atau menghindari risiko yang dihadapinya. Pengendalian risiko yang diterapkan oleh Usaha Keripik XYZ harus efektif agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Harapannya adalah Usaha Keripik XYZ ini dapat menjalankan usahanya dengan meraih keuntungan yang tinggi dan terjamin kontiunitas usahanya. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengendalian risiko pada usaha keripik singkong XYZ di Teluk Dalem Kecamatan Mataram Baru Lampung Timur ?. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengendalian risiko pada usaha keripik singkong XYZ di Teluk Dalem Kecamatan Mataram Baru Lampung Timur.

LANDASAN TEORI
Pengertian Pengendalian Risiko
Strategi pengelolaan risiko merupakan langkah-langkah yang dapat ditempuh perusahaan untuk menangani terjadinya risiko. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko. Penanganan risiko dapat dianggap sebagai salah satu fungsi dari manajemen. Dengan adanya konsep risiko maka fungsi manajemen tidak hanya perencanaan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi, tetapi ditambahkan satu fungsi lagi yang sangat penting yaitu menangani risiko

Menurut Darmawi (2008:135), pengendalian risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pengendalian risiko adalah suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan untuk meminimalkan kerugian yang terjadi. Tujuan Pengendalian Risiko perlu dilakukan untuk risiko yang tidak bisa dihindari oleh organisasi. Keberhasilan perusahaan ditentukan oleh kemampuan manajemen menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan perusahaan. Sehingga pengendalian risiko harus segera dilakukan.

Menurut Kountur (2008:152) tujuan pengendalian risiko adalah untuk mengelola risiko dengan membuat pelaku usaha sadar akan risiko, sehingga laju organisasi bisa dikendalikan. Strategi pengelolaan risiko merupakan suatu proses yang berulang pada setiap periode produksi.

METODE PENELITIAN

Teknik Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Sugiyono (2020:347), menjelaskan bahwa: Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), teknik pengumpulan dengan trianggulasi, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan makna dari pada generalisasi.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, kondisi, sistem pemikiran ataupun peristiwa pada masa sekarang. Tipe penelitian ini berusaha menerangkan fenomena sosial tertentu. Analisis data dilakukan dengan analisis secara deskriptif kualitatif menggunakan observasi dan wawancara. Teknik analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis alternatif pengendalian risiko yang diterapkan oleh pelaku usaha keripik singkong XYZ untuk meminimalkan risiko yang dihadapinya.

Langkah-langkah analisis pengendalian risiko menurut Kountur (2018:152) :
a. Mengidentifikasi terlebih dahulu risiko - risiko yang dihadapi oleh pelaku usaha.

b. Evaluasi atau mengukur atas masing - masing risiko ditinjau dari severity (nilai risiko) dan frekuensinya. Pelaku usaha melakukan penilaian tingkat risiko yang dihadapi perusahaan secara subyektif. Pengukuran peluang (P) diperoleh dari frekuensi kejadian pada setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung. Secara matematis pengukuran peluang dapat dituliskan sebagai berikut (Darmawi, 2008:211) : Pi = f/T Keterangan: f = Frekuensi kejadian T = Periode waktu proses produksi (10 kali produksi)

c. Tahap berikutnya adalah pengendalian risiko. Pengendalian risiko yang diterapkan berdasarkan pada penilaian pengusaha sebagai pengambil keputusan.

d. Tahap terakhir adalah evaluasi.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa pelaku usaha keripik XYZ dalam menjalankan usahanya menghadapi risiko dari yang rendah hingga risiko yang cukup tinggi. Berdasarkan pengukuran risiko terhadap peluang terjadinya risiko, risiko yang paling tinggi pada usaha keripik singkong XYZ adalah risiko produk kadaluarsa dipasaran dan risiko yang paling rendah adalah adanya pesaing dan standarisasi produk, sehingga dibutuhkan alternatif strategi untuk mengurangi risiko tersebut. Salah satu strategi yang efektif adalah pemberdayaan SDM.

Sanusi, Anuar, Anggalia Wibasuri, Andi Desfiandi. 2016.) mengatakan “The finding of the research isthe design model of empowermentbased college quality development. Broadly speaking, the development model beforeempowerment-based quality policy in the decree ofcollegeheads and after using quality policy empowerment”. Strategi pengendalian risiko adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang terjadi karena adanya risiko.

Dampak yang ditimbulkan dari risiko dapat diminimalkan dengan strategi pengendalian risiko yang baik sehingga perusahaan memperoleh pendapatan yang ditargetkan. Strategi pengendalian risiko yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat menjadi strategi yang tepat dalam menekan atau meminimalkan risiko. Kegiatan usaha keripik singkong XYZ milik Pak Mukhoiri menghadapi risiko dalam produksinya. Hal ini diindikasikan dengan adanya fluktuasi produksi keripik singkong. Untuk itu, diperlukan strategi pengendalian risiko yang tepat agar risiko tersebut dapat dimininalkan. Pengendalian risiko yang dilakukan oleh Pak Mukhoiri selaku pelaku usaha Keripik Singkong XYZ adalah dengan melakukan pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) yaitu meminimasi risiko dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian.

Berikut adalah pengendalian risiko yang dilakukan oleh pelaku usaha keripik singkong XYZ terhadap risiko - risiko yang dihadapinya :
1. Risiko pada input (singkong atau bahan baku) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap input (bahan baku) adalah bahan baku mudah busuk dan harga bahan baku tidak menentu. Risiko bahan baku yang mudah busuk memiliki peluang terjadi sebesar 30 %, sedangkan harga bahan baku yang tidak menentu memiliki peluang terjadi sebesar 40% per 10 kali produksi. Total kerusakan yang terjadi pada tahap input yang disebabkan karena bahan baku (singkong) busuk sebesar 90 kg per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko bahan baku yang mudah busuk dengan cara melakukan pemilihan singkong (sortasi bahan baku) yaitu hanya singkong yang bermutu baik yang digunakan untuk produksi keripik, menjaga kebersihan bahan baku dan hanya melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen. Pada risiko harga bahan baku yang tidak menentu, pelaku usaha keripik singkong XYZ tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, karena harga bahan baku (singkong) sudah ditentukan oleh pasar.

2. Risiko pada proses (pengolahan bahan baku) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap proses (pengolahan bahan baku) adalah belum memiliki standarisasi produk. Risiko belum memiliki standarisasi produk memiliki peluang terjadi sebesar 20 % per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko belum memiliki standarisasi produk dengan cara menggunakan alat perajangan yang bersih dan dapat bekerja dengan baik serta melakukan pengecekan produk secara visual. Pelaku usaha keripik singkong XYZ dalam melakukan perajangan singkong masih menggunakan cara tradisional (manual) dan tidak menggunakan mesin. Menurut pelaku usaha keripik singkong XYZ , keripik yang dirajang secara manual memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan memakai mesin pemotong. Hasil keripik singkong yang dirajang dengan mesin pemotong terlalu tipis sehingga ketika digoreng keripik singkong menjadi keras dan alot ketika dikonsumsi.

3. Risiko pada output (produk keripik singkong) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap output (produk keripik singkong) adalah keripik mudah hancur, semakin banyaknya pesaing dan produk kadaluarsa di pasaran. Risiko keripik mudah hancur memiliki peluang terjadi sebesar 50%, risiko semakin banyaknya pesaing memiliki peluang terjadi sebesar 20% dan risiko produk kadaluarsa di pasaran memiliki peluang terjadi sebesar 60% per 10 kali produksi.

Pada tahap output, total kerusakan keripik singkong karena hancur sebesar 200 kg per 10 kali produksi, sedangkan total kerusakan yang disebabkan karena keripik singkong kadaluarsa di pasaran sebesar 330 kg per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko pada risiko keripik mudah hancur dengan cara bahanbaku (singkong) yang digunakan harus memiliki mutu yang baik dan saat proses perajangan dan penggorengan harus dilakukan dengan baik. Pada risiko semakin banyaknya pesaing, pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta membuat variasi rasa produk. Sedangkan pada risiko produk kadaluarsa di pasaran, pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko dengan cara melakukan sistem produksi sekali habis dan melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian risiko yang dilakukan oleh pelaku usaha Keripik Singkong XYZ adalah pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) yaitu meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian.

1) Risiko pada input (singkong atau bahan baku) Risiko pada tahap input (bahan baku) adalah bahan baku mudah busuk dan harga bahan baku tidak menentu. Pengendalian risiko bahan baku yang mudah busuk dilakukan dengan melakukan pemilihan singkong (sortasi bahan baku), menjaga kebersihan bahan baku dan hanya melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen. Pada risiko harga bahan baku yang tidak menentu, pelaku usaha keripik singkong XYZ tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, karena harga bahan baku (singkong) sudah ditentukan oleh pasar.

2) Risiko pada proses (pengolahan bahan baku) Risiko pada tahap proses (pengolahan bahan baku) adalah belum memiliki standarisasi produk. Pengendalian risiko belum memiliki standarisasi produk dilakukan dengan menggunakan alat perajangan yang bersih dan dapat bekerja dengan baik serta melakukan pengecekan produk secara visual.

3) Risiko pada output (produk keripik singkong) Risiko pada tahap output adalah keripik mudah hancur, semakin banyaknya pesaing dan produk kadaluarsa di pasaran. Pengendalian risiko keripik yang mudah hancur dilakukan dengan menggunakan bahan baku (singkong) yang bermutu baik dan saat proses perajangan dan penggorengan harus dilakukan dengan baik. Pada risiko semakin banyaknya pesaing, pengendalian risiko dilakukan dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta membuat variasi rasa produk. Sedangkan pada risiko produk kadaluarsa di pasaran, pengendalian risiko dengan cara melakukan sistem produksi sekali habis dan melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis mengajukan saran yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan yaitu :
1. Perusahaan sebaiknya memperhatikan sarana produksi yang tepat jumlah, mutu dan waktu sehingga risiko pada produk keripik singkong tidak terlalu besar.

2. Perusahaan hendaknya memberikan pelatihan karyawan, khususnya pada bagian produksi untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh sumber daya manusia, seperti pada risiko belum memiliki standarisasi produk dan keripik yang mudah hancur.

3. Karena risiko yang paling banyak terjadi adalah produk kadaluarsa di pasaran, maka sebaiknya perusahaan memberikan potongan harga satu minggu sebelum produk keripik singkong tersebut kadaluarsa.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2015.PeluangEksporPasarUbikayu Indonesia. http//:Agribisnis.deptan.go.id..
 
Darmawi,H.2008.ManajemenRisiko.Bum iAksara. Jakarta. Jurnal; Evaluasi Pengendalian Risiko Pt. Lembah Karet Berdasarkan Risk Reduction, Esmiralda.
 
Kountur,Ronny.2008.MudahMemahami ManajemenRisiko Perusahaan. PPM. Jakarta.
 
Sanusi, Anuar, Anggalia Wibasuri, Andi Desfiandi. 2016. “Model of empowerment-based management change and its relation to the college quality improvement”. International Journal of Applied Business and Economic Research 14 (11): 7791– 7809.
 
Sugiyono.2010.MetodePenelitianManaje men. CV Alfabeta.Bandung. Susita Elfira, (2015) Pengendalian Resiko Usaha Pedagang Ikan Basah Di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Menurut Tinjauan Ekonomi Islam. Thesis, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
 
Wirakarta kusumah, M. A. 2007. Telaah Perkembangan Industri Pangan di Indonesia. Dalam Jurnal Pangan No. 32 Vol VIII 2007.Penerbit Bulog.Jakarta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun