Mohon tunggu...
Dewi Shintia Aulia
Dewi Shintia Aulia Mohon Tunggu... Akuntan - Junior Purchasing Officer

Saya bekerja di PT Berca Schindler Lifts sebagai Junior Purchasing Officer dan Mahasiswa semester 4 Prodi Manajemen di Universitas Pamulang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Pengendalian Risiko Pada Usaha Keripik Singkong

18 Oktober 2024   18:25 Diperbarui: 18 Oktober 2024   18:46 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berikut adalah pengendalian risiko yang dilakukan oleh pelaku usaha keripik singkong XYZ terhadap risiko - risiko yang dihadapinya :
1. Risiko pada input (singkong atau bahan baku) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap input (bahan baku) adalah bahan baku mudah busuk dan harga bahan baku tidak menentu. Risiko bahan baku yang mudah busuk memiliki peluang terjadi sebesar 30 %, sedangkan harga bahan baku yang tidak menentu memiliki peluang terjadi sebesar 40% per 10 kali produksi. Total kerusakan yang terjadi pada tahap input yang disebabkan karena bahan baku (singkong) busuk sebesar 90 kg per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko bahan baku yang mudah busuk dengan cara melakukan pemilihan singkong (sortasi bahan baku) yaitu hanya singkong yang bermutu baik yang digunakan untuk produksi keripik, menjaga kebersihan bahan baku dan hanya melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen. Pada risiko harga bahan baku yang tidak menentu, pelaku usaha keripik singkong XYZ tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, karena harga bahan baku (singkong) sudah ditentukan oleh pasar.

2. Risiko pada proses (pengolahan bahan baku) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap proses (pengolahan bahan baku) adalah belum memiliki standarisasi produk. Risiko belum memiliki standarisasi produk memiliki peluang terjadi sebesar 20 % per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko belum memiliki standarisasi produk dengan cara menggunakan alat perajangan yang bersih dan dapat bekerja dengan baik serta melakukan pengecekan produk secara visual. Pelaku usaha keripik singkong XYZ dalam melakukan perajangan singkong masih menggunakan cara tradisional (manual) dan tidak menggunakan mesin. Menurut pelaku usaha keripik singkong XYZ , keripik yang dirajang secara manual memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan memakai mesin pemotong. Hasil keripik singkong yang dirajang dengan mesin pemotong terlalu tipis sehingga ketika digoreng keripik singkong menjadi keras dan alot ketika dikonsumsi.

3. Risiko pada output (produk keripik singkong) Risiko yang dihadapi pelaku usaha keripik XYZ pada tahap output (produk keripik singkong) adalah keripik mudah hancur, semakin banyaknya pesaing dan produk kadaluarsa di pasaran. Risiko keripik mudah hancur memiliki peluang terjadi sebesar 50%, risiko semakin banyaknya pesaing memiliki peluang terjadi sebesar 20% dan risiko produk kadaluarsa di pasaran memiliki peluang terjadi sebesar 60% per 10 kali produksi.

Pada tahap output, total kerusakan keripik singkong karena hancur sebesar 200 kg per 10 kali produksi, sedangkan total kerusakan yang disebabkan karena keripik singkong kadaluarsa di pasaran sebesar 330 kg per 10 kali produksi. Pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko pada risiko keripik mudah hancur dengan cara bahanbaku (singkong) yang digunakan harus memiliki mutu yang baik dan saat proses perajangan dan penggorengan harus dilakukan dengan baik. Pada risiko semakin banyaknya pesaing, pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko dengan cara menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta membuat variasi rasa produk. Sedangkan pada risiko produk kadaluarsa di pasaran, pelaku usaha keripik singkong XYZ melakukan pengendalian risiko dengan cara melakukan sistem produksi sekali habis dan melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat penulis simpulkan bahwa pengendalian risiko yang dilakukan oleh pelaku usaha Keripik Singkong XYZ adalah pengendalian fisik (risiko dihilangkan, risiko diminimalisir) yaitu meminimasi risiko dilakukan dengan upaya-upaya untuk meminimumkan kerugian.

1) Risiko pada input (singkong atau bahan baku) Risiko pada tahap input (bahan baku) adalah bahan baku mudah busuk dan harga bahan baku tidak menentu. Pengendalian risiko bahan baku yang mudah busuk dilakukan dengan melakukan pemilihan singkong (sortasi bahan baku), menjaga kebersihan bahan baku dan hanya melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen. Pada risiko harga bahan baku yang tidak menentu, pelaku usaha keripik singkong XYZ tidak bisa mengendalikan risiko tersebut, karena harga bahan baku (singkong) sudah ditentukan oleh pasar.

2) Risiko pada proses (pengolahan bahan baku) Risiko pada tahap proses (pengolahan bahan baku) adalah belum memiliki standarisasi produk. Pengendalian risiko belum memiliki standarisasi produk dilakukan dengan menggunakan alat perajangan yang bersih dan dapat bekerja dengan baik serta melakukan pengecekan produk secara visual.

3) Risiko pada output (produk keripik singkong) Risiko pada tahap output adalah keripik mudah hancur, semakin banyaknya pesaing dan produk kadaluarsa di pasaran. Pengendalian risiko keripik yang mudah hancur dilakukan dengan menggunakan bahan baku (singkong) yang bermutu baik dan saat proses perajangan dan penggorengan harus dilakukan dengan baik. Pada risiko semakin banyaknya pesaing, pengendalian risiko dilakukan dengan menjaga dan meningkatkan kualitas produk serta membuat variasi rasa produk. Sedangkan pada risiko produk kadaluarsa di pasaran, pengendalian risiko dengan cara melakukan sistem produksi sekali habis dan melakukan produksi sesuai dengan pesanan konsumen.

Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan diatas maka penulis mengajukan saran yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan yaitu :
1. Perusahaan sebaiknya memperhatikan sarana produksi yang tepat jumlah, mutu dan waktu sehingga risiko pada produk keripik singkong tidak terlalu besar.

2. Perusahaan hendaknya memberikan pelatihan karyawan, khususnya pada bagian produksi untuk mengurangi risiko yang diakibatkan oleh sumber daya manusia, seperti pada risiko belum memiliki standarisasi produk dan keripik yang mudah hancur.

3. Karena risiko yang paling banyak terjadi adalah produk kadaluarsa di pasaran, maka sebaiknya perusahaan memberikan potongan harga satu minggu sebelum produk keripik singkong tersebut kadaluarsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun