Lain pula dengan pengusaha yang oportunis, namun terlampau positif melihat peluang di depan mata. Setiap peluang ia ambil, padahal belum memiliki gambaran akan dibawa kemana, serta tak mempertimbangkan keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Contoh-contoh di atas menyadarkan bahwa dalam mengelola usaha, tak hanya aspek-aspek materi yang perlu dikembangkan, melainkan juga aspek personal.
Serta perlu disadari, ketika memutuskan merekrut karyawan sebagai tenaga pembantu, secara otomatis hal tersebut menambah peran yang diemban selain pengusaha, yaitu peran sebagai leader.
Pada usaha yang baru berkembang, barangkali akan lebih sulit menjelaskan visi usaha kepada karyawan, terlebih di saat yang sama pengusaha juga masih terus mencari apa tepat dan tidak bagi usahanya. Namun minimalnya, kita tidak lupa apa alasan kita merekrut karyawan.
Dengan segala proses perekrutan yang dilalui, barangkali niatnya begini, satu atau dua orang yang memiliki kemampuan tertentu dapat membantu mengembangkan usaha.
Ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan sendiri, dan satu atau dua orang ini lebih baik dari kita dalam hal tersebut. Sehingga, akan baik bagi kita untuk bertanya pendapatnya, melibatkan dalam diskusi, serta memberikan upah yang layak sesuai perjanjian.
Toh, apabila hak karyawan terpenuhi, hasilnya akan baik bagi pengusaha. Kinerja maksimal karena tak perlu memikirkan kebutuhan di luar pekerjaan, usaha menjadi lancar.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H