Beranjak SMA, ide menjahit mulai bertambah. Bosan dengan pakaian, kain perca pun menjadi totebag.
Hingga pada akhirnya, mesin jahit tua itu, kini saya yang menggunakan. Sesekali untuk memenuhi kebutuhan sandang pribadi, sesekali untuk mencari rupiah.
Kalau dipikir kembali, pada zaman sekolah dulu, kata menjahit tidak pernah sekalipun tertulis dalam lembar biodata yang disebarkan kawan-kawan di kelas, selalu saja menyanyi dan menggambar. Makanya judul di atas pun adalah hobi yang tertular tanpa sadar.
Terkadang menyebut menjahit sebagai hobi pun masih terasa canggung, karena rasanya ya.. begitu saja. Senang, tapi biasa. Kebiasaan. Rutinitas. Keseharian. Tak tampak istimewa tapi senang saja dilakukan. Mungkin demikian.
Namun, mau disebut hobi atau pun sekedar rutinitas, menjahit adalah hal menular yang menjadi berkah bagi saya, hal menular yang terasa take it for granted, boleh juga dibilang privilege-nya anak penjahit. Hal menular yang bisa saya manfaatkan sebagai bekal dalam perjalanan.
Demikian cerita tentang hobi yang menular.
salam hangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H