Kajian Sastra Bandingan
Pengkajian sastra bandingan adalah studi karya sastra lanjut. Setiap pemerhati sastra, termasuk kritikus, pada saatnya akan berkecimpung dengan pengkajian sastra bandingan. Bagi pemerhati sastra yang telah belajar karya sastra lebih memadai, kiranya pengkajian sastra bandingan memang sebuah keharusan. Rasa ingin tahun dan ingin segera mengupas tuntas persilangan antar sastra, jelas menantang pemerhati sastra.
Penelitian sastra bandingan berangkat dari asumsi bahwa karya sastra tidak mungkin terlepas dari karya-karya yang telah ditulis sebelumnya. Bisa dikatakan penelitian sastra bandingan tak mungkin lepas dari unsur kesejarahannya. Karya sastra lahir dari masyarakat yang memiliki konvensi tradisi pandangan masyarakat tentang seni. Yang lebih penting lagi sastra amat mungkin berasal dari karya sebelumnya yang dianggap mainstream. Karya-karya besar biasanya yang mengilhami karya selanjutnya. Akan tetapi bisa juga sebaliknya karya besar justru lahir karena terinspirasi karya kecil yang diciptakan sebelumnya.
Pada prinsipnya kajian sastra bandingan adalah pengamatan mendalam untuk melihat persamaan dan perbedaan di samping mengamati keduanya yang sekaligus mencari hubungan atau pertalian antara dua atau lebih karya sastra. Studi sastra bandingan pada umumnya membahas mengenai relasi di antara dua buah karya sastra atau lebih yang memiliki latar budaya yang berbeda di satu sisi, tetapi memiliki berbagai kesejajaran baik dari segi bentuk maupun konten di sisi lain.
Menurut kajian Guillen (1993: 3) mengatakan bahwa kajian sastra banding selama ini berorientasi pada kegiatan menguji karya sastra dari sudut pandang internaionalitas saja. Padahal identitas sastra banding tidak semata-mata tergantung pada bagaimana pelaku penelitian sastra banding berkegiatan membandingkan.
Jika satu karya sastra memiliki unsur-unsur kesamaan, kemiripan dan seterusnya, tentu saja tidak dapat serta merta dikatakan bahwa karya yang satu dipengaruhi oleh karya lainnya. Secara transformatif pengaruh itu bukan sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Dalam kenyataannya memang seringkali ditemukan adanya penggalan-penggalan plot yang memiliki unsur-unsur kemiripan, pengaruh kuat dan bahkan kesamaan. Dunia globalisasi termasuk salah satu ruang terjadinya pengaruh itu.
Menurut Damono (2005: 5) sastra bandingan bukan hanya sekadar mempertentangkan dua sastra dari negara atau bangsa. Sastra bandingan juga tidak pada karya-karya besar walaupun kajian sastra bandingan seringkali berkenaan dengan penulis-penulis temanya yang mewakili suatu zaman. Kajian penulis baru yang belum mendapat pengakuan dunia ppun dapat digolongkan dalam sastra bandingan. Batasan sastra bandingan tersebut menunjukkan bahwa perbandingan tidak hanya terbatas pada sastra antar bangsa tetapi juga sesama bangsa sendiri, mialnya antarpengarang, antargenetik, antarzaman, antarbentuk dan antartema.
Maka dapat dipahami bahwa sastra bandingan adalah persamaan dan perbedaan teks. Jadi pertalian teks yang terpenting dari kajian ini adalah bagaimana seorang peneliti mampu menentukan sastra membandingkan kekhasan sastra yang dibandingkan.
Sinopsis Novel Cinta dalam Ikhlas
      Bintang Athar Firdaus harus kehilangan ayahnya pada usia 5 tahun dan kehilangan Teh Rani, kakak perempuan tertuanya pada saat kelas III. Athar tinggal bersama Mama, kakak, dan adik perempuannya.
      Ketika SMP, Athar termasuk laki-laki yang biasa saja, bahkan cenderung nakal. Athar sempat terlibat perkelahian di sekolah bahkan Mama pernah dipanggil ke sekolah lantaran dia sempat berbuat onar. Athar sempat berpacaran dengan beberapa cewek saat SMP, namun ujung-ujungnya selalu kandas. Menurutnya, saat itu ia hanya terjebak rasa gengsi karena teman-teman satu gengnya sudah punya pacar semua. Rumitnya dunia pacaran membuat prestasinya di sekolah semakin menurun.