Aktor dan Kepentingannya
- Kepentingan Russia
Jika kita mendalami terhadap konflik yang terjadi kita akan menemukan dua poin penting yang merujukan kita kepada kepentingan Rusia yaitu pelabuhan dan gas alam. Dua poin ini akan menuntun kita mendalami kepentingan Rusia dibalik tindakannya yang masih dipertanyakan oleh sebagian besar orang. Pada poin yang pertama yaitu pelabuhan, akan menuntun kita pada segi ekonomi Rusia. Pada segi ekonomi Rusia terutama dalam hal perdagangan jalur laut diketahui sebagian besar perdagangan yang dilakukan melewati jalur Utara meliputi pelabuhan Kaliningrad, Murmansk, dan Saint Petersburg, jalur yang ditempuh kapal – kapal untuk berlayar tergolong sangat jauh karena mereka harus memutari hampir setengah negara Rusia untuk mencapai tujuannya, sehingga menyebabkan keterlambatan atau keterhambatan dalam proses perdagangan terutama perdagangan jalur laut. Hal ini juga didukung pada segi kemiliteran Rusia khususnya mengenai Armada Laut Hitam karena dengan keterbatasan Rusia mengenai pelabuhan ditambahkan juga sebagian besar pelabuhan Rusia tidak cukup untuk menampung seluruh Armada Laut Hitam seperti Pelabuhan Novorossiysk yang diikuti dengan pembangunan infra struktur yang kurang memadai.
Pada segi ekonomi dan militer ini pada akhirnya menjadi alasan Rusia untuk mengintervensi konflik Ukraina dan menganeksasi Crimea, di mana fokus Rusia yaitu pada pembahasan sebelumnya mengenai pelabuhan Sevastopol, mengingat kembali sebagian besar wilayah Timur dan Selatan Ukraina termasuk dengan Crimea merupakan orang – orang berketurunan etnis Rusia menjadi alasan lain bagi Rusia untuk dengan mudah untuk menggenggam pelabuhan tersebut tanpa membayar atau membuat kontrak dengan Ukraina mengenai perihal Armada Laut Hitam, di satu sisi juga keuntungan yang didapat oleh Rusia menjadi dua kali lipat karena mengingat dengan aneksasi Crimea terhadap Rusia yang didukung oleh referendum Crimea pada tahun 2014 mengenai Crimea memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia dengan hasil keputusan 96,6%, akan membuka jalur perdagangan baru dan jendela baru bagi pertumbuhan dan perkembangan ekonomi Rusia, perdagangan yang sebelumnya harus melewati sebagian besar jalur Utara, dengan adanya Crimea merujuk pada Pelabuhan Sevastopol membawa banyak keuntungan bagi Rusia, sekalipun referendum tersebut tidak bersifat legal karena ditolak oleh 193 negara di majelis umum PBB. Pada poin yang berikut yakni gas alam, akan membawa kita pada tindakan Rusia untuk mengejar kepentingan dalam hal pengaruh geopolitiknya pada kawasan Eropa. Rusia dikenal sebagai salah satu pemasok energi terbesar di dunia, di mana dengan gelarnya ini diketahui Rusia memanipulasi dalam mengalokasikan gas alamnya untuk kepentingan geopolitiknya, tuduhan tersebut datang oleh sebagian besar negara anggota UE dan juga dari AS, dengan kedatangan musim dingin kali, benua Eropa berada pada ambang kehancuran karena kedatangan musim dingin kali ini bersamaan dengan timbulnya krisis energi pada kawasan Eropa.
Pada tanggal 30 Oktober 2021 operator pipa Jerman menemukan bahwa aliran gas alam dari Rusia ke Eropa terhenti pada pipa Yamal-Eropa yang merupakan pipa gas yang membawa gas dari Polandia ke Jerman akan tetapi perusahaan yang mengelola yakni Gazprom menyatakan bahwa mereka telah melakukan kewajiban mereka sesuai kontrak yang ada sehingga hal ini memicu munculnya berbagai tuduhan oleh Pihak Jerman, Amerika Serikat, IEA, beserta anggota parlemen Eropa mengenai manipulasi energi yang dilakukan Rusia.
Upaya dalam mengejar kepentingan Rusia juga ditandai dengan kontrak dalam hal transfer gasnya dengan Hungaria pada bulan September, di mana Hungaria mendapatkan kontrak dengan perusahaan Gazprom Rusia selama 15 tahun untuk membeli 4,5 miliar meter kubik gas alam pertahun, di mana kontrak ini merupakan strategi Rusia dalam memonopoli gas terhadap Ukraina, karena dengan kontrak ini impor gas yang dilakukan tidak akan melewati jalur pipa gas yang berada di Ukraina akan tetapi melewati pada kawasan Eropa Tenggara yakni melalui jalur pipa Balkan. Strategi Rusia tersebut berdampak cukup besar terhadap perekonomian Ukraina, sehingga Ukraina tidak akan mendapatkan pendapatan dari biaya ekspor karena gas sudah tidak melewati pipa jalur mereka, akan tetapi pernyataan dari Rusia menegaskan bahwa yang kontrak yang disepakati tidak berkaitan dengan konflik yang terjadi, tindakan Rusia ini merupakan pelampiasan kekesalannya terhadap pengaruh AS yang memperhambat pemaksimalan pengaruh geopolitiknya pada Kawasan tersebut, karena proyek Nord Stream 2 yang merupakan bentuk kerja sama Rusia dan Jerman dalam hal transfer gas secara langsung dari Rusia ke Jerman diberhentikan ketika AS dan Jerman mencapai suatu kesepakatan untuk proyek tersebut yang diikuti pemberian sanksi kepada Rusia jika memonopoli pasokan energi demi mendapatkan pengaruh geopolitiknya.
- Kepentingan Ukraina
Pada konflik Ukraina Rusia dapat kita lihat, sebenarnya konflik yang terjadi adalah permasalahan internal Ukraina karena dengan pesta politik yang kita lihat antara dua orang yang memiliki kedekatan yang berbeda antara entitas kuat di dunia internasional yakni Viktor Yanukovych yang lebih dekat dengan Rusia dan Viktor Yuschenko yang lebih dekat dengan belahan dunia barat. Sebuah kepentingan nasional bagi sebuah negara akan ada, akan tetapi tentu kepentingan nasional itu juga tergantung rezim seperti apa yang sedang berlaku pada negara tersebut dengan kata lain kepentingan nasional akan bersifat dinamis atau tidak tetap tergantung dengan pemimpin seperti apa yang memimpin negara tersebut untuk mengejar kepentingan yang seperti apa.
Salah satu kepentingan setiap negara dan tentunya berlaku pada Ukraina juga adalah kepentingan dalam hal ekonomi. Pada pemerintahan Ukraina sebelumnya terdapat kompleksitas politik internal Ukraina yang meliputi kedua kandidat Presiden yakni Yanukovych dan Yuschenko yang bersaing untuk mendapatkan kursi Presiden. Pada pemerintahan Yuschenko dikenal pro-barat karena sebelum masuk dalam persaingan memperebutkan kuris kepresidenan ia mengatakan jika ia terpilih sebagai Presiden ia akan menjalin kerjasama yang lebih erat denganbelahan barat akan tetapi disatu sisi tetap menjaga kedekatannya dengan Moskow. Akan tetapi apa yang dikatannya jauh berbeda selagi ia menjabat ia secara terang–terangan menunjukan ingin berusaha mempercepat integrasi Ukraina dengan belahan dunia barat yang secara yang bersamaan untuk mendapatkan keanggotaan UE dan ingin terlepas dari genggaman Rusia yang ditunjukan dengan tanpa menyembunyikan niatnya untuk mengusir Russia dari Sevastopol setelah kontraknya habis pada 2017.
Berselang pada pemilu berikutnya pada tahun 2010 dimenangkan oleh Yanukovych yang merupakan Presiden beretnis Rusia sehingga tidak dapat dipungkiri jika pemerintahan Yanukovych akan lebih berorientasi pada Rusia dibandingkan UE di mana keeratan Ukraina dan Rusia ditunjukkan dengan pertemuan antara Yanukovych yang baru menjabat selama dua bulan sebagai Presiden Ukraina dengan Presiden Rusia Mervedev di Kharkov, di mana tujuan pertemuan kedua pemimpin negara mantan Uni Soviet ini membahas mengenai perpanjangan kontrak Armada Laut Hitam Rusia yang terdiri atas 388 kapal perang Rusia, 14 kapal selam diesel selain itu ada 161 jet tempur di pangkalan udara di Gvadeiskove dan Sevastopol jika dilihat dari perjanjian Kharkiv, selama 25 tahun tambahan, di mana hal ini diikuti dengan keuntungan bagi Ukraina dalam hal gasalam karena adanya penurunan harga terhadap gas alam dari perusahaan Gazprom Rusia menjadi 100 dolar per 1000 meter kubik dengan jangka waktu yang tersisadari hasil kontrak pada tahun 2009. Dengan kesepakatan tersebut tentunya Ukraina akan memiliki ekonomi yang memadai dan akan terjadi pertumbuhan ekonomi yang cukup untuk melakukan persaingan dalam dunia yang kompetitif, namun sebuah integrasi ekonomi tentunya masih menjadi sebuah keuntungan besar bagi sebuah negara terutama jika dilakukan dengan badan supranasional UE, tindakan Yanukovych menolak integrasi ekonomi bersama UE pada akhirnya pun tidak hanya merugikan bagi Ukraina dalam memiliki kekuatan finansial yang lebih kuat lagi, tindakan Yanukovych ini diketahui terdapat tekanan dari pihak Rusia, dengan tekanan dari mitra terdahulu Ukraina pada akhirnya menyebabkan Yanukovych pada tahun 2014 dilengserkan dari jabatannya karena protes yang dilakukan masyarakat Ukraina yang sebagian besar berasal dari daratan Ukraina.
Pada akhirnya pelengseran tersebut memicu terbaginya kubu pemerintahan Rusia dan melahirkan referendum dari Crimea pada tahun 2014 tepatnya pada tanggal 17 Maret mengenai pemisahan Crimea dengan Ukraina dan bergabung dengan Rusia serta kemunculan gerakan separatisme dari timur yakni Donetsk People’s Republic dan Luhansk People’s Republic atau sering dikenal dengan DPR dan LPR pada bulan Mei 2014, dengan ini sebelumnya yang merupakan kepentingan ekonomi bergeser pada kepentingan keutuhan dan keamanan negara, dengan gerakan separatisme tersebut melahirkan konflik internal yang masih berjalan hingga sekarang ini yang dikenal dengan Konflik Donbass yang masih memakan korban jiwa sampai sekarang ini dan tentunya hal ini adalah hal yang serius dan harus ditanggapi oleh pihak Ukraina akan tetapi semua itu tidak berjalan semudah itu karena dibalik kejadian yang sangat rumit ternyata ada campur tangan Rusia untuk mencapai kepentingannya.
- Analisa Konflik
Russia tidak melakukan invasi secara penuh sejak 2014. Mereka hanya melakukan perang asimetris dengan mengirim pasukan black ops dan melatih separatis di Donetsk dan Luhansk. Russia juga melakukan propaganda, cyberwarfare dan cara non konvensional lainnya. Namun dilihat dari hasilnya yang kurang berhasil dengan cara yang asimetris ini, maka ada kemungkinan Russia melakukan Invasi secara langsung. Invasi penuh untuk merebut seluruh Ukraina akan menjadi sesuatu yang belum pernah dilihat Eropa dalam beberapa dekade. Itu bisa melibatkan perang kota, termasuk di jalan-jalan Kyiv, dan serangan udara di pusat-pusat kota. Ini akan menyebabkan konsekuensi kemanusiaan yang mencengangkan, termasuk krisis pengungsi. AS memperkirakan korban tewas warga sipil bisa melebihi 50.000, dengan sekitar 1 juta hingga 5 juta pengungsi. Konaev mencatat bahwa semua perang kota itu keras, tetapi pertempuran Rusia yang disaksikan di tempat-tempat seperti Suriah telah “sangat menghancurkan, dengan sangat sedikit memperhatikan perlindungan sipil.”
Skala besar dari serangan semacam itu juga membuatnya paling kecil kemungkinannya, kata para ahli, dan itu akan membawa biaya yang luar biasa bagi Rusia. “Saya pikir Putin sendiri tahu bahwa taruhannya sangat tinggi,” Natia Seskuria, seorang rekan di Royal United Services Institute, mengatakan. “Itulah mengapa saya pikir invasi skala penuh adalah pilihan yang lebih berisiko bagi Moskow dalam hal potensi penyebab politik dan ekonomi tetapi juga karena jumlah korban. Karena jika kita membandingkan Ukraina pada tahun 2014 dengan tentara Ukraina dan kemampuannya saat ini, mereka jauh lebih mampu.” (Pelatihan Barat dan penjualan senjata pasti ada hubungannya dengan peningkatan kemampuan itu.)
Invasi semacam itu akan memaksa Rusia untuk pindah ke daerah-daerah yang sangat memusuhi mereka. Itu meningkatkan kemungkinan perlawanan yang berkepanjangan (bahkan mungkin yang didukung oleh AS) dan invasi bisa berubah menjadi pendudukan. “Kenyataan yang menyedihkan adalah bahwa Rusia dapat mengambil Ukraina sebanyak yang diinginkannya, tetapi tidak dapat menahannya,” kata Melinda Haring, wakil direktur Pusat Eurasia Dewan Atlantik.
Menurut saya, cara yang bisa ditempuh untuk mengatasi konflik ini adalah bila semua pihak mau berkompromi dan mau duduk di meja perundingan. Memang, sudah ada Minsk Protocol yang dijalankan pada tahun 2015. Namun dilihat dari keadaan saat ini, Minsk Protocol sepertinya tidak berhasil untuk membawa kedamaian di Ukraina Timur. Menurut penulis, untuk bisa deeskalasi konflik yang sangat memanas ini, semua pihak harus menurunkan egonya masing-masing dan mencari win-win solution dari permasalahan yang ada. Misalnya, Russia yang terancam oleh Ukraina yang ingin bergabung NATO, mungkin saja Ukraina bisa setuju tidak bergabung NATO dengan syarat dikembalikannya provinsi Donetsk dan Luhansk ke Ukraina.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H