Namaku Vivian, aku adalah seorang kolektor barang-barang antik. Seorang kolektor tentunya tidak dapat menjelaskan kepada awam, tentang kegemarannya tersebut. Namun bagiku sederhana saja--aku penyuka barang antik--oleh karena itu aku lalu mengoleksinya.
Barang antik itu kudapat secara tidak sengaja. Saat aku sedang menghabiskan waktu berjalan-jalan sendiri--di sekitar jalan Surabaya, Menteng Jakarta Pusat. Aku melihat sebuah pigura emas berukir motif parsley. Namun aku tidak tertarik dengan foto seorang wanita, yang terbingkai dalam pigura itu. Aku berniat menggantinya dengan fotoku sendiri. Nanti. Saat pigura itu aku dapatkan.
Jalan Surabaya memang surga bagi para kolektor dan para penggemar barang-barang antik. Dari meja, kursi, bahkan lemari dan perabot lain seperti lampu-lampu hias ataupun cuma cermin kecil kuno, semua ada di sana. Aku memang biasa ke tempat ini bila sedang ingin melihat lihat. Siapa tahu ada barang antik yang bisa dikoleksi.
Pigura antik yang kulihat bukan sembarang pigura biasa. Aku bisa merasakan barang itu istimewa. Sebagai kolektor keinginan memiliki barang itu sangat kuat. Kemudian kudekati seorang lelaki tua penjual pigura itu. Setelah menanyakan harga dan tawar menawar akhirnya pigura antik itu kubawa pulang.
Konon--dari cerita lelaki tua yang menjualnya padaku--pigura itu memiliki nilai historis. Pada awalnya, dia keberatan menjualnya padaku. Dia hanya mengatakan pigura itu ada "isi" nya. Aku bukan orang yang percaya hal-hal yang mistis dan tahayul. Bagiku hal itu hanya isapan jempol.
Sesampai di rumah kubersihkan pigura itu dari debu-debu yang menempel. Aku berencana mengganti foto perempuan yang terdapat di pigura itu. Keesokan harinya.Â
Setelah kubersihkan, pigura itu kuletakkan di samping tempat tidurku. Tepatnya di atas nakas. Malamnya sebelum beranjak tidur, aku menikmati keindahan pigura itu. Betapa pigura itu sangat indah dan membuatku tidak menyesal telah membelinya.
Terdengar hantaman pintu yang sangat keras dari arah luar kamarku. Aku beranjak lalu keluar dari kamar untuk mengecek apa yang terjadi. Dan benar saja, pintu depan rumahku terbuka lebar. Kupikir, aku tidak menutup pintu dengan benar tadi, sebelum tidur. Perlahan kudekati pintu depan lalu kututup dan menguncinya.
Saat aku membalikkan badan, sesosok perempuan yang ada dalam pigura, berdiri di depan kamarku. Seketika aku menjerit karena shock. Namun kemudian aku tersadar bahwa kejadian itu ternyata hanyalah mimpi. Aku terbangun dari mimpi buruk, lalu pergi ke dapur untuk menenangkan diri--karena dadaku berdegub kencang. Kuminum segelas air putih, kemudian kembali masuk ke kamar.
Saat aku kembali ke dalam kamar, tatapan mataku bersirobok dengan perempuan dalam pigura. Dia juga sedang menatap ke arah mataku. Jantungku kembali berdebar. Mungkin ini yang dimaksud oleh lelaki tua penjual pigura, bahwa pigura itu ada 'isi'nya. Baiklah, besok aku akan melepas foto di dalam pigura itu. Karena aku jadi takut sendiri. Pigura dan foto itu lalu kututup dengan kain. Supaya malam ini, aku tidak melihatnya dan bermimpi buruk.
Pagi harinya--setelah terbangun dari tidur--aku membawa pigura itu ke halaman belakang. Kulepas foto perempuan dalam pigura, yang semalam menghantuiku. Lalu dengan segera kubakar foto itu hingga hangus menjadi abu. Setelahnya, kubersihkan pigura itu, kemudian kupasang kembali di atas nakas--dengan fotoku di dalamnya.
Malam harinya kupandangi kembali fotoku dalam pigura antik--yang sudah menjadi barang favoritku. Aku tersenyum puas telah membelinya. Kemudian tak lama aku lalu tertidur.
Saat aku sedang tidur, ada yang menguncang pundakku dengan keras. Kubuka mata, tampak wajah seorang perempuan yang sangat mengerikan berada di depan wajahku.Â
Seketika aku menjerit. Kemudian berusaha lari keluar kamar. Tapi perempuan itu mencengkeram kakiku sehingga aku tidak dapat melarikan diri. Aku berusaha melepaskan diri dari cengkeraman perempuan misterius itu.Â
Sampai akhirnya aku berhasil lari secepat mungkin ke luar kamar. Perempuan itu masih mengejarku. Aku lalu berlari ke luar rumah dengan nafas menderu dan jantung berdebar.
Perempuan tadi masih saja mengejarku. Walaupun aku berlari menjauh dari rumah, berlari di jalanan yang sangat sepi. Mungkin saat itu sudah tengah malam.Â
Sambil terus berlari aku berusaha mencari pertolongan, karena perempuan itu tetap mengejarku. Saat aku akan menyeberang, tiba-tiba ada cahaya yang sangat menyilaukan mata. Sebuah cahaya dari lampu mobil yang melaju kencang.Â
Kemudian aku tidak sadarkan diri. Setelah tersadar aku melihat tubuhku tergeletak di jalanan yang sepi ...
             ____
Aku kembali berjalan seorang diri di jalan Surabaya, pada suatu waktu. Kulihat kembali lelaki tua penjual barang antik. Dia terlihat sedang bernegosiasi dengan seseorang, calon pembeli yang tertarik pada barang antik yang dijualnya. Aku lalu berjalan mendekat. Untuk mencuri dengar pembicaraan mereka.
 "Boleh kurang nggak, Pak, harganya?"
"Boleh, bisa kurang sedikit. Tapi barang ini ada isinya lho?" Lelaki tua itu menjelaskan kepada calon pembelinya. Laki-laki yang ingin membeli pigura itu lalu tertawa. Tampaknya dia juga tidak percaya akan hal-hal mistis dan tahayul sepertiku.
 "Ya sudah, deal--saya beli, Pak, nanti fotonya saya ganti," kata laki-laki itu pada lelaki tua penjual barang antik.
Setelah melakukan pembayaran, lelaki tua itu lalu membungkus pigura antik--dengan fotoku yang terbingkai dalam pigura. Kalau saja laki-laki itu tahu apa yang telah terjadi, bukan foto yang membahayakan hidupnya, tapi pigura antik itu yang mengandung energi negatif. Semoga laki-laki itu baik-baik saja.
            ____
Writen by CoretanEmbun, Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H