Pagi harinya--setelah terbangun dari tidur--aku membawa pigura itu ke halaman belakang. Kulepas foto perempuan dalam pigura, yang semalam menghantuiku. Lalu dengan segera kubakar foto itu hingga hangus menjadi abu. Setelahnya, kubersihkan pigura itu, kemudian kupasang kembali di atas nakas--dengan fotoku di dalamnya.
Malam harinya kupandangi kembali fotoku dalam pigura antik--yang sudah menjadi barang favoritku. Aku tersenyum puas telah membelinya. Kemudian tak lama aku lalu tertidur.
Saat aku sedang tidur, ada yang menguncang pundakku dengan keras. Kubuka mata, tampak wajah seorang perempuan yang sangat mengerikan berada di depan wajahku.Â
Seketika aku menjerit. Kemudian berusaha lari keluar kamar. Tapi perempuan itu mencengkeram kakiku sehingga aku tidak dapat melarikan diri. Aku berusaha melepaskan diri dari cengkeraman perempuan misterius itu.Â
Sampai akhirnya aku berhasil lari secepat mungkin ke luar kamar. Perempuan itu masih mengejarku. Aku lalu berlari ke luar rumah dengan nafas menderu dan jantung berdebar.
Perempuan tadi masih saja mengejarku. Walaupun aku berlari menjauh dari rumah, berlari di jalanan yang sangat sepi. Mungkin saat itu sudah tengah malam.Â
Sambil terus berlari aku berusaha mencari pertolongan, karena perempuan itu tetap mengejarku. Saat aku akan menyeberang, tiba-tiba ada cahaya yang sangat menyilaukan mata. Sebuah cahaya dari lampu mobil yang melaju kencang.Â
Kemudian aku tidak sadarkan diri. Setelah tersadar aku melihat tubuhku tergeletak di jalanan yang sepi ...
             ____
Aku kembali berjalan seorang diri di jalan Surabaya, pada suatu waktu. Kulihat kembali lelaki tua penjual barang antik. Dia terlihat sedang bernegosiasi dengan seseorang, calon pembeli yang tertarik pada barang antik yang dijualnya. Aku lalu berjalan mendekat. Untuk mencuri dengar pembicaraan mereka.
 "Boleh kurang nggak, Pak, harganya?"