Olivia merasa mulai mengkhianati Mike. Namun, saat ini Olivia tidak bisa melakukan apapun. Dirinya hanya duduk terpaku dan membisu di hadapan Joe. Lelaki yang selama ini selalu gagal dia lupakan.
   "Olivia--bolehkan aku memelukmu untuk yang terakhir kalinya. Sebelum kamu menikah?"
   Ponsel Joe yang tergeletak di meja bergetar. Ada telepon masuk. Di layar ponsel, terlihat sosok wanita cantik, dengan nama 'my wife'. Segera Joe mengangkat ponselnya. Di seberang telepon terdengar suara wanita yang sedang bicara.
   "Sayang--kamu bisa nggak jemput aku di klinik  dokter Halim, sekarang? Aku lagi ngidam pengen dijemput suami."
   "Maaf--aku sedang sibuk. Masih banyak pekerjaan." Lalu dengan cepat Joe memutus hubungan telepon itu, meletakkan ponsel kembali di atas meja.
   Olivia terpaku, lalu ditariknya tangannya dari genggaman Joe. Ternyata Joe belum berubah. Seperti kopi hitam tanpa gula itu. Pahit. Joe tetaplah seorang pengkhianat dan pandai berdusta. ---Oliviaa, tidakkah kamu sadar? Bahwa Tuhan telah menunjukkan padamu, mana yang terbaik bagi dirimu? Nyaris saja Olivia melepas impiannya bersama Mike.
   Olivia setengah berlari keluar dari Cafe Braga. Tanpa memedulikan teriakan Joe yang memanggil namanya. Detik itu juga, Olivia sudah benar-benar dapat melupakan Joe. Tidak ada lagi tempat bagi Joe dalam hatinya.
              ___
Writen by CoretanEmbun, Februari 2023
#Bulan Kasih Sayang
#Say No to KDRT
#KPB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H