Seketika kupeluk dirinya. Dan dia lalu menangis. Hanya aku dan dia sekarang yang masih tersisa dalam kelas. Kubujuk dia untuk menceritakan apa yang telah terjadi.Â
   Dia menceritakan apa yang sedang dialaminya. Kisah hidupnya tidak berbeda dengan sejarah hidupku. Aku kembali memeluknya. Menguatkan hatinya, menyemangatinya.
   "Ibu tetap akan mendampingimu, anggaplah aku juga ibumu, Nak." Kupeluk lagi dirinya, dan ia kembali menangis dipelukanku. Aku berjanji akan terus mendampinginya. Aku tidak ingin dia menjadi korban keadaan. Karena di masa depan, dia masih punya kesempatan untuk bersinar.
                ___
Writen by CoretanEmbun, Februari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H