Seorang wanita bersayap terlihat meronta, saat dirinya dibawa menghadap Tuan Muda Kayon. Wanita bersayap itu adalah Freiya.
   Tentara kerajaan Sino menangkapnya saat Freiya berada di hutan Wordscare yang berbatasan dengan hutan belantara wilayah Utara Sinobu City.
   "Lepaskann---lepaaaskaan!" Freiya kembali meronta sambil berteriak-teriak.
   Tentara Kerajaan Sino telah membakar kedua sayap Freiya. Sehingga ras Mixhuman itu tidak dapat terbang melarikan diri.
   "Tuan Muda, kami telah berhasil menangkap Mixhuman ini," Komandan Tentara melaporkan keberhasilan mereka menangkap target kepada Kayon.
   Kayon kemudian mendekati Freiya. Lalu ia berkata, "Kau harus membantuku--untuk mengaktifkan silver pendant dari Kerajaan Red Dragon supaya berfungsi--."
   "Persetan dengan silver pendant itu!" Freiya berteriak histeris. "Pendant itu kau curi dari Kerajaan Naga Merah, bukan? Siapa yang telah kau bunuh?! Siapa---?!"
   --Ha ha ha--Kayon tertawa keras, kemudian mendekatkan wajahnya pada Freiya. "Aku tidak membunuhnya, tapiii--mungkin gadis itu sekarang sudah mati. Karena aku meninggalkannya seorang diri dalam hutan di wilayah Utara Sinobu City, hmm lukanya cukup parah kurasa--ya, begitulah ... Ha ha ha. Kayon kembali tertawa.
   "Gadis---katamu? Jangan katakan dia adalah Princess Quin---," Freiya menatap Kayon dengan marah, mata birunya berkilat.
   Freiya sebelumnya tidak pernah semarah ini. Tapi apabila ada keluarganya yang diganggu ia akan sangat marah. Sisi buruk dari sifatnya pun akan langsung keluar secara spontan.
   "Yaa---sayang sekali---apa yang kau pikir itu benar. Aku mengambil paksa silver pendant itu dari dalam tubuh Quin---Ha ha ha. Kayon kembali tertawa puas.
   "Di mana Quin sekarang, Kayon!!" Freiya bertanya pada Kayon dengan mata nyalang.
   "Sudah kubilang, Freiyaaa. Quin sudah mati!" Kayon kembali tertawa lebih keras.
   Freiya tidak sempat berkata lagi. Kayon memerintahkan tentara Sino untuk menjebloskannya dalam penjara bawah tanah. Freiya kemudian digiring dengan paksa menuju ruang bawah tanah Kerajaan Sino.
         Â
               ___
 Â
   Di tempat lain--masih dalam Istana--Noru dan Flare sedang berlatih. Mereka ditugaskan untuk menghibur para tamu agung, yang akan datang ke Kerajaan Sino. Untuk menjalin kerjasama dalam  perdagangan, keesokan hari.
   Diantara tamu undangan yang akan hadir adalah Sir Dido Dadu--Perdana Menteri Negeri Rasion. Sir Dido Dadu dijadwalkan akan datang ke Kerajaan Sino pada hari ini. Perdana Mentri itu akan dijemput di bandara Sino pukul 15.00 waktu setempat.
   Panitia penyambutan para tamu agung tampaknya sedang sangat sibuk, mempersiapkan segala sesuatu untuk acara besok. Penjagaan dalam istana juga diperketat. Supaya besok, acara yang akan berlangsung dapat berjalan lancar.
   Noru memerhatikan kesibukan yang sedang berlangsung--melalui jendela dalam ruangan yang digunakannya berlatih biola. Noru sedang mengiringi Flare yang sedang berlatih menyanyi. Namun sesaat gesekan biola Noru terhenti.
   "Noru---ada apa, mengapa gesekan biolamu berhenti?" Flare menangkap sesuatu yang tidak beres.
   "Sebentar---ada sesuatu yang terjadi di luar sana," ungkap Noru.
   Noru melihat--dari balik jendela kaca--tentara kerajaan sedang menggiring seorang wanita dengan kasar. Mereka menutup mata wanita itu dengan sebuah kain hitam.
   "Mereka tampaknya sedang menangkap seseorang. Sepertinya akan dibawa ke ruang bawah tanah. Siapakan wanita itu?" Noru berkata setengah berbisik pada Flare.
   "Apa yang akan kau lakukan, Noru?" Flare berkata dengan cemas. Ia tidak ingin ada masalah di kerajaan ini. Flare tidak ingin Noru terlibat masalah yang akan membuat mereka---bukan tidak mungkin---juga akan dijebloskan ke penjara.
   "Aku akan menyelidikinya."
   "Noru---sebaiknya kau tidakk----," sebelum Flare sempat meneruskan perkataannya, ia sudah mendengar bunyi pintu ruangan itu tertutup. Noru meninggalkan ruangan.
   Flare menjadi sangat cemas, tapi ia tidak dapat berbuat apapun. Gadis itu hanya bisa berharap, Noru tidak mendapat masalah setelahnya.
   Di luar ruangan, Noru mengendap endap. Mengikuti para tentara kerajaan yang membawa wanita tadi ke ruang bawah tanah. Noru ingin mengetahui, siapakah wanita itu---yang telah menjadi tawanan Kayon.
   Para tentara itu akhirnya menjebloskan Freiya ke dalam ruangan bawah tanah yang pengab, dalam sel penjara. Setelah menguncinya dalam sel tahanan, mereka pun pergi.
   Noru, masih bersembunyi diantara sebuah pohon besar yang dikelilingi semak semak. Setelah dilihatnya para tentara itu meninggalkan penjara bawah tanah, Noru kemudian melesat memasukinya.
   Noru, kemudian mencari tahanan wanita tadi. Setelah sel itu ia temukan, dilayangkannya pandangan ke dalam sel. Di dalamnya Freiya sedang berlutut di lantai yang dingin. Sesaat kemudian, Freiya melihat ke arah pintu sel dan mendapati wajah Noru yang sedang memerhatikannya. Ia lalu berdiri dan berjalan mendekati Noru.
   "Siapa kau?" Freiya mengatakannya dengan nada yang masih sangat marah.
   "Aku Noru---tapi tenanglah, aku bukan bagian dari mereka. Aku hanyalah seniman yang ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di sini."
   "Aku tertangkap tentara Sino sialan itu---jadi bagaimana? Apa kau bisa menolongku keluar dari sini?" Freiya bertanya dengan gusar.
   "Apa yang Kayon inginkan darimu? Hingga kau ditangkap lalu dijebloskan dalam penjara?" Noru balik bertanya.
   Belum sempat Freiya berkata lebih lanjut, terdengar derap langkah sepatu mendekati ruang bawah tanah yang pengab itu. Sesaat kemudian Noru bersembunyi di antara dua nakas besar yang digunakan untuk menyimpan peralatan makan sisa para tawanan. Beruntung ruangan itu gelap, sehingga Noru tidak terlihat saat sedang bersembunyi di samping nakas.
   Terlihat dua orang datang, mereka membawa makanan untuk Freiya. Salah seorang membuka kunci sel lalu berjaga di luar. Seorang lainnya memasukkan nampan berisi makanan untuk Freiya, tak lama kemudian keluar. Setelah mengunci sel kembali, kedua orang itu lalu meninggalkan ruangan bawah tanah.
   Noru kembali mengendap endap mendekati sel di mana Freiya ditawan. Kemudian ia kembali bertanya, "ceritakan apa yang telah terjadi."
   "Kau harus menolongku, orang asing." Freiya seperti tidak memedulikan apa yang ditanyakan Noru.
   "Apa yang dapat kulakukan?" Noru kembali bertanya, "siapa namamu?"
   "Freiya, ras Mixhuman. Aku butuh bantuanmu dan berharap kau dapat menginformasikan keberadaanku di sini. Katakan aku telah dijebloskan bangsa Sino ke dalam penjara."
   "Baik Freiya, lalu aku harus ke mana?"
   "Wordscare Forest, hutan belantara yang berbatasan dengan wilayah Utara hutan belantara Sinobu."
   "Baik---Wordscare Forest tidak jauh dari Sinobu City---."
   "Temui ras Mixhuman yang hidup di desa dalam hutan itu, akses masuk desa itu terletak dalam gua di dasar danau."
   "Tapi ada satu syarat---kau harus membantuku membunuh Kayon. Kau berhutang budi padaku, apabila aku berhasil menemukan ras Mixhuman."
   Freiya tertawa, "Akupun ingin membunuh Kayon, karena ia telah membunuh Quin ...." Freiya kemudian menatap Noru, "siapa namamu?"
   "Aku Noru, bangsa Guini. Aku bekerja di kerajaan Sino, sebagai seniman biola yang bertugas menghibur Kayon dan para bangsawan Sino. Oiya---besok akan ada acara penting di kerajaan. Mungkin aku akan membantumu setelah tugasku selesai."
   "Atur saja---apa yang harus kau lakukan, lagipula aku tidak dapat melakukan apapun, selain meminta pertolonganmu," Freiya berkata penuh harap.
   Tak lama kemudian Noru sudah keluar dari penjara bawah tanah. Kemudian bergegas menemui Flare, untuk menceritakan apa yang baru saja diketahuinya tentang wanita yang ditangkap Kayon. --Flare harus mengetahui tentang hal ini, pikir Noru. Ia yakin, wanita bernama Freiya dapat membantu menuntaskan dendamnya pada Kayon.
To be continued
_____
Writen by CoretanEmbun, Februari 2023
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI