Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Endog Vs Telor

3 Februari 2023   21:18 Diperbarui: 3 Februari 2023   21:27 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit : Irina Zavyalova on Pinterest

           Tania, seorang anak perempuan--berumur 5 tahun, tampak sedang cemberut. Saat sedang berada di dalam taksi, yang akan membawanya ke rumah Bude Kartika.

           "Tania--liat Mama, bilang 'chesee' gitu," kata Mama Rima. Tania tidak merespon dan masih cemberut.

           Tak lama Mama Rima menunjukkan hasil jepretannya kepada gadis kecilnya. "Nih, liat udah Mama posting--foto kamu di Instagram, loh," kata Mama Rima, Tania bergeming tidak peduli.

            Mama Rima kemudian tertawa-tawa melihat hasil jepretan fotonya, dengan caption 'liburan kali ini diawali dengan wajah cemberut Tania'. Kemudian, Mama Rima menunjukkan foto itu kepada Papa Dio--Papa Tania--yang duduk di sampingnya.

            "Sudah dong, Ma. Tania jangan digangguin. Pantes aja dia cemberut sedari kita turun dari kereta." Papa Dio mengomentari apa yang dilakukan Mama Rima.

             "Nggak apa, Pa. Tania itu cuma masih ngantuk aja sih--yakan, Nia?" Mama Rima berkata sambil mengacak-ngacak poni Tania. Gadis kecil itu semakin merengut dan hampir menangis. Kemudian membenamkan kepalanya pada lengan Papanya.

              "Nah, sebentar lagi kita sampai di rumah Bude. Ayo siap-siap--Tania sepatunya dipake dulu, ya," Papa Dio berkata lalu membungkuk untuk mencari sepatu di bawah jok taksi, kemudian membantu Tania memakai sepatu.

               Sampailah mereka di rumah Bude Kartika, Kakak kandung Papa Dio. Tania memanggilnya Bude Tika. Budenya itu juga mempunyai seorang anak perempuan, yang berumur beberapa bulan lebih tua dari Tania. Namanya Debby.

               Tania sebenarnya agak malas bertemu Debby. Hal ini bukan tanpa alasan. Bagi Tania, sepupunya itu suka mengatur--karena merasa lebih tua. Itu yang membuat Tania tidak terlalu suka sama "Mbak Debby" begitu Tania menyebut sepupunya itu.

                Mereka bertiga akhirnya turun dari Taksi yang berhenti di depan rumah Bude Tika. Di teras, Bude Tika--terlihat sedang berdiri--bersiap menyambut kedatangan adik laki-laki dan anak istrinya, yang baru datang dari Jakarta.

           "Sampe Stasiun Gubeng jam berapa tadi?" Kata Bude Tika pada Papa Dio.

           "Jam enam, Mbak," Papa Dio berkata, lalu mencium tangan Bude Tika. Dilanjutkan dengan cipika cipiki*.

           "Pasti capek, ya? Dan pasti laper, tho ... ? ya sudah, Bude udah siapin sarapan kok. Sego pecel* ... yuk, kita makan bareng," Bude Tika menawarkan 'sego pecel' buatannya dengan sangat antusias.

           "Tania--mau ya, sego pecel," Mama Rima, berkata pada Tania dengan setengah berbisik. Takut Tania menolak, karena Mama Rima tahu kalo Tania tidak suka sayur.

          Tania menggeleng, masih dengan wajah cemberut. Mama Rima lalu menghela nafas, kemudian mendekati kakak iparnya. "Bude--Tania diceplokin telor aja, dia nggak suka sayur, Bude--."

          "Oh yo wis--digorengin telor ya, Nia. Yang penting sarapan dulu supaya ndak masuk angin nanti." Bude Tika menyerocos sambil berjalan ke dapur. Bikin telor ceplok buat Tania.

          Semua pada akhirnya duduk di meja makan. Papa Dio, Mama Rima, Tania dan Debby, mereka masih menunggu Bude Tika yang masih terdengar 'srang sreng' goreng telur di dapur. Tak lama Bude Tika datang ke meja makan, dengan sepiring telur goreng.

       "Iki--Tania, sudah Bude buatkan telor ceplok istimewa."

           Tania hanya mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih pada Bude Tika, karena sudah digorengkan telur. Kalo disuguhi telur ceplok, Tania tidak akan menolak. Telur ceplok adalah makanan kesukaan Tania, apalagi Tania sekarang sedang lapar.

          Debby--sepupu Tania--yang duduk di samping kanan Tania kemudian berkata pada Tania, "iki jenenge endog*."

          Tania melotot ke arah Debby, kemudian berkata," ini telor--endog apa itu endog?" Katanya sedikit ngegas.

         "Endog!"

         "Telor!!"

         "ENDOG!!"

         "TELOR!!"

Papa Dio, Mama Rima dan Bude Tika serempak hanya mengelengkan kepala. Betapa Tania dan Debby sedari dulu selalu mempermasalahkan kata "endog" dan "telor". Itu kenapa mereka seperti saling tidak cocok satu sama lain. Padahal mereka bersaudara, lagipula endog dan telor itu mempunyai arti yang sama.


                               ____

Catatan :

Cipika cipiki : Cium pipi kanan cium pipi kiri.

Sego pecel : Nasi pecel (pecel; aneka sayuran rebus dengan bumbu kacang).

Endog : Telur (dalam bahasa Jawa)

Writen by CoretanEmbun, Febuari 2023

#30hari menuliscerpen

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun