"Sampe Stasiun Gubeng jam berapa tadi?" Kata Bude Tika pada Papa Dio.
      "Jam enam, Mbak," Papa Dio berkata, lalu mencium tangan Bude Tika. Dilanjutkan dengan cipika cipiki*.
      "Pasti capek, ya? Dan pasti laper, tho ... ? ya sudah, Bude udah siapin sarapan kok. Sego pecel* ... yuk, kita makan bareng," Bude Tika menawarkan 'sego pecel' buatannya dengan sangat antusias.
      "Tania--mau ya, sego pecel," Mama Rima, berkata pada Tania dengan setengah berbisik. Takut Tania menolak, karena Mama Rima tahu kalo Tania tidak suka sayur.
     Tania menggeleng, masih dengan wajah cemberut. Mama Rima lalu menghela nafas, kemudian mendekati kakak iparnya. "Bude--Tania diceplokin telor aja, dia nggak suka sayur, Bude--."
     "Oh yo wis--digorengin telor ya, Nia. Yang penting sarapan dulu supaya ndak masuk angin nanti." Bude Tika menyerocos sambil berjalan ke dapur. Bikin telor ceplok buat Tania.
     Semua pada akhirnya duduk di meja makan. Papa Dio, Mama Rima, Tania dan Debby, mereka masih menunggu Bude Tika yang masih terdengar 'srang sreng' goreng telur di dapur. Tak lama Bude Tika datang ke meja makan, dengan sepiring telur goreng.
    "Iki--Tania, sudah Bude buatkan telor ceplok istimewa."
      Tania hanya mengangguk, lalu mengucapkan terima kasih pada Bude Tika, karena sudah digorengkan telur. Kalo disuguhi telur ceplok, Tania tidak akan menolak. Telur ceplok adalah makanan kesukaan Tania, apalagi Tania sekarang sedang lapar.
     Debby--sepupu Tania--yang duduk di samping kanan Tania kemudian berkata pada Tania, "iki jenenge endog*."
     Tania melotot ke arah Debby, kemudian berkata," ini telor--endog apa itu endog?" Katanya sedikit ngegas.