Audrey, sudah setahun ini menjalin hubungan pertemanan--di dunia maya--dengan lelaki yang bernama Niko. Namun, karena mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, rencana demi rencana pertemuan selalu gagal terealisasi. Sampai pada suatu saat, mereka kembali merencanakannya untuk dapat bertemu.
Pertemuan itu rencananya akan diadakan di Cafe Huis--kota tua Batavia, tepatnya pada pukul 19.00 WIB. Lokasi Cafe Huis berada tidak jauh dari Museum Fatahillah. Mereka sepakat untuk makan malam bersama, karena pada hari itu bertepatan dengan hari ulang tahun Audrey.
Sesampainya di Cafe Huis waktu sudah menunjukkan pukul 18.15 WIB, Audrey kembali memeriksa ponselnya untuk mengecek pesan dari Niko. Tapi sayangnya baterai ponselnya tampak sudah benar-benar sekarat. Saat Audrey berusaha menyalakan kembali, notifikasi baterai menunjukkan angka nol persen. Sesaat kemudian ponsel Audrey benar-benar mati, tanpa dapat dinyalakan kembali.
Akan tetapi, Audrey kembali ingat pesan terakhir dari Niko yang sempat dia baca; -Nanti kamu langsung saja ke Cafe Huis, karena sudah saya pesankan meja untuk merayakan hari ulang tahunmu'. Begitu isi pesan yang sempat terbaca Audrey, sebelum ponselnya mati (pada pukul 17.15 WIB).
-Oke--baiklah, pikir Audrey. Dia yang sekarang sudah berada di sekitar Cafe Huis, kemudian melangkahkan kakinya memasuki ruangan resto itu. Audrey berharap Niko sudah lebih dahulu datang dan menunggunya di meja yang sudah direservasi untuk makan malam mereka.
Sesaat kemudian Audrey mendatangi meja resepsionis, untuk menanyakan apakah ada reservasi meja atas nama Niko. Resepsionis pun mengecek pada sebuah buku, lalu mengatakan bahwa ada reservasi atas nama Niko di meja nomor 22. Seorang pelayan resto kemudian menghampiri Audrey, dan mengantarkannya ke meja nomor 22.
Rupanya Niko sudah menunggu Audrey sambil menyesap kopi hitam dalam cangkir yang sudah tinggal setengah. Kemudian pelayan pergi meninggalkan mereka. -hmm, rupanya Niko sudah lama tiba di Cafe Huis, mengingat kopinya pun sudah tinggal setengah cangkir, pikir Audrey.
Sesaat, Audrey hanya berdiri canggung tanpa tahu harus berbuat apa, karena mereka baru bertemu untuk pertama kalinya. Melihat sikap itu Niko lalu mempersilakan Audrey duduk, "Silakan duduk, Nona," Niko berkata sambil tersenyum.
"Hai--Niko ..." hanya sepatah kata itu yang dapat Audrey katakan. Penampilan Niko ternyata berbeda dengan yang selama ini dibayangkannya. Lelaki itu tampak lebih dewasa, dan dari sosoknya sepertinya Niko berdarah blasteran antara Indonesia-Belanda. Mungkin itu sebabnya, Niko memilih Cafe Huis, karena ingin bernostagia, dengan menu makanan yang tersedia di resto ini.
Penampilan Niko yang sangat menarik, membuat Audrey seperti kembali ke masa belia. Saat Audrey merasakan ketertarikan pada lawan jenis, tapi tanpa ingin terlihat secara terang-terangan. Audrey saat itu juga berusaha menyembunyikan debaran, agar tidak terdengar oleh lelaki yang memandangi dirinya dan sanggup membuat pipinya bersemu memerah.
Tak lama berselang mereka sudah duduk berhadapan di meja nomor 22. Niko kemudian mengulurkan daftar menu kepada Audrey, untuk memilih berbagai jenis makanan yang tertera.
"Beef steak dan bitterballen adalah makanan andalan di resto ini," Niko berkata santai sambil menatap Audrey, "kamu mau pesan apa?"
"Sepertinya aku akan mencoba beef steak, deh, seperti saranmu," ujar Audrey sambil menutup daftar menu. "kamu akan memesan apa, Nik?"
"Kebetulan aku sudah makan tadi, jadi aku temani saja, ya?" kata Niko sambil menyesap kopi yang tersisa.
"Ayolah, kok cuma minum kopi aja, sih? Aku pesankan beef steak juga ya, Nik," Audrey berkata sambil memberi isyarat kepada pelayan untuk mendekat.
Kemudian datang pelayan menghampiri, lalu mencatat makanan yang akan dipesan; beef steak dua porsi, bitterballen, poffertjes dan smothies strawberry. Audrey juga memesan tambahan kopi hitam tanpa gula, untuk Niko. Setelah mencatat semua pesanan pelayan pun berlalu.
Audrey dan Niko kemudian saling berbincang tentang segala hal, sambil menyantap makanan yang sudah mereka pesan. Terdengar sesekali tawa renyah dari keduanya. Dan tanpa terasa malam pun semakin larut, Audrey lalu memutuskan untuk pulang.
"Sepertinya hari sudah semakin malam. Sebaiknya kita pulang," Audrey berkata sambil memanggil pelayan untuk meminta tagihan pesanan mereka. "aku yang akan mentraktirmu malam ini, Niko. Karena hari ini aku berulang tahun."
Niko lalu tergelak, "Oke, tapi ijinkan aku mentraktirmu di kesempatan kedua nanti," lelaki itu berkata sambil bersedekap. Tak lama kemudian pelayan datang dan memberikan tagihan. Setelah melakukan pembayaran, Niko lalu berdiri, kemudian mempersilakan Audrey berjalan terlebih dulu di depannya.
Mereka lalu berjalan menuju pintu keluar Cafe Huis. Seorang pelayan yang berjaga lalu membukakan pintu, seraya berkata, "Terima kasih atas kunjungannya, kami tunggu kunjungan berikutnya," kemudian pelayan tersebut tersenyum (hanya) pada Audrey.
Audrey dan Niko lalu meninggalkan Cafe Huis. Lelaki itu mengantarkan Audrey ke tempat di mana mobilnya terparkir--yang tidak jauh dari Museum Fatahilah.
"Jangan lupa kasih kabar, ya. Bila sudah sampai di rumah," Niko berkata sambil mempersilakan Audrey memasuki mobil.
Audrey hanya mengangguk lalu menutup pintu. Tak lama mobil itu bergerak meninggalkan Niko yang masih berdiri tegap di belakang mobil Audrey. Sambil berjalan perlahan, Audrey sekilas melirik ke kaca spion, tapi sosok Niko sudah tidak terlihat. -Hm ... cepat sekali Niko berjalan, pikir Audrey.
Sesampainya di rumah, Audrey langsung menuju kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian. Sebelumnya, dia mengambil ponsel dari dalam tas untuk diisi daya, karena ponsel itu sudah kehabisan baterai sedari sore.
Selesai mandi dan memakai piyama, Audrey lalu menyalakan ponselnya. Dia akan memberi kabar kepada Niko, bahwa dirinya sudah sampai di rumah dengan selamat.
Kemudian muncul notifikasi WhatsApp dari Niko;Â "Mohon maaf, Audrey ... masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan hari ini. Mungkin pertemuan ini bisa kita tunda dulu sementara ..." (pukul 18.30).
Lalu, ada sekitar sepuluh panggilan masuk yang tidak terjawab di notifikasi (dari pukul 18.45 sampai pukul 19.10).
Audrey lalu menghubungi Niko, tidak berapa lama hubungan telepon tersambung,
"Halo--Niko, kamu tadi nggak ke Cafe Huis?"
"Aduh maaf banget, Audrey--aku hari ini benar-benar tidak bisa ninggalin pekerjaan, jadi nggak bisa menemuimu di Cafe Huis. Dan ponselmu juga tidak aktif."
______
Writen by. CoretanEmbun, Januari 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H