Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Masquerade [Chapter 4]

15 Januari 2023   08:28 Diperbarui: 15 Januari 2023   09:51 452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Quin berencana melarikan diri, sebelum The Majesty-The Lord of Red Dragon- menjodohkannya dengan Putra Mahkota Kerajaan Halong Siam. Perjodohan menurutnya hanya terjadi pada budaya puluhan tahun lalu. Perjodohan hanya dilakukan oleh kaum primitif-kaum nenek moyang manusia.

"Quin-kau sudah membuat sebuah keputusan, jadi jangan gagalkan rencana besar ini. Kau janji ?"

"Baiklah Kayon, keputusanku sudah bulat. Hatiku sudah bertekad. Temani dalam pelarian ini-walau harus menentang ayahku sendiri."

Baca juga: Impostor

Quin dan Kayon lalu berlari menyusuri hutan belantara Phenom Rang, yang mengelilingi kerajaan Naga Merah-Kerajaan yang dipimpin oleh The Majesty.

"Pendant itu, Quin-di mana kau letakkan pendant Kerajaan Naga Merah?"

"Ada di sini Kay, tersimpan di bawah kulit, di dekat jantungku," Quin berkata sambil menepuk dadanya.

"Sebentar lagi, kita mendekati Sircumstale --pintu keluar kerajaan Naga Merah. Gunakan Pendant itu, Quin-hanya kamu yang mengetahui keyword-nya."

Baca juga: Gadis Berbaju Merah

"Aku tahu apa yang harus kulakukan, Kay-" Quin berkonsentrasi sejenak, untuk kemudian mengucapkan keyword guna membuka pintu keluar Sircumstale. Keyword ini tidak diketahui oleh sembarangan orang dan hanya bisa diucapkan dalam hati. Hanya keturunan bangsawan Red Dragon yang bisa membuka Sircumstale.

Tak lama kemudian terlihat pusaran arus dari langit, lalu muncul cahaya terang yang menyilaukan mata. Pusaran arus itu semakin menghebat, yang kemudian menyeret Quin dan Kayon masuk ke dalamnya. Mereka pun terseret dalam pusaran dan keluar dari Kerajaan Naga Merah. Mereka berhasil melarikan diri.


____

The Red Dragon Kingdom

"Quin, melarikan diri!" The Majesty berteriak sambil menggebrak meja, ia terlihat gusar dan kecewa.

"Segera cari anak itu, ia tidak tahu apa yang telah dilakukannya."

"Sudah terlambat, Yang Mulia. Karena mereka sudah berhasil menerobos Sircumstale," Panglima perang Istana berkata gugup.

"Tangkap Kayon hidup atau mati. Dan Quin, anak itu tidak akan dapat kembali ke Red Dragon, karena setelah keluar melewati Sircumstale, seluruh memorinya tentang The Red Dragon akan sirna," The Majesty menghela nafas panjang, lalu kembali berbicara dengan panglima perang Kerajaan.

"Temui Tory, katakan aku ingin bicara. Pendant yang tertanam dalam tubuh Quin itu bisa membahayakan dirinya. Jangan sampai Kayon menguasai pendant dalam tubuh Quin, karena hal itu dapat menyebabkan ia berada dalam zona kegelapan, hanya Tory yang dapat menolong anakku."

Tidak berapa lama kemudian, panglima perang Kerajaan Naga Merah sudah menemui Tory--seorang ilmuwan dari suku Halong Siam yang diyakini masih keturunan Dewa Matahari.

Halong Siam adalah ras yang memiliki kebudayaan tertinggi di dunia saat ini. Mereka ditakdirkan memiliki keilmuan yang tinggi tentang filosofi kehidupan dan mereka juga dikenal sangat cerdas. Kerajaan Naga Merah dan Halong Siam mempunyai hubungan yang sangat baik. Tory adalah ilmuwan dari suku Halong Siam yang ditugaskan mengajarkan ilmu 'Cahaya' kepada suku Naga Merah.

Sementara itu, Kayon dan Quin sedang menuju ke kota Sinobu--kota kelahiran Kayon. Mereka berdua akhirnya menemukan sebuah gubuk di pinggiran hutan kota Sinobu. Peradaban bangsa Sino memang tertinggal jauh dibandingkan Red Dragon dan Halong Siam. Quin sempat merasa asing memasuki daerah kota tua Sinobu. Tapi,  gadis itu menyakinkan dirinya bahwa hidupnya aman bersama Kayon. Quin mencintai Kayon. Demi cintanya pula, ia berani menentang ayahnya sendiri.

"Kita aman sekarang. Ayahmu tidak bisa memaksamu sesuka hati. Kau mencintaiku, Quin?" Kayon menatap tajam kedua mata gadis dihadapannya.
Sejenak Quin terdiam, mencoba mencerna pertanyaan Kayon.

"Kamu segalanya bagiku, Kayon," Quin tidak dapat menahan diri untuk menyatakan perasaannya.

Hal ini menimbulkan efek yang sangat kuat, pendant dalam tubuhnya bersinar. Pancaran sinar itu sangat menyilaukan, hingga sanggup membuat tubuh Quin sejenak melayang-layang di angkasa.

Hm-pendant itu bereaksi. Hebat! Kayon berkata dalam hati, sesaat setelah melihat Quin melayang-layang di udara. Kemudian gadis itu lalu perlahan turun dan langsung berdiri di hadapan Kayon. Hal ini tidak disia-siakan Kayon,

"Ijinkan aku memiliki pendant itu."

"Aku percaya padamu, Kayon. Milikku adalah juga milikmu," lalu Quin memejamkan kedua matanya, gadis itu mulai mengucapkan keyword untuk mengeluarkan pendant dari tubuhnya-keyword mulai diucapkan dalam hatinya. Tapi tidak ada reaksi apa pun--Quin tidak tahu akan satu hal, bahwa setelah ia keluar dari gerbang Sircumstale seluruh kekuatannya akan sirna. Keyword yang diucapkannya menjadi tidak berarti.

"Arghh--" mengetahui hal ini membuat Kanyon marah. Lalu dicengkeramnya kedua bahu Quin dan ditatapnya mata gadis itu dengan murka.

"Katakan sekali lagi-katakan Quin! Kamu sudah merusak rencanaku. Aku harus memiliki pendant itu untuk kemajuan bangsa Sino."

Quin tidak dapat berbuat apa pun, keyword untuk mengeluarkan pendant dari dalam tubuhnya tetap tidak berfungsi. Hal ini kembali membuat Kayon marah, lalu dihempaskannya tubuh Quin ke tanah.

Dari tubuh Kayon mulai keluar percikan api yang kemudian berkobar sehingga membuat kedua tangan kayon terlihat seperti menggenggam bara. Dengan segenap kekuatan yang ada, Kayon mencabut pendant yang tertanam di bawah kulit tubuh Quin. Gadis itu mengerang kesakitan. Kulit di sekitar dadanya menjadi gosong terbakar.

Quin tidak menyangka Kayon sanggup melukai dirinya dengan cara seperti itu. Tak berapa lama. tiba-tiba semua menjadi gelap. Quin tidak bisa melihat apa pun. Gadis itu menjadi buta. Ia sudah berada dalam zona kegelapan.

"Kayon--" Quin berkata lirih memanggil Kayon. Tapi tak ada jawaban, Kayon sudah meninggalkannya seorang diri di pinggiran hutan kota Sinobu.

Quin berjalan tertatih, menyusuri hutan belantara di pinggiran kota Sinobu. Gadis itu tidak menyangka nasib buruk menimpanya seperti ini. Dia ditinggalkan seorang diri dalam keadaan buta. Pendant itu adalah kekuatannya dan benda itu kini sudah tidak menjadi bagian dari dirinya lagi. Kayon telah merampasnya demi kepentingan bangsanya. Ia berniat menguasai dunia dengan pendant dari Kerajaan Red Dragon.

______

Sayup-sayup terdengar alunan biola dari kejauhan. Bunyi biola itu semakin lama semakin keras tertangkap pendengaran Quin. Tiba-tiba saja bunyi biola itu berhenti. Dan gadis itu dikejutkan oleh suara seseorang yang tampaknya sangat dekat dengan tempatnya berdiri.

"Apakah yang terjadi? Kenapa kamu terluka parah?" Seseorang itu berkata pada Quin.

Dan gadis itu tidak sanggup berkata-kata, karena bila ia bicara maka dadanya langsung sesak dan sakit bukan main. Ini mungkin karena luka yang sangat dalam akibat dicabutnya pendant itu dengan paksa. Bagian depan tubuh Quin terluka parah dan ada lubang kecil di dekat dadanya.

"Ikutlah denganku--" terdengar suara seorang laki-laki. "ijinkan aku menolongmu," katanya lagi.

Quin hanya terdiam tanpa bisa melihat siapakah orang yang berniat menolongnya tersebut. Semua gelap. Quin masih tidak dapat melihat apa pun.

"Tinggallah bersamaku, aku hidup seorang diri, terasing dari bangsa Sino," Noru kemudian kembali memainkan biolanya. Quin hanya terdiam, gadis itu masih belum sanggup banyak bicara. Tapi ia bersyukur, setidaknya ada seseorang yang telah menolongnya.

''T--terimakasih," cuma sepatah kata itu yang sanggup Quin ucapkan dengan terbata.

"Siapa namamu? Aku Noru, bangsa Guini. Aku tinggal seorang diri di hutan belantara ini."

"Aku tidak ingat siapa namaku dan darimana diriku berasal."

Sesaat Noru memerhatikan Quin, ia melihat ada kejanggalan pada gadis itu. Pandangan Quin terlihat hanya menuju ke satu arah.

"Kau tidak dapat melihat--apakah kau buta?"

"Aku tidak ingat lagi, apa yang telah membuatku buta, apa yang telah terjadi padaku dan mengapa aku berada di sini. Apakah ini hutan belantara, katamu?"

"Benar... daerah ini adalah hutan belantara di wilayah Utara kota Sinobu. Baiklah, sepertinya sesuatu telah terjadi padamu. Jadi bagaimana aku harus memanggilmu?"

"Panggil saja sesukamu, Noru. Oh-terimakasih karena kau telah menolongku."

"Flare--sekarang namamu Flare."

Noru  adalah seniman biola kerajaan Sino. Sehari-hari Noru memainkan biolanya untuk menghibur para bangsawan di kota Sinobu-ibukota Sino. Ia tinggal di hutan belantara ini sejak masa remaja bersama dengan kedua orang tuanya.

Namun kini kedua orang tua Noru telah tewas--terbunuh. Bangsa Sino telah membunuhnya dengan kejam. Itu karena kedua orang tua Noru--bangsa Guini, dianggap telah menyebarkan kesenian kepada rakyat Sino.

Kesenian adalah hal dilarang di kota Sinobu. Kesenian hanya boleh dinikmati oleh para bangsawan kerajaan Sino. Hari pun berlalu, tidak terasa Flare sudah cukup lama bersama Noru. Laki-laki itu merawatnya hingga gadis itu benar-benar pulih.  Hidup dalam hutan bersama Noru mulai membuat Flare bosan. Noru kadang meninggalkannya berhari-hari dalam hutan. Gadis itu mulai berpikir untuk pergi mencari tahu akan jati dirinya.

"Noru, aku akan pergi. Terima kasih karena kau sudah menolongku. Luka-luka yang aku alami sudah nyaris sembuh. Walaupun mataku masih belum dapat melihat."

Noru hanya terdiam, sebab dia mempunyai rencana lain terhadap Flare. "Kamu tidak perlu pergi, Flare. Apakah ada perlakuanku yang membuatmu tidak nyaman? Tinggallah bersamaku lebih lama. Aku hanyalah kaum Guini yang sebatang kara di hutan belantara ini."

"Tapi, Noru-aku harus tahu jati diriku. Aku sudah tidak ingat apapun dan dari mana asalku, semenjak kebutaan menyerang kedua mata ini," Flare bertanya tanya.

"Tenangkanlah dirimu dulu. Seseorang yang pasti telah membuatmu celaka. Aku tahu yang mencelakakanmu adalah bangsa Sino. Mereka juga yang sanggup mengeluarkan api dari tubuh mereka. Aku melihat bagian depan tubuhmu yang terbakar. Hal itu pula yang mereka lakukan terhadap kedua orang tuaku."

"Tapi-Noru, aku tidak bisa hanya berdiam diri. Aku harus melakukan sesuatu."

"Pakailah ini," Noru melemparkan sebuah masquerade pada Flare.

"Mulai besok kamu ikut. Kita ke kota Sinobu. Apakah kau bisa menyanyi?"

Flare sedikit terkejut mendengarnya dan mengambil masquerade yang diberikan Noru.  Flare tidak yakin, apakah dirinya bisa menyanyi.

"Apa ini ... masquerade?" Flare berkata sambil meraba benda yang dilemparkan Noru.

"Ya-supaya bangsa Sino tidak mengenalimu. Pakai saja, karena bukan tidak mungkin seseorang yang sudah mencelakaimu akan mengenali wajahmu"


____

To be continued

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun