Hari beranjak petang, tak terasa kami sudah seharian berada di rumah keluarga Wiryo. Katanya, beliau sekeluarga akan pergi berlibur sampai pergantian tahun. Namun sepertinya ada perubahan rencana.
Saat hampir tengah malam, keluarga Pak Wiryo kembali ke rumah. Terdengar suara mesin mobil memasuki halaman, kemudian disusul oleh suara pintu mobil yang dibuka lalu ditutup.
"Yaa--sebaiknya kita bertahun baru di rumah saja, karena jalan menuju ke luar kota tertutup tanah longsor, akibat hujan semalam," Bu Wiryo berkeluh kesah.
"Tidak apa-apa ya, Bu-cuaca sepertinya sedang ekstrem, sebaiknya memang kita berlibur di rumah saja. Nanti saat malam pergantian tahun, kita bisa bikin barbeque, kan?" Pak Wiryo berusaha menghibur istrinya.
Aku yang masih duduk di bangku dapur hanya manggut-manggut, saat mencuri dengar pembicaraan Pak Wiryo dan Bu Wiryo.
Kemudian salah seorang anak mereka Ninda, berlari dari dalam kamar,
"Bu--ibuu, kamar Ninda berantakan sekali. Padahal tadi pagi sebelum pergi sudah kurapikan," Ninda berkata dengan keheranan. Lalu Pak Wiryo mengecek kebenaran ucapan anaknya, Ninda. Kemudian ia berjalan menuju ruang kerja dan perpustakaan. Lalu menuju dapur, sebelum menemui Bu Wiryo kembali, yang sedang duduk di ruang keluarga.
Kemudian Pak Wiryo berkata pada istrinya, "Bu, tampaknya penunggu rumah ini kembali mengganggu--".
Mendengar hal itu, aku langsung memanggil mom, dad dan adikku untuk secepatnya kembali ke pohon mangga di belakang rumah. Sebelum Pak Wiryo memanggil Ustadz Qodrat.
_____
Writen by. @coretan_embun