Keluargaku pernah tinggal di rumah besar ini. Yang dibangun pada zaman kolonial Belanda. Halamannya luas, dengan berbagai macam tanaman dan bunga-bunga yang indah dan tertata rapi.
Namun, rumah ini bukan milik keluargaku lagi. Pemilik baru rumah ini adalah sepasang suami istri yang memiliki 2 orang anak perempuan. Bapak dan ibu Wiryo adalah pemiliknya sekarang.
Beruntung aku dan keluargaku boleh datang ke rumah ini, walaupun hanya untuk sekedar bernostalgia pada masa lalu. Kami juga tinggal tidak jauh dari rumah ini.
Bulan Desember, keluarga Wiryo biasa berlibur ke luar kota, untuk menghabiskan malam pergantian tahun. Kami lalu dengan senang hati bersedia menjaga rumah ini untuk mereka.
Setelah keluarga Wiryo meninggalkan rumah, kami pun leluasa bernostalgia. Mengingat ingat segala kenangan yang indah saat dulu (pernah) menempati rumah ini.
"Dulu--mommy selalu membuatkanmu pancake untuk sarapan. Kamu ingat?" Tanya mom sambil melirik ke arahku.
"Ah--iya Mom, pancake terenak yang pernah ku lahap," aku menjawab dengan sedikit memuji pancake buatannya-sambil memerhatikannya, yang sedang mengaduk adonan.
"Di mana daddy?" Mom kembali bertanya.
"Mungkin di ruang kerja Pak Wiryo atau di ruangan lain, biasanya daddy sering membaca-baca buku atau lainnya."
Mom lalu memanggil dad, dan adikku yang sedang berada di kamar--di lantai 2--untuk sarapan bersama di dapur. Akhirnya kami sekeluarga berkumpul di dapur untuk sekedar mencicipi pancake buatan mommy. Nostalgia kami tidaklah lengkap tanpa pancake buatannya.
Hari beranjak petang, tak terasa kami sudah seharian berada di rumah keluarga Wiryo. Katanya, beliau sekeluarga akan pergi berlibur sampai pergantian tahun. Namun sepertinya ada perubahan rencana.
Saat hampir tengah malam, keluarga Pak Wiryo kembali ke rumah. Terdengar suara mesin mobil memasuki halaman, kemudian disusul oleh suara pintu mobil yang dibuka lalu ditutup.
"Yaa--sebaiknya kita bertahun baru di rumah saja, karena jalan menuju ke luar kota tertutup tanah longsor, akibat hujan semalam," Bu Wiryo berkeluh kesah.
"Tidak apa-apa ya, Bu-cuaca sepertinya sedang ekstrem, sebaiknya memang kita berlibur di rumah saja. Nanti saat malam pergantian tahun, kita bisa bikin barbeque, kan?" Pak Wiryo berusaha menghibur istrinya.
Aku yang masih duduk di bangku dapur hanya manggut-manggut, saat mencuri dengar pembicaraan Pak Wiryo dan Bu Wiryo.
Kemudian salah seorang anak mereka Ninda, berlari dari dalam kamar,
"Bu--ibuu, kamar Ninda berantakan sekali. Padahal tadi pagi sebelum pergi sudah kurapikan," Ninda berkata dengan keheranan. Lalu Pak Wiryo mengecek kebenaran ucapan anaknya, Ninda. Kemudian ia berjalan menuju ruang kerja dan perpustakaan. Lalu menuju dapur, sebelum menemui Bu Wiryo kembali, yang sedang duduk di ruang keluarga.
Kemudian Pak Wiryo berkata pada istrinya, "Bu, tampaknya penunggu rumah ini kembali mengganggu--".
Mendengar hal itu, aku langsung memanggil mom, dad dan adikku untuk secepatnya kembali ke pohon mangga di belakang rumah. Sebelum Pak Wiryo memanggil Ustadz Qodrat.
_____
Writen by. @coretan_embun
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H