Mohon tunggu...
Coretan Embun
Coretan Embun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Random

Start writing, no matter what. The water does not flow until the faucet is turned on. —Louis L'Amour— Bragging Rights @ coretanembun2011.blogspot.com\r\n Wattpad : Coretan Embun

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Keluarga Baskoro [Sang Sekretaris]

22 Desember 2022   07:24 Diperbarui: 24 Desember 2022   19:00 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Angela, nanti tolong kamu sempatkan jemput Cyila di sekolah, ya? Karena Pak Mahmud tidak masuk hari ini."

"Baik-Pak, tapi hari ini saya ada janji dengan klien kita untuk menyusun schedule bulanan."

"Serahkan saja pada Pak Anton. Biar corporate secretary yang handle. Cyla lebih penting." Jawab Pak Baskoro, nada suaranya tenang, tanpa intonasi yang tinggi sedikit pun dari ucapannya. Tapi hal itu justru membuat Angela tidak enak setengah mati, karena sudah berusaha menginterupsi perintah Bos.

Begitulah, Baskoro. Laki-laki setengah baya (yang berumur 40 tahun) itu memang sangat baik, berwibawa dan bijaksana. Selama Angela bekerja di perusahaannya, tidak sedikit pun Baskoro pernah menghardiknya, apalagi memarahinya. Tidak seperti atasannya terdahulu, sebelum Angela bekerja di perusahaan ini.

Baskoro tipe laki-laki yang tidak pernah aneh-aneh, apalagi sewenang-wenang terhadap karyawan. Tidak seperti bos-nya dulu. Itulah kenapa Angela selalu membandingkan Baskoro dengan atasan lamanya. Karena hal tersebut membuat Angela merasa sangat beruntung bekerja pada Baskoro.

Namun, ada hal lain yang membuat Angela merasa sedikit terganggu--karena pekerjaannya jadi serabutan macam begini. 'Aku ini kan sekretaris, tapi disuruh jemput anaknya pulang sekolah?' Pikir Angela. Kadang Angela juga harus menemani anak (berumur 16 tahun) yang centil itu shopping, nonton konser musik, ke bioskop dan main bowling. 

Tapi yang namanya atasan, perintahnya seperti titah raja. Kadang Angela ingin menolak terhadap apa yang bukan menjadi job description-nya, tapi kemudian dia mengurungkan niatnya. 'Sejauh masih memdapatkan uang lembur tidak menjadi persoalan', pikir Angela. Lagi pula buat seorang perempuan single seperti dirinya, kerja lembur bukanlah suatu masalah besar.


Siang itu Angela meninggalkan kantor untuk menjemput Cyila, yang bersekolah di sebuah sekolah swasta terkenal. Saking seringnya Angela menjemput Cyila, sampai dirinya dikira 'mama' gadis itu-oleh para orang tua di sekolah tersebut. 

Tak berapa lama terdengar bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi. Cyila muncul di antara murid-murid yang menghambur keluar pintu gerbang sekolah,

"Hai-Tante, apa kabar?" Cyila berkata sambil tersenyum bungah.

"Baru juga dua hari yang lalu ketemu." Kata Angela sambil mencubit pipi Cyila.

"Aduh-sakit, Tante! Nanti Cyila aduin ke papa nih, biar Tante dipotong gajinya." Kata Cyila sambil tertawa nakal.

"Bilang saja, paling kalo tante dipecat kamu gak ada temen lagi deh. Emang enak?" Kata Angela sambil membukakan pintu mobil untuk Cyla.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka berdua saling bercerita tentang banyak hal. Cyila seorang gadis remaja yang cerewetnya minta ampun dan banyak maunya. Tanpa terasa mereka telah sampai di rumah Baskoro. Rumah besar yang sepi. Pantas saja Cyila tidak pernah betah tinggal di rumah.

"Tante-jangan pergi dulu dong, Cyila gak ada temen nih." Kata gadis remaja itu sambil memonyongkan bibirnya dengan wajah merajuk manja.

"Sayang-aku ini sekretaris Papa kamu, bukan baby sitter. Masih banyak kerjaan di kantor Papa," Kata Angela mengejek anak gadis bos-nya itu.

"Yah, Tante-beneran pengen dipecat nih?" Kata Cyila kemudian lalu membalas dengan menjulurkan lidah.

"Siapa takut? Nanti kalo Tante dipecat dan jadi pengangguran, baru deh ngelamar kerjaan jadi baby sitter kamu." Angela berkata santai. Dan mereka pun kembali tertawa.

Setelah memasuki rumah besar yang megah itu, suasana hening dan dingin menyergap. Seperti tidak ada kehidupan di dalamnya. Tak lama kemudian, seorang asisten rumah tangga datang tergopoh menyambut kedatangan Angela dan Cyla. Kemudian mengambil tas sekolah anak majikannya untuk dibawa ke kamar Cyla.

Sambil berteriak-teriak ala penyanyi rocker, Cyla membuka kaus kaki dan sepatunya, kemudian dilemparkan dengan seenaknya ke sembarang tempat. Angela hanya bisa menggelengkan kepala menyaksikan kelakuan minus Cyla.

Karena kebisingan dalam ruangan yang semula sepi, membuat pintu kamar di sudut ruang keluarga itu terbuka. Seorang wanita ayu berumur sekitar 35 tahun keluar dari dalam kamar. Melihat kedekatan Cyila dan Angela, wanita itu lalu tersenyum. Ia kemudian memberi isyarat pada Angela untuk mendekat padanya. Angela kemudian menghampiri wanita itu.

"Selamat siang, Bu Ayu-Saya tadi yang menjemput Cyla karena Pak Mahmud rupanya tidak masuk kerja," kata Angela dengan tatapan lembut sambil tersenyum, pada wanita yang tak lain adalah istri Bos-nya itu.

"Saya ingin bicara denganmu Angela, mari kita bicara di ruang kerja Bapak." Kata wanita itu terdengar lemah. Angela hanya mengangguk. Lalu dibantunya Rahayu Nitibaskoro yang biasa dipanggil Ibu Ayu oleh Angela dan karyawan lain di kantornya. Dengan perlahan dibantunya Ayu menjalankan kursi rodanya. Setelah mereka berdua berada dalam ruang kerja Baskoro, Ayu mulai mengutarakan niatnya kepada Angela.

"Angela, aku rasa umurku tidak lama lagi. Kanker payudara yang menggerogoti tubuhku sepertinya sudah sedemikian parah." Ayu Baskoro berkata dengan nafas sedikit terengah.

"Ibu-jangan berkata seperti itu. Ibu Ayu harus percaya dengan yang namanya mukjizat. Saya yakin Ibu akan mampu menghadapi semua ini." Angela lalu terdiam sambil memandang wajah ayu di depannya.

"Minggu depan saya akan melakukan kemoterapi lagi. Saya nitip Cyila, ya?" Kata Ayu sambil menatap wajah Angela penuh harap. Angela hanya bisa mengangguk.

Ayu dan Baskoro adalah pasangan serasi. Cantik dan ganteng. Baskoro sangat menyayangi istrinya itu. Tapi kemudian kebahagiaan mereka terenggut dengan divonisnya Ayu karena penyakitnya (kanker payudara stadium 4) yang sudah parah. Tapi dengan sangat telaten dan penuh kasih sayang, Baskoro selalu merawat sendiri istrinya tersebut. Berbagai macam cara pengobatan sudah ditempuh Baskoro. Sampai harus bolak balik berobat ke Singapura pun sudah dilakukan. Semua demi kesembuhan Ayu, istri tercintanya.

Semenjak Ayu sakit, Baskoro tidak pernah pulang terlambat. Laki-laki itu seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu demi bersama istrinya. Walaupun itu hanya  sekedar makan malam atau menemani menonton serial televisi. Hal itu lalu dimanfaatkan Ayu untuk berbicara kepada Baskoro apa yang menjadi keresahan hatinya.

"Pa-aku merasa hidupku sudah tidak lama," Ayu berkata dengan lirih, lalu melirik suaminya.

"Oiya Ma-tadi sebelum pulang kantor, Papa suruh Pak Mahmud beli makanan kesukaan Mama lho," Baskoro berkata untuk mengalihkan pembicaraan tentang 'hidup yang sudah tidak lama lagi.'

"Pa-yang Mama pikirkan bagaimana dengan Cyla kalo Mama tinggalkan anak itu selamanya--"

"Cukup-Ma, Mama baik-baik saja begitu pun Cyla juga akan baik-baik saja. Tidak usah membicarakan hal-hal yang tidak pasti. Sekarang sebaiknya kita makan malam bersama. Aku akan memanggil Cyla di kamarnya." Baskoro berkata sambil menatap lekat wajah Ayu, kemudian mendorong kursi roda Ayu meninggalkan kamar, menuju ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, ternyata Cyla sudah menunggu papa dan mamanya untuk makan malam. Mereka bertiga berbincang sejenak sambil menanti makanan yang akan dihidangkan. Kegelisahan Ayu tampaknya belum berakhir,

"Cyla, kalo kamu Mama tinggal pergi, jangan nakal ya-turuti apa kata Papa. Mama juga sudah menitipkan kamu ke Tante Angela."

"Ih-Mama mau pergi ke mana, Cyla ikutlah," kata Cyla dengan polosnya. Ayu hanya bisa tersenyum melihat anak semata wayangnya itu. Tetapi hatinya dipenuhi dengan kesedihan yang sangat mendalam.

"Mama besok kan mau ke Singapura, sayang-jadwal kemotherapi," Ayu berkata dengan mata berkaca-kaca.

"Mama jangan nangis, nanti setelah Kemo pasti sembuh," Cyla berkata begitu karena melihat kedua mata Ayu berkaca-kaca. Gadis itu lalu menghambur memeluk mamanya. Kemudian Cyla memejamkan kedua matanya sambil menempelkan kepalanya pada dada mamanya. Gadis itu tersenyum penuh kedamaian setelah mendengar detak jantung milik Ayu.

Baskoro hanya mematung melihat apa yang dilakukan Cyla saat menghibur Ayu. Hatinya hancur dan teriris membayangkan takdir istrinya yang sudah di depan mata. Laki-laki itu hanya berharap ada keajaiban yang bisa menyembuhkan penyakit Ayu, istrinya.

"Sudah-Cyla, mama mau istirahat. Kamu tidur ya sekarang," kata Baskoro.

"Pa-Cyla malam ini mau tidur sama Mama sebelum besok pergi ke Singapura-boleh?" Cyla berkata kepada papanya dengan wajah berbinar.

"Baiklah, malam ini kita tidur bertiga," Baskoro berkata sambil mengacak rambut anaknya itu, kemudian melihat ke arah istrinya. Ayu hanya tersenyum dan berusaha menyembunyikan kesedihan yang meluap-luap dalam dadanya.

________

Writen By. @coretan_embun

-To be continued-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun