"Selamat siang, Bu Ayu-Saya tadi yang menjemput Cyla karena Pak Mahmud rupanya tidak masuk kerja," kata Angela dengan tatapan lembut sambil tersenyum, pada wanita yang tak lain adalah istri Bos-nya itu.
"Saya ingin bicara denganmu Angela, mari kita bicara di ruang kerja Bapak." Kata wanita itu terdengar lemah. Angela hanya mengangguk. Lalu dibantunya Rahayu Nitibaskoro yang biasa dipanggil Ibu Ayu oleh Angela dan karyawan lain di kantornya. Dengan perlahan dibantunya Ayu menjalankan kursi rodanya. Setelah mereka berdua berada dalam ruang kerja Baskoro, Ayu mulai mengutarakan niatnya kepada Angela.
"Angela, aku rasa umurku tidak lama lagi. Kanker payudara yang menggerogoti tubuhku sepertinya sudah sedemikian parah." Ayu Baskoro berkata dengan nafas sedikit terengah.
"Ibu-jangan berkata seperti itu. Ibu Ayu harus percaya dengan yang namanya mukjizat. Saya yakin Ibu akan mampu menghadapi semua ini." Angela lalu terdiam sambil memandang wajah ayu di depannya.
"Minggu depan saya akan melakukan kemoterapi lagi. Saya nitip Cyila, ya?" Kata Ayu sambil menatap wajah Angela penuh harap. Angela hanya bisa mengangguk.
Ayu dan Baskoro adalah pasangan serasi. Cantik dan ganteng. Baskoro sangat menyayangi istrinya itu. Tapi kemudian kebahagiaan mereka terenggut dengan divonisnya Ayu karena penyakitnya (kanker payudara stadium 4) yang sudah parah. Tapi dengan sangat telaten dan penuh kasih sayang, Baskoro selalu merawat sendiri istrinya tersebut. Berbagai macam cara pengobatan sudah ditempuh Baskoro. Sampai harus bolak balik berobat ke Singapura pun sudah dilakukan. Semua demi kesembuhan Ayu, istri tercintanya.
Semenjak Ayu sakit, Baskoro tidak pernah pulang terlambat. Laki-laki itu seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu demi bersama istrinya. Walaupun itu hanya  sekedar makan malam atau menemani menonton serial televisi. Hal itu lalu dimanfaatkan Ayu untuk berbicara kepada Baskoro apa yang menjadi keresahan hatinya.
"Pa-aku merasa hidupku sudah tidak lama," Ayu berkata dengan lirih, lalu melirik suaminya.
"Oiya Ma-tadi sebelum pulang kantor, Papa suruh Pak Mahmud beli makanan kesukaan Mama lho," Baskoro berkata untuk mengalihkan pembicaraan tentang 'hidup yang sudah tidak lama lagi.'
"Pa-yang Mama pikirkan bagaimana dengan Cyla kalo Mama tinggalkan anak itu selamanya--"
"Cukup-Ma, Mama baik-baik saja begitu pun Cyla juga akan baik-baik saja. Tidak usah membicarakan hal-hal yang tidak pasti. Sekarang sebaiknya kita makan malam bersama. Aku akan memanggil Cyla di kamarnya." Baskoro berkata sambil menatap lekat wajah Ayu, kemudian mendorong kursi roda Ayu meninggalkan kamar, menuju ruang makan.