"Baiklah", kata Paundra, kemudian pemuda itu mengisyaratkan kepada para pengawalnya untuk turun dari kuda.
"Kalian tunggu disana sambil berjaga-jaga siapa tau Raden Roro Kusuma Nasriti menampakkan bayangannya", lanjut Paundra kemudian. Para pengawal itupun hanya mengangguk menerima perintah atasannya.
Paundra dan Bara pun kemudian berjalan menuju beranda pendopo milik Senoadji. Senoadji rupanya sudah mengetahui kehadiran orang-orang dari Kadipaten tersebut. Lelaki tua itu kemudian mengangguk memberi salam pada Paundra dan mempersilahkannya duduk.
"Kami adalah utusan dari Kadipaten, mewakili Raden Tumenggung Adipati Cokroadhinoro", kata Paundra membuka pembicaraan.
"Ya..kami sudah mengetahuinya, " kata Senoadji.
"Dan kami kemari karena disinyalir Raden Roro Kusuma Nasriti berada di perkebunan ini", lanjut Paundra kemudian.
Dari balik semak belukar samping beranda pendopo, rupanya Rara berusaha mencuri dengar pembicaraan mereka. Dan karena panik Rarapun mundur beberapa langkah lalu terperosok kedalam parit kecil yang mengelilingi pekarangan pendopo.
"Dia..Raden Roro Kusuma Nasriti, KEJAR!!!", kata Paundra kepada para pengawalnya.
"Tahan dulu...biar saya yang urus", kata Bara sambil menatap wajah Paundra. Pemuda itu pun memberi isyarat tangan kepada para pengawalnya untuk tidak mengejar Rara.
"Ternyata kalian menyembunyikan orang yang hampir bertahun-tahun kami cari," kata Paundra kemudian.
"Apa anda yakin gadis tadi adalah Raden Roro Kusuma Nasriti", kata Bara kemudian.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!