✓ Sudahkah kita menggunakan masker bersih saat di tempat umum?
✓ Sudahkah kita rutin mencuci tangan dengan sabun selama 20 detik?
✓ Sudahkah kita menyegerakan mandi setelah bepergian keluar?
✓ Sudahkah kita menjaga jarak ditempat umum untuk kebaikan bersama?
✓ Sudahkah kita memakai hand sanitizer setelah menyentuh fasilitas umum?
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin muncul di benak kita.
Pada kesimpulannya pemerintah tidak akan bisa menangani masalah kesehatan warganya jika kita tidak ikut serta bergerak nyata. Dengan menjalani protokol kesehatan yang ditetapkan.
Contoh nyatanya ada pada pemerintah Swedia yang juga dikecam seluruh dunia karena tidak diberlakukannya lockdown saat puncak pandemi berlangsung.
Bahkan warganya pun tidak mengindahkan ajakan WHO untuk menggunakan masker saat keluar rumah. Meski saat pertama kali wabah merebak, WHO juga labil mengenai keharusan penggunaan masker bagi warga non-medis.
Meski begitu warga Swedia sebenarnya sangat patuh terhadap peraturan pemerintahnya. Dengan tetap melakukan beberapa hal yang sudah disebutkan sebagai pertanyaan di atas.
Jadi letak perbedaannya dengan warga kita adalah mereka lebih mengutamakan gaya hidup bersih dan sehat guna menghindari paparan Covid-19.
Sedangkan warga kita karena sudah terbiasa hidup 'pasrah' jadi ya asal-asalan saja. Seperti kata peribahasa "Anjay (agar lebih enak dibaca) menggonggong kafilah pun berlalu".
Tentu saja hal itu bisa terjadi karena kepercayaan warganya yang rendah terhadap pemerintah, khususnya di DKI Jakarta.
Pada akhirnya kita semua hanya bisa berasumsi, tetapi keberhasilan didalam memerangi Covid-19 sebenarnya dimulai dari diri sendiri dan juga lingkungan di sekitar kita.
Jadi, golongan Anti Masker karena efek "Mangkel" atau Bandel?