Jadi apa gunanya istilah 'New Normal' itu kalau ujung-ujungnya PSBB diterapkan lagi. Fungsi New Normal sendiri pada aktivitas warga sehari-hari di kota bagaimana? Sedangkan jam masuk dan pulang kantor pun masih sama, semua karyawan yang masuk juga tidak dibatasi jumlahnya.Â
Padahal dengan mengatur jadwal masuk karyawan pasca PSBB juga penting dilakukan. Info itu pun saya peroleh berdasarkan kabar kerabat yang juga bekerja di gedung perkantoran Jakarta.
Pembatasan pengunjung di tempat-tempat umum seperti pasar, pusat perbelanjaan dan supermarket juga tidak serius diterapkan.
Sungguh ironi, bukan!
Bahkan masih banyak juga pengunjung atau penjual yang beraktivitas di pasar tidak mengenakan masker sebagai pelindung. Parahnya lagi banyak yang menggunakan face shield tapi tidak dilengkapi dengan penggunaan masker. Dengan berdalih agar wajah rupawan tetap kelihatan. Alamak, ada-ada saja!
Melihat fenomena itu sehari-hari jadi membuat saya merasa miris. Dimana banyak tim medis yang berjatuhan karena Covid-19 tetapi warganya malah tidak mengindahkan aturan yang ada.
Mungkin karena adanya budaya 'aturan dibuat untuk dilanggar', hal itulah yang membuat warga menjadi bandel atau mungkin karena mereka sebenarnya 'mangkel' (baca : kesal) terhadap pemerintah yang tak kunjung bisa menerapkan solusi aktif dan efektif pasca PSBB sebelum diterapkannya new normal.
Semua akibat pasti ada sebabnya begitulah kalimat yang cocok disematkan kepada pemerintah kita. Bukan rahasia umum lagi bahwa kepercayaan warga terhadap pemerintah kita saat ini sangatlah minim.
Terkhusus bagi mereka yang merasa pemerintah saat ini sama saja, tak ada bedanya dengan yang terdahulu. Meski hal itu tidak salah tetapi juga tidak sepenuhnya benar.
Semua itu kembali kepada kepercayaan kita masing-masing. Sebagai sosok warga yang baik sudah seharusnya kita mengikuti aturan yang berlaku. Apapun itu konsekuensinya.
Jadi kalau jumlah korban Covid-19 di Dunia meningkat, itu salah siapa?
Jawaban itu tentu mengacu kepada kesadaran kita masing-masing.