Mohon tunggu...
Dewips
Dewips Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary woman

Mau copy-paste artikel? Boleh saja, dengan tetap tampilkan asal sumber tulisan! Visit me @ ladiesbackpacker.wordpress.com, Email me : swap.commune@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bebbi Sagg: Solusi Praktis untuk Diet Plastik

14 September 2020   17:47 Diperbarui: 16 September 2020   16:15 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Permasalahan pencemaran lingkungan mungkin tidak akan pernah ada ujungnya. Selama penggunaan kemasan plastik masih sangat besar di seluruh dunia. Khususnya di Asia, yang mana pemerintah dan warganya masih belum serius didalam mengurangi residu plastik pada sampah rumah tangga.

Kali ini saya ingin berbagi konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang diterapkan oleh pemerintah Swiss. Sebenarnya konsep yang diterapkan tidak jauh berbeda dengan pengelolaan sampah di negara tetangganya. 

Sebut saja Jerman yang juga memiliki konsep pengelolaan sampah rumah tangga yang baik. Bedanya warga Swiss hanya diwajibkan mengeluarkan sejumlah uang yang tidak sedikit untuk membeli kantong sampah official.

Dimana negara Schengen lain seperti di Jerman kantong sampahnya hanya dibedakan dari warna dan bahannya saja. Contohnya kantong Biomuell yang berbahan dari alam dikhususkan hanya untuk sampah basah saja.

Lain negara lain peraturan tentunya, sedangkan di Swiss warga diharuskan membeli kantong sampah bernama Bebbi Sagg yang tersedia dalam tiga ukuran yaitu 17, 35 dan 60 liter.

Dengan ukuran bervariasi maka harga kantong sampah resmi tersebut juga dibandrol dengan harga yang berbeda. Untuk ukuran 17 dan 35 liter harganya 12 sampai 23 CHF atau sekitar 200 ribu sampai 350 ribu rupiah.

Sedangkan untuk ukuran terbesarnya yaitu 60 liter dibandrol dengan harga 33 CHF atau sekitar 500 ribu rupiah. Harga yang tidak murah untuk satu roll kantong sampah yang hanya berisi 10 pcs saja.

Lalu bagaimana kalau kita menggunakan kantong sampah lain atau tidak resmi yang lebih murah dan juga tersedia di supermarket?

Jadwal pengangkutan sampah, sumber : aplikasi draegwaegg
Jadwal pengangkutan sampah, sumber : aplikasi draegwaegg
Maka sampah rumah tangga kita tidak akan diangkut oleh petugas kebersihan yang datang. Dimana mereka hanya mengangkut sampah 2x seminggu sesuai jadwal yang sudah ditentukan untuk setiap zona tempat tinggal kita.

Dengan begitu mau tidak mau dan mampu tidak mampu kita harus membeli kantong sampah resmi mahal tersebut. Meskipun demikian kalau ditelaah lagi sebenarnya masih ada solusi lain yang bisa dilakukan.

Awalnya saya sempat berasumsi bahwa pemerintah Swiss sangat materialistis. Sampai harga kantong sampah resmi saja biayanya selangit.

Tapi setelah dikaji lagi ternyata pemerintah Swiss menerapkan harga yang tinggi untuk kantong sampah bukan untuk membebani warganya. Melainkan untuk menciptakan kesadaran bahwa kita harus lebih bijak didalam mengelola sampah rumah tangga.

Memang apa hubungannya? Jadi seperti ini analoginya, semakin banyak sampah yang kita hasilkan maka semakin banyak pula uang yang harus kita keluarkan.

Jadi solusinya bagaimana agar kita bijak dalam mengelola sampah rumah tangga? Agar terhindar dari kebangkrutan akibat dari harga kantong sampahnya yang sangat mahal.

Pihak pemerintah Swiss sendiri sudah membuatkan tempat-tempat khusus yang dipergunakan sebagai recycle terminal. Bahkan hampir di setiap pojokan kota terdapat tempat recycle untuk umum.

Terminal daur ulang tersebut dapat digunakan oleh warganya secara gratis guna mengurangi volume sampah rumah tangga yang dihasilkan setiap harinya.

Jadi tugas kita hanyalah menyortir sampah yang dihasilkan dari aktivitas sehari-hari. Kasusnya dalam hal ini tentu yang dapat didaur ulang di terminal recycle. Seperti botol/ kemasan kaca, karton/koran/kertas bekas serta kemasan kaleng bekas makanan dll.

Untuk botol plastik sendiri terminal recycle-nya dikhususkan hanya di supermarket saja. Bedanya dengan di Jerman botol plastik di Swiss tidak memiliki nilai uang kembali atau refund yang biasa ditandai dengan logo 'Pfand'.

Kebijakan pemerintah Swiss dengan tidak menerapkan botol plastik pfand bukan karena tidak peduli dengan aksi diet plastik. Melainkan hal itu juga diterapkan untuk ketertiban lingkungan.

Melihat fenomena semakin banyaknya warga yang menjadi pemulung dengan berkeliaran mengumpulkan botol pfand untuk mendapatkan uang. Seperti yang banyak terjadi di negara Jerman.

Terlebih lagi dari aktivitas menyortir tadi sampah hasil residu rumah tangga bisa benar-benar berkurang hingga 50-80%. Apalagi bagi yang memiliki lahan pekarangan di belakang rumah, dimana kita bisa menggunakan sampah basah menjadi pupuk kompos. Maka akan lebih menguntungkan bagi kita dan lingkungan.

Jadi sebenarnya kantong sampah resmi tadi hanya digunakan untuk sampah yang tidak bisa di recycle di terminal saja. Kalau kita sama sekali tidak menggunakan kemasan plastik justru penggunaan kantong sampah tersebut malah bisa dikurangi hingga 100%.

Sayangnya pemerintah Swiss sendiri tidak secara langsung mewajibkan warganya untuk menyortir sampah mereka. Tidak seperti di Jerman, bahkan masih banyak warga Swiss termasuk WNI yang tidak melakukan aktivitas menyortir sampah dirumahnya sendiri.

Dengan menganggap enteng biaya kantong sampah yang dikeluarkan jadi tidak membuat mereka lebih bijak didalam penggunaannya.

Padahal dengan mengurangi volume sampah selain bisa berhemat kita juga bisa ikut serta menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Khususnya bagi ekosistem di laut yang menerima dampak langsung akibat sampah plastik.

Begitulah penjelasan tentang bagaimana pemerintah Swiss menerapkan aturan didalam pengelolaan sampah rumah tangga warganya. Disini saya juga berbagi pengalaman pribadi didalam menjalankan diet plastik dengan menyortir sampah. Cara yang cukup praktis bukan?

Memang masih ada plus minusnya tetapi sebagai manusia yang diberi akal sudah seharusnya kita sadar diri untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Oleh karena itu seharusnya kita tidak perlu menunggu pemerintah yang beraksi terlebih dahulu dengan peraturannya. Kita pun bisa memulai diet plastik bersama keluarga dengan membiasakan diri menyortir sampah. Apabila penggunaan plastik sulit atau tidak bisa dihindari.

Harapan saya dengan menulis artikel ini semoga kita bisa saling menyadarkan, sebagai manusia tidak hanya mencari untung dari alam yang sudah tersedia tetapi juga ikut melestarikannya. Contohnya dengan menggunakan kantong reusable saat berbelanja.

Terkhusus bagi pemerintah Indonesia yang juga diharapkan bisa tegas menerapkan peraturan yang berkaitan dengan sampah. Jangan hanya ada himbauan diet plastik tetapi warganya tidak diberikan edukasi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

Semoga bisa mencerahkan,

Salam bumi lestari!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun