Mohon tunggu...
Dewips
Dewips Mohon Tunggu... Freelancer - Just an ordinary woman

Mau copy-paste artikel? Boleh saja, dengan tetap tampilkan asal sumber tulisan! Visit me @ ladiesbackpacker.wordpress.com, Email me : swap.commune@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kenali Budaya "Curhat" yang Berujung Perselingkuhan

12 September 2020   23:55 Diperbarui: 20 Mei 2021   21:53 2547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Curhat, Foto : cheatsheet.com

Sederhana sekali prosesnya, berawal dari curhat berujung pada perselingkuhan. Mungkin saja si perempuan tadi tidak berniat menjadi pelakor karena faktanya ia sudah menikah dan memiliki keluarga juga. Jadi apa sebenarnya faktor utama yang membuat mereka 'nyaman' menjalani hubungan terlarang itu?

Baca juga : Ada Pelakor, Kenapa Tidak Ada Pebinor? Bias Gender di Zosial Media dalam Kasus Perselingkuhan

Yuk, kenali beberapa faktor yang mendukung aksi perselingkuhan tersebut:

Small Talk yang Intens Bisa Menimbulkan Kedekatan Emosional
Khususnya bagi rekan kerja yang terlihat care dengan case atau isu diluar topik pekerjaan yang intens dibahas bersama. Small talk bisa berupa chit chat saat istirahat atau via chat.

Witing Tresno Jalaran Soko Kulino
Pernah mendengar kalimat ini? Bagi orang Jawa pasti mengerti arti kalimat tersebut. Yap, kesukaan tumbuh dari kebiasaan. 

Pertemuan rutin setiap hari untuk pekerjaan/ bukan baik didalam/ diluar kantor yang bisa menumbuhkan benih-benih cinta (terlarang).

Mitos atau Fakta? Jawabannya tentu tergantung realitanya. Tetapi hal itu benar adanya jika dari awal kita sudah memiliki 'PERASAAN' terpendam.

Empati yang Berubah Menjadi Simpati
Hati-hati dengan istilah ini, karena siapapun pasti pernah mengalaminya. Jadi salahkah kita jika sebagai seorang teman memiliki empati kepada rekan kerja, yang memiliki masalah dan sedang butuh teman curhat?

Lagi-lagi tentu jawabannya tergantung pada kondisi realitanya. Apakah rasa empati yang kita miliki itu pure, tidak memiliki embel-embel lain? Bagaimana kalau yang curhat itu rekan kerja yang good looking atau gemar menunjukan perhatian lebih kepada kita?

Jadi bagaimana solusinya? Kalau hal itu bisa terjadi pada siapa saja diluar sana. Termasuk dengan pasangan kita di tempat kerja.

Sebelum saya bagikan langkah-langkahnya, saya ingatkan kembali untuk tidak jump into assumption kepada pasangan. Jangan karena ada hal-hal yang berubah dari pasangan lalu kita berasumsi mereka pasti berselingkuh.

So, berikut adalah beberapa langkah preventif yang bisa dilakukan dengan pasangan :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun