Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

[Merah Putih RTC] Jiwa-jiwa Pupus di Tanah Merdeka

17 Agustus 2015   18:13 Diperbarui: 17 Agustus 2015   18:13 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="pic from bbm dewi"][/caption]

No. 32.  Dewi Pagi

/

/

Kau kira aroma lidahmu tak anyir menyengat?
mari ku beri tahu, ini bukan negeri antah berantah, Bung
namun rumpun berjuluk masyur dan terhormat
kita bangsa beruntung, tak buntung seperti yang sering kau hitung-hitung

/

andai hatimu bertelinga, dengarlah, pelupuk pertiwi kerap bendung gerimis
barangkali kau kan berhenti saling menyalak; berjejal jajakan caci maki
terbayang saat kau dengar ibumu berisak tangis
ya benar, ibumu sendiri

/

manakala serdadu penjajah kocar-kacir terusir
anak cucu bangsa satu pijakan bumi masih saja baku hantam silih cibir
saat perang senjata lesap terkubur
kelahi saudara semoyang tumbuh teramat subur

/

nalar terbelenggu, gemar tersulut gemar diadu; perihal salah ucap hingga dogma agama
kita enggan cekungkan jumawa, demi bangunkan lelap nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun