Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Yang Tak Berujung

27 Juli 2015   20:43 Diperbarui: 27 Juli 2015   20:43 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="pic from deviantart.com"][/caption]

Satu rasa acap memburu

disaat rindu, genap menyerbu

bagai seribu kepal tangan serdadu

yang padanya tergenggam berbukit-bukit batu

/

ia bertulis sebuah nama

ia berlukis seraut rupa

lalu dihujam berulang kali

tepat ke pusat jantung ini

/

di batas senja yang membuncah

satu redup jiwa terbendung, terbelah lalu pecah

/

bisik hati kecilku panggil-panggil namamu

sisi lainnya menggugat, atas jalannya takdir

/

andai cinta tak kunjung jadi juara

pun penawar rindu masih terbelenggu

entah aku bisa apa?

/

barangkali

aku akan,

sejenak melepas ingatan

pura-pura gila

sebelum benar-benar gila

/

jikalau segala tanya tak terjawab

cukuplah dirimu saja sebagai obat nan mujarab

selama nadi dunia masih berdegup

ku beri penuh hati ini kepadamu

/

simpan baik-baik

duhai fulan kesayanganku

takkan pernah ku ambil kembali

lantaran kini,

ia utuh jadi milikmu

sampai akhir waktu

/

/

Kampung Hujan, 270715

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun