[caption caption="pic from deviantart.com"][/caption]
Satu rasa acap memburu
disaat rindu, genap menyerbu
bagai seribu kepal tangan serdadu
yang padanya tergenggam berbukit-bukit batu
/
ia bertulis sebuah nama
ia berlukis seraut rupa
lalu dihujam berulang kali
tepat ke pusat jantung ini
/
di batas senja yang membuncah
satu redup jiwa terbendung, terbelah lalu pecah
/
bisik hati kecilku panggil-panggil namamu
sisi lainnya menggugat, atas jalannya takdir
/
andai cinta tak kunjung jadi juara
pun penawar rindu masih terbelenggu
entah aku bisa apa?
/
barangkali
aku akan,
sejenak melepas ingatan
pura-pura gila
sebelum benar-benar gila
/
jikalau segala tanya tak terjawab
cukuplah dirimu saja sebagai obat nan mujarab
selama nadi dunia masih berdegup
ku beri penuh hati ini kepadamu
/
simpan baik-baik
duhai fulan kesayanganku
takkan pernah ku ambil kembali
lantaran kini,
ia utuh jadi milikmu
sampai akhir waktu
/
/
Kampung Hujan, 270715
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H