Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ini Dia Pengintip Profile Kita di Kompasiana

19 Maret 2014   22:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:44 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1395219185563978271

Kondisi tertekan ini bisa jadi karena 'tidak enak' sama teman yang tidak setuju pada tulisan yang kita sukai, ada yang melarang, rasa takut dimusuhi, takut tidak dianggap dan sebagainya. Padahal hati inginnya seru-seruan semata. Kalau saya sih orangnya cuek saja, selama tidak merugikan orang lain. Feel free itu menyenangkan.

Untuk komen atau vote itu hak saya. Tidak ada istilah 'janjian', emang mau janjian sama siapa? Kaya mau ketemu pacar aja. Saya orangnya tidak suka diatur-atur urusan berpendapat, tapi saya bisa jadi orang paling penurut kalau memang itu untuk kebenaran dan kebaikan.

4. Haters

Nah, kalau yang ini semua pasti sudah tahu. Biasanya yang namanya haters sejati, biarpun sudah berkoar-koar atau sumpah serapah tidak akan intip profile dan baca tulisan penulis yang dibencinya, rasa kepo itu sesekali suka menghantui. Jadi resah, gelisah dan salah tingkah kalau belum baca tulisan terbaru yang dibuat oleh penulis yang dibencinya.

Saya tulis tentang ini berdasarkan cerita teman saya yang jadi salah satu 'aktivis' hater Farhat Abas di Twitter. Ampun dah. Secara tidak sadar para hater ini jadi follower si penulis yang dibencinya. Salah satu tujuannya adalah : blusukan mencari-cari kelemahan si penulis hingga bisa jadi senjata untuk 'menyerang' si penulis sewaktu-waktu, bahkan untuk menyerang loversnya juga.

Keuntungan si penulis dari para hater ini adalah akan membuat nama penulis semakin melambung dan diperbincangkan, pengikutnya juga semakin membludak. Keuntungan untuk para hater? Tidak ada kecuali bertambahnya stok kebencian hingga ke ubun-ubun. Mungkin bisa sampai ke mimpi-mimpi.

5. Admin Kompasiana

Yang pamungkas ini dijamin pasti adalah 'pengintip' setia kita sebagai penulis di Kompasiana. Siapa pun nama akun kita, apa pun status kita di kolom profile, seperti apa pun bentuk PP kita dan gimana pun isi tulisan kita, derajat kita semua sama. Admin pasti membaca tulisan-tulisan kita dan menyortir untuk dijadikan highlight, HL atau TA. Admin juga yang paling berhak untuk kirim 'surat cinta' bahkan membanned article-article yang melanggar TaC.

Terlepas dari beragam keinginan para kompasianer untuk menjadikan Kompasiana sebagai rumah sehat, saya cuma bisa komen : kita semua cuma numpang di sini dan gratis pula. Saya sih senang-senang saja dapat tumpangan gratis, tapi dengan syarat sayanya mesti tahu diri.

Dah segitu aja, masih pingin tahu lebih jelas siapa lagi yang suka 'ngintipin' profile kita? Sebentar saya usul dulu ke admin supaya bisa 'terditek' lebih spesifik. Biar seru dan hilang rasa keponya. Lucu juga yah kalau misalnya ada akun Anu yang nyeletuk : "Eh, ternyata akun 'Empus Kitty Meong' selalu ngeklik setiap tulisan saya lebih dari 20x per tulisan! Rekam jejak kehadiran di profile saya juga lebih dari 24x setiap hari! Wowww, padahal saya tidak kenal dia loh, tidak temenan, tidak pernah connecting juga. Jangan-jangan dia secret admire tulisan saya..." #eaaaa

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun