Mohon tunggu...
Dewi Pagi
Dewi Pagi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Say it with poems & a piece of cake...| di Kampung Hujan

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Jajan Pasar: Kudapan Tradisional Cita Rasa Aduhai

26 Maret 2014   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_300781" align="aligncenter" width="300" caption="www.kuesubuhsenen.wordpress.com"]

13958271541489345736
13958271541489345736
[/caption]

Namun dari sekian banyak macam, terkadang saya masih saja kesulitan mencari beberapa jajanan pasar favorit saya. Biasanya saya memesan hingga ke kampung-kampung yang biasa membuatnya. Kalo pesan tidak bisa 5 biji, minimal sekitar 30 buah untuk satu jenis. Saya pernah pesan kue cucur saking lagi pengennya dan itu susahhh dicarinya. Akhirnya saya datangi pembuatnya di kampung yang bersebrangan dengan kediaman saya.

Saya memang suka jajan pasar yang rasanya manis apalagi bila gulanya menggunakan gula jawa. Rasanya 'ngeri-ngeri sedappp', top markotop, nyus markunyusss. Bikin ngiler kalau lihat kudapan yang salah satu bahannya itu pakai gula jawa. Entah dicampur dalam kuenya atau sebagai sausnya.

[caption id="attachment_300782" align="aligncenter" width="300" caption="kue lumpur pandan - dok.pri"]

1395827364962606905
1395827364962606905
[/caption]

[caption id="attachment_300783" align="aligncenter" width="300" caption="kue lemper - dok.pri"]

1395827430233077173
1395827430233077173
[/caption]

Pesan dari saya yang hobi makan kue ini (tapi dikit-dikit bisa juga buatnya loh, tuh yang foto dok.pri) : Cintailah kuliner tradisional yang asli dari warisan nenek moyang kita. Bila tidak bisa membuatnya, bolehlah dengan membeli untuk dikonsumsi lalu dikenalkan sama anak cucu kelak. Bila bukan kita yang melestarikan, terus siapa lagi dong? Nggak lucu banget kan kalau tiba-tiba kue getuk lindri didaulat jadi warisan kuliner resmi negeri si 'ehem'? Sampai akhirnya kita ngeh trus mati-matian deh berjuang ke PBB (FAO) biar diakuin dunia, kaya batik waktu itu. Eh, mungkin gak sih sampe segitunya?

[caption id="attachment_300784" align="aligncenter" width="300" caption="www.kulinerindonesia.com"]

1395827487508498505
1395827487508498505
[/caption]

Akhir kata, bicara kuliner bukan hanya soal perut atau selera lidah saja, tapi juga bagaimana kita bisa jadi bagian yang melestarikannya, biar tidak cepat punah. Biar kelak, anak cucu cicit kita tahunya bukan cuma kuliner asing yang mulai jadi raja di negeri ini.

Kepada para pembaca tersayang, boleh dong share ke saya kue tradisional apa saja yang menjadi ciri khas di daerahnya? Pastinya bisa menambah pengetahuan baru untuk saya yang tengah belajar tentang kuliner (khususnya kue) ini.

Salam kuliner tradisional Indonesia...^_^
.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun