[caption id="attachment_300777" align="aligncenter" width="300" caption="www.infoduit.com"][/caption]
Jajan pasar adalah nama lain dari kue-kue (biasanya kue basah) tradisional yang awalnya banyak dijual di pasar-pasar tradisional. Belakangan, jajan pasar banyak juga dijual di mall-mall dengan booth khusus.
Saat ini, ditengah serbuan kuliner yang semakin modern, pesona kuliner jajan pasar tak pernah terpinggirkan. Rasa yang 'original' membuat jajanan ini tak pernah ditinggalkan orang-orang. Indonesia yang kaya akan warisan kulinernya bahkan memiliki ribuan lebih jenis kue-kue tradisionalnya.
Selain dijajakan di pasar tradisional/modern/bazzar, jajan pasar juga kerap kali kita temui di acara-acara pesta pernikahan, entah yang dilaksanakan di rumah, gedung atau hotel. Biasanya disebut dengan kue tampah karena disusun dengan rapi di atas tampah. Keunikan bentuk dan rasa yang khas untuk jajanan pasar membuat siapa saja suka untuk mengkonsumsinya.
[caption id="attachment_300778" align="aligncenter" width="300" caption="www.berbagiusaha.com"]
Daya tahan dari jajanan pasar biasanya tidak berlangsung lama karena aslinya jarang yang memakai pengawet. Kebanyakan menggunakan santan kelapa untuk menambah cita rasa gurih. Pembuatan kue-kue ini juga rata-rata memakai bahan-bahan dan cara yang tradisional. Bahan baku utama seperti tepung beras, ketan, singkong, ubi dan kelapa adalah bahan yang sering digunakan untuk membuat kue-kue tradisional.
Saya beri contoh satu yah, untuk pembuatan kue serabi. Salah satu bahan pembuatan serabi yaitu santan, dimasaknya pun di atas arang atau kayu bakar. Untuk kue tradisional, memang berbeda hasilnya ketika kita memasaknya menggunakan kayu bakar dibandingkan dengan kompor gas biasa. Perbedaan yang paling menyolok dari aromanya. Pastinya lebih 'semriwing', hehehe.
[caption id="attachment_300779" align="aligncenter" width="300" caption="www.sinidong.blogspot.com"]
Sosis solo, lemper, bugis, semar mendem, arem-arem, kue cincin, cucur, lapis pepe, putri noong, kue jongkong, combro, talam, getuk lindri, lepet, wingko, clorot, dadar gulung, putu, apem, bika ambon, kue lumpur, ongol-ongol, pastel, putu mayang, kelepon, cenil, kue mangkok dan clorot adalah contoh-contoh jajanan pasar. Banyak banget yah? No no, ini baru sedikit contohnya.
Masih nggak percaya kalau kudapan asli nusantara ini begitu kaya dan beragam? Sini ikut sama saya, bareng-bareng kita ke pasar Senen subuh-subuh. Di jamin bakal terpukau sama ribuan jenis kue tradisional yang ada di sana. Semuanya pasti pengen dicomot. Semuanya pasti pengen diborong.
[caption id="attachment_300780" align="aligncenter" width="300" caption="www.female.kompas.com"]
[caption id="attachment_300781" align="aligncenter" width="300" caption="www.kuesubuhsenen.wordpress.com"]
Namun dari sekian banyak macam, terkadang saya masih saja kesulitan mencari beberapa jajanan pasar favorit saya. Biasanya saya memesan hingga ke kampung-kampung yang biasa membuatnya. Kalo pesan tidak bisa 5 biji, minimal sekitar 30 buah untuk satu jenis. Saya pernah pesan kue cucur saking lagi pengennya dan itu susahhh dicarinya. Akhirnya saya datangi pembuatnya di kampung yang bersebrangan dengan kediaman saya.
Saya memang suka jajan pasar yang rasanya manis apalagi bila gulanya menggunakan gula jawa. Rasanya 'ngeri-ngeri sedappp', top markotop, nyus markunyusss. Bikin ngiler kalau lihat kudapan yang salah satu bahannya itu pakai gula jawa. Entah dicampur dalam kuenya atau sebagai sausnya.
[caption id="attachment_300782" align="aligncenter" width="300" caption="kue lumpur pandan - dok.pri"]
[caption id="attachment_300783" align="aligncenter" width="300" caption="kue lemper - dok.pri"]
Pesan dari saya yang hobi makan kue ini (tapi dikit-dikit bisa juga buatnya loh, tuh yang foto dok.pri) : Cintailah kuliner tradisional yang asli dari warisan nenek moyang kita. Bila tidak bisa membuatnya, bolehlah dengan membeli untuk dikonsumsi lalu dikenalkan sama anak cucu kelak. Bila bukan kita yang melestarikan, terus siapa lagi dong? Nggak lucu banget kan kalau tiba-tiba kue getuk lindri didaulat jadi warisan kuliner resmi negeri si 'ehem'? Sampai akhirnya kita ngeh trus mati-matian deh berjuang ke PBB (FAO) biar diakuin dunia, kaya batik waktu itu. Eh, mungkin gak sih sampe segitunya?
[caption id="attachment_300784" align="aligncenter" width="300" caption="www.kulinerindonesia.com"]
Akhir kata, bicara kuliner bukan hanya soal perut atau selera lidah saja, tapi juga bagaimana kita bisa jadi bagian yang melestarikannya, biar tidak cepat punah. Biar kelak, anak cucu cicit kita tahunya bukan cuma kuliner asing yang mulai jadi raja di negeri ini.
Kepada para pembaca tersayang, boleh dong share ke saya kue tradisional apa saja yang menjadi ciri khas di daerahnya? Pastinya bisa menambah pengetahuan baru untuk saya yang tengah belajar tentang kuliner (khususnya kue) ini.
Salam kuliner tradisional Indonesia...^_^
.
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H