Mohon tunggu...
Dewi Nuryanti
Dewi Nuryanti Mohon Tunggu... Freelancer - Emak blogger

Emak blogger yang hobi traveling, makan dan belanja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Miris! Masih Banyak Penduduk Indonesia Tidak Mampu Penuhi Makanan Gizi Seimbang

14 Desember 2022   00:49 Diperbarui: 15 Desember 2022   04:31 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyeimbangkan gizi agar seimbang. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Beberapa waktu lalu, saya membaca satu artikel di Kompas id yang isinya memaparkan fakta bahwa lebih dari separuh penduduk Indonesia tidak mampu untuk makan bergizi. 

Setelah membaca artikel itu, mau tidak mau saya harus mengakui bahwa fakta yang dijabarkan tersebut benar adanya. 

Memang miris. Masih banyak penduduk Indonesia tidak mampu penuhi makanan gizi seimbang setiap harinya. Saya dan ribuan bahkan ratusan ribu orang lain di luar sana, pernah merasakan kondisi menyedihkan tersebut.

Pikiran saya langsung melayang pada kondisi yang saya alami setahun lalu. Saat itu suami mengalami PHK tiba-tiba akibat pandemi. Secara mendadak, keluarga saya kehilangan mata pencaharian utama dan pemasukan keluarga otomatis langsung berhenti. 

Tentu saja, yang sangat menjadi beban pikiran saya adalah anak-anak. Mereka masih memerlukan gizi seimbang untuk mendukung tumbuh kembangnya. Sehingga saya harus segera menemukan jalan keluarnya agar kebutuhan gizi keluarga tetap terpenuhi.

Masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang
Masih banyak penduduk Indonesia yang tidak mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang

Dua bulan pertama, keadaan masih baik-baik saja, saya masih bisa memenuhi kebutuhan makanan gizi seimbang untuk keluarga karena uang tabungan masih cukup untuk membiayai semua kebutuhan tersebut. 

Memasuki bulan ketiga, jumlah tabungan berkurang secara signifikan dan hal ini memaksa saya untuk meminimalisir pengeluaran terutama kebutuhan makan sehari-hari. 

Jika sebelumnya saya masih bisa membeli bahan makanan gizi seimbang, memasuki bulan ketiga, saya tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang. Saya hanya mampu membeli bahan makanan sumber karbohidrat, sayuran serta protein nabati atau karbohidrat, sayuran dan lauk hewani. 

Tanpa bisa membeli buah. Untuk dapat memenuhi kebutuhan gizi seimbang keluarga yang berjumlah empat orang, saya harus menyediakan minimal 50 ribu rupiah setiap harinya. 

Dan ini hanya bisa membeli protein hewani berupa telur ayam, sayuran, tempe atau tahu dan buah lokal saja. 50 ribu rupiah sehari, terasa cukup besar bagi keluarga yang kehilangan mata pencaharian utamanya.

Pada saat itu, boro-boro mikirin bisa makan dengan gizi seimbang, sudah bisa makan dua kali sehari dengan menu seadanya saja sudah bagus. Sedih terasa dan bukan hanya saya sendiri yang mengalaminya. 

Masih banyak keluarga Indonesia lainnya yang mengalami hal ini. Seperti yang dilansir pada laman Kompas id, Tim Jurnalisme data Harian Kompas menghitung biaya yang harus dikeluarkan orang Indonesia untuk membeli makanan bergizi seimbang setiap harinya. 

Berapa Biaya yang Diperlukan untuk Memenuhi Gizi Seimbang?

Separuh lebih penduduk belum mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang (sumber gambar : Kompas id)
Separuh lebih penduduk belum mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang (sumber gambar : Kompas id)

Setidaknya biaya yang perlu dikeluarkan orang Indonesia untuk membeli makan bergizi seimbang atau sehat sebesar Rp 22.126 per hari atau Rp 663.791 per bulan. 

Harga tersebut berdasar standar komposisi gizi Healthy Diet Basket (HDB), yang juga digunakan Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization/FAO). 

Dengan biaya sebesar itu, ada 68 persen atau 183,7 juta orang Indonesia yang tidak mampu memenuhi biaya tersebut. Ini berarti lebih dari separuh penduduk Indonesia tidak mampu untuk penuhi kebutuhan gizi harian.

Hitungan lain yang digunakan oleh Tim Jurnalisme data Harian Kompas dalam menganalisis kemampuan penduduk Indonesia dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang adalah standar Bank Dunia yang menetapkan pengeluaran untuk bahan pangan maksimal 52 persen dari pengeluaran total keluarga.

Untuk menentukan jumlah bahan pangan bergizi seimbang, analisis ini menggunakan aplikasi kalkulator biaya pangan yang dikembangkan oleh tim riset Food Prices for Nutrition dari Tufts University Amerika Serikat. 

Gizi seimbang artinya menu dengan porsi seimbang antara makanan pokok (sumber karbohidrat), lauk pauk (sumber protein dan lemak), sayuran dan buah, serta air minum.

Jika dalam satu keluarga ada empat orang, maka biaya yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan gizi seimbang sekitar 80 ribuan. 

Bagaimana tidak terasa mahal bila setiap harinya pemasukan keluarga berkisar 50 hingga 75 ribu rupiah atau bahkan tidak memiliki pemasukan yang tetap dan rutin tiap harinya. 

Sebagai seorang ibu, saya paham bahwa keluarga saya terutama anak saya perlu makan makanan bergizi seimbang agar tumbuh kembangnya bisa optimal. Tapi dengan kondisi finansial keluarga yang tidak memungkinkan, saya harus bisa adaptif dengan keadaan ini.

Terlebih lagi, harga bahan makanan di Indonesia tergolong cukup mahal dan naik terus. Sekarang ini, harga telur di atas 30 ribu rupiah per kilonya, tempe sekotak kecil paling murah 4 ribu rupiah, sayuran pun tidak kalah menjulang harganya. 

Ini harga di Jakarta yang mudah terjangkau akomodasinya. Bagaimana dengan harga bahan makanan di daerah terpelosok dan terpencil yang susah dijangkau? Sudah pasti lebih fantastis lagi harganya. 

Masih melansir dari laman Kompas id, hasil analisis dari tim data Kompas, tidak jauh berbeda hasilnya dengan analisis FAO pada tahun 2021 yang menyatakan bahwa ada 69,1% penduduk Indonesia yang tidak mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang. 

Proporsi penduduk Indonesia yang tidak mampu penuhi kebutuhan gizi seimbang menurut FAO pada tahun 2021 menunjukkan angka yang lebih baik dibandingkan 4 tahun lalu karena adanya standar gizi yang lebih rendah.

Laporan FAO juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki harga pangan bergizi tertinggi dibandingkan negara-negara tetangga di Asia Tenggara apabila memperhitungkan daya beli masyarakatnya. 

Dengan memperhitungkan faktor paritas daya beli (purchasing power parity/PPP), harga pangan bergizi di Indonesia mencapai angka 4,47 dollar AS sekitar Rp 69.000 per hari. 

Ini lebih tinggi ketimbang harga bahan makanan bergizi di negara tetangga antara lain: Thailand (4,3 dollar AS); Filipina (4,1 dollar AS); Vietnam (4 dollar AS) dan Malaysia (3,5 dollar AS). 

Analisis FAO ini seakan membenarkan pemikiran saya bahwa harga bahan makanan bergizi seimbang di Indonesia memang mahal. Apalagi di beberapa wilayah Indonesia seperti NTT dan Maluku Utara.

Belanja di Pasar Cara Saya Penuhi Gizi Keluarga

Biaya makan keluarga agar cukup gizi terutama untuk anak-anak ini memang terasa mahal. Bila melihat kondisi finansial saat itu yang cukup minim, rasanya sudah hampir menyerah untuk bisa memberi anak-anak makanan yang sehat dan bergizi. 

Namun, saya ingat, beberapa kali pernah mengikuti seminar-seminar tumbuh kembang anak, yang kembali menyadarkan saya bahwa masa depan anak tidak bisa dikorbankan. Saya seolah tertampar. 

Akhirnya, saya kembali mencoba mengatur ulang keuangan keluarga lebih teliti lagi. Saya menempatkan biaya makan anak sesuai dengan kebutuhan gizinya pada prioritas utama pengeluaran keluarga. 

Satu hal yang saya yakini adalah kecukupan protein anak. Saya harus memastikan anak-anak tetap mendapat asupan protein hewani dari telur, ikan dan susu. Meski dengan konsekuensi, saya harus memangkas pengeluaran saya yang lain seperti skincare meskipun biarpun mamak-mamak harus tetap kece kan.

Bagi saya yang paling terasa memang pengeluaran untuk membeli susu anak. Jujur saja, saya sempat memilih dan membandingkan sekian jenis mereka susu dan mencari mana yang paling ekonomis. 

Tentu saja dengan mengecualikan susu kental manis. Meski jenis susu ini harganya paling ekonomis, tapi secara kandungan sangat tidak memenuhi kebutuhan gizi anak. 

Cara lain yang saya lakukan adalah mengakali biaya yang mahal, saya sengaja pergi ke pasar pagi-pagi sebelum adzan Subuh supaya dapat sayuran, buah dan lauk pauk dengan harga yang jauh lebih murah karena pada jam tersebut biasanya yang belanja para tukang sayur. 

Gambar dari Kompas id
Gambar dari Kompas id

Sering pula saya mendapat sayur, buah dan lauk pauk dengan harga miring karena penghabisan, daripada enggak laku lebih baik dijual balik modal saja, begitu ujar pedagang langganan saya.

Hidup di kota besar dan lingkungan yang cukup padat penduduk, saya tidak memiliki pekarangan atau lahan yang bisa ditanami sayur mayur atau dijadikan kolam ikan sebagai sumber lauk hewani.

Mungkin beda halnya dengan orang yang hidup di pedesaan, mereka bisa memanfaatkan lahan pekarangan sehingga bisa memangkas biaya pemenuhan makanan gizi seimbang. 

Tapi sejatinya, mau kita tinggal di kota ataupun di desa, dalam kondisi apapun, sebaiknya jangan jadikan kesulitan ekonomi sebagai alasan untuk memangkas jatah asupan makanan bergizi bagi keluarga, terutama anak-anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun