Sebuah gerakan tanpa adanya dukungan tentu akan sulit jalannya, demikian pula dengan inovasi yang diluncurkan di tengah masyarakat yang budayanya tampak belum siap. Satu hal penting yang sesekali perlu ditanyakan adalah, apakah masyarakat kita sudah siap dengan mengubah kebiasaan hidup tanpa plastik atau minimal mengurangi?Â
Jika sudah mencoba, apakah siap dengan yang namanya konsistensi? Jika jawabannya adalah belum, maka dibutuhkan gerakan yang lebih luas lagi agar memasyarakatkan "no plastic" dapat semakin efektif. Pemerintah sudah berperan dengan baik sekali, sekarang giliran masyarakatnya yang perlu menyadari.
Setelah terbentuk kebiasaan untuk mengurangi sampah plastik yang dalam artikel ini difokuskan pada kantong belanja, maka secara bersamaan akan terbuka peluang usaha baru yaitu memproduksi kantong belanja ramah lingkungan. Penggunaan barang-barang bekas atau mengolah bahan-bahan yang dapat digunakan kembali untuk dijadikan kantong belanja merupakan salah satu cara cerdas yang dapat dilakukan.Â
Pola hidup masyarakat kota besar seperti Bogor ataupun DKI Jakarta yang terbilang cukup konsumtif sesungguhnya dapat disikapi dengan positif untuk meraih keuntungan materi, tetapi kesempatan ini hanya dapat diambil oleh mereka yang cepat tanggap dan pandai melihat peluang.
Selain itu, memproduksi kantong belanja yang terbuat dari bahan-bahan daur ulang juga merupakan bentuk dukungan kepada pemerintah atas himbauan yang telah digaungkan.Â
Menjadi milenial yang menyangi lingkungan sekaligus cerdas menyikapi peluang mungkin hanya ada dalam diri sebagian orang. Lantas, apakah kamu termasuk di dalamnya? Yuk segera ambil bagian!
(dnu, ditulis sambil makan sate kambing campur kecimpring sama onde-onde, 24 maret 2019, 21.27 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H