Di sisi lain, pemandangan anak-anak yang hidupnya sudah erat sekali dengan gadget, perlu diamati apakah ini turunan dari gaya hidup orang tuanya serta lingkungan yang mendukungnya. Gaya hidup orang tua yang dimaksud di sini adalah kebiasaan yang hidup dalam satu atap rumah tetapi kedua orang tuanya  sibuk dengan gadgetnya masing-masing.Â
Akibat dari hal ini maka anak-anak meniru perilaku tersebut, mengira ada yang menarik dari sebuah gadget, lalu mencobanya hingga akhirnya menemukan keseruan baru yang bisa dilakukannya secara fisik sendirian. Sesekali mungkin anak-anak meminta perhatian dari orang tuanya, namun kerena keduanya sibuk maka senjata menenangkan sang anak yang difikirnya ampuh adalah dengan memberinya gadget. Hal ini membuat anak ketagihan, dan lambat laun aktifitas sosialnya pun mulai berkurang.
Dampak sosial bagi anak jika telah akrab dengan gadget adalah selain senang dengan kesendirian walau dalam keramaian, juga menimbulkan kecemburuan sosial bagi anak lain yang tidak memiliki gadget. Dari yang punya gadget senang bermain dengan yang sama-sama punya walaupun aktualnya tetap saja duduk bersama yang tanpa tegur sapa, maka bagi yang tidak lunya gadget ia akan menarik diri dan memilih bermain dengan yang sama dengannya.
Ternyata cukup banyak dampak negatif dari gadget bagi dunia anak. Mulai dari kurangnya sosialisasi antar sesama, hingga perpecahan hubungan pertemanan antara yang punya dengan yang tidak punya.
Sesungguhnya masa kanak-kanak adalah masa-masa emas bagi para orang tua untuk membentuk generasi penerusnya menjadi pribadi yang terbaik. Sehingga pembiaran terhadap anak untuk lekat sekali kehidupannya dengan gadget hendaknya tidak boleh kebablasan. Boleh dilakukan namun secukupnya saja, sebatas pengenalan kemajuan teknologi dan kemampuan penggunaan. Bukan dijadikan "teman akrab" sehari-hari hingga mengesampikan dunia nyata yang sesungguhnya.
Jika anak harus hidup sesuai zamannya, lantas apakah para orang tua rela anaknya menyandang gelar "gadget selfish busy". Yang setiap saat sibuk sendiri, tidak banyak teman, jarang menggerakkan badan, hingga jarang berkata-kata secara nyata? Dari sisi kesehatan pun jelas dampaknya bukan bagi anak yang terlalu sering menatap layar telepon pintar? Lantas tunggu apa lagi?
Yuk ajarkan anak-anak hidup sehat secara lahir dan batin dengan membatasi aktifitasnya yang berhubungan dengan gadget secara berlebihan.
(dnu, ditulis sambil makan tahu pedas yang kayaknya gosong tapi kok enak ya hahaha...., 22 Oktober 2017, 18.04 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H