Berkali-kali Bapak katakan jangan hanya urun angan tapi segeralah untuk turun tangan, meyakinkan saya bahwa cita-cita anak Indonesia perlu kita bantu untuk mewujudkannya. Dengan cara memberinya pemahaman bahwa semuanya perlu ilmu pengetahuan serta upaya yang nyata. Karena sesungguhnya tak ada hasil yang mengingkari suatu usaha.
Bagaimana Bapak berusaha membentuk citra bahwa sekolah adalah rumah yang nyaman bagi anak-anak dalam menempuh pendidikan. Lalu bagaimana Bapak berpesan dalam setiap kesempatan bahwa sesungguhnya orang tua adalah teman sang anak, bukan justru api yang menakutkan saat anak belajar di rumah. Semuanya telah membuka mata hati saya bahwa, ada sisi lain dalam pendidikan yang kadang terlupa oleh banyak orang.
Teruslah beri pemahaman kepada kami bahwa teman terbaik seorang anak sesungguhnya adalah orang tuanya sendiri. Sehingga kami para orang tua tak lagi-lagi bersikukuh memuja diri saat anak membuat kesalahan yang sebenarnya tak begitu berarti.
Langkah Bapak yang begitu lembut tapi pasti, mampu memberikan figur tentang masih adanya seorang laki-laki yang tak melulu memikirkan masalah hati. Tapi lebih kepada bagaimana mewujudkan cita anak bangsa agar tak hanya sekedar mimpi.
Bapak yang begitu inspiratif kini telah siap berdiri mandiri lagi. Karena semua bentuk kepedulian terhadap pendidikan anak negeri telah Bapak berikan jauh sebelum menduduki kursi menteri.
Selamat datang kembali Pak Anies di dalam kehidupan nyata yang begitu khidmat nan mengagumkan, yang penuh dengan dinamika anak bangsa sang pewaris Indonesia Raya.
Bapak telah berhasil membuka banyak mata bahwa pendidikan anak Indonesia adalah tanggung jawab siapa saja yang terdidik, bukan hanya jajaran guru di sekolah.
Keep cool Pak Anies... satu hal penting lainnya saya hanya ingin katakan bahwa orang baik nan bagus pasti ujiannya banyak. Tapi percayalah Pak, semakin tinggi pohon menjulang memang akan semakin kencang angin menerpa, tapi tentu akan semakin luas memandang semesta.
Tetap santai.
Tetap tenang.
Tetap pada niat dimana kaki berpijak.