Mohon tunggu...
Dewi Nurbaiti (DNU)
Dewi Nurbaiti (DNU) Mohon Tunggu... Dosen - Entrepreneurship Lecturer

an Introvert who speak by write

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Memulung, Orang Tuanya Ke Mana??

23 Juli 2015   06:31 Diperbarui: 23 Juli 2015   08:42 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Emosi saya tersulut tiba-tiba siang hari itu (18/7). Pasalnya diperjalanan saat saya dan keluarga ingin bersilaturahmi ke rumah salah satu kerabat, kami melihat dua anak perempuan sekitar usia 4 dan 3 tahun berjalan dibawah terik matahari.

 

Hal mendasar yang membuat saya mengumpat tak habis-habisnya ialah, anak-anak tersebut bukan sedang bermain, melainkan mencari barang bekas, membawa keranjang rotan dipunggungnya, dengan baju lusuh tak terurus, lengkap dengan jilbab seadanya di kepala mereka.

 

Seketika saya amat menyayangkan pemandangan ini terjadi di depan mata. Tanpa bisa menolak perputaran otak, langsung saja saya terfikir bagaimana dengan orang tuanya? Mengapa anak-anak kecil itu yang diminta bekerja?

 

Ini masih suasana Idul Fitri, hari baik, hari bahagia, semua umat islam bersuka cita, tapi mengapa ada yang tega mengeksploitasi anaknya dengan cara yang demikian?

 

Ini siang bolong lho! Panas. Terik. Adalah waktu yang menyenangkan untuk anak-anak seusia mereka bermain di dalam rumah. Lebih indah lagi kalau bisa tidur siang. Yang pasti bukan berada di jalanan sambil memulung barang bekas.

 

Bukankah telah menjadi tanggung jawab orang tua untuk membahagiakan anak-anaknya? Lalu kenapa ada yang seperti ini?

 

Apakah orang tuanya sakit sehingga tidak bisa mencari nafkah, maka mau tak mau anaknyalah yang bertanggung jawab? Masih ada sanak saudara lainnya lho yang juga bertanggung jawab atas kebahagiaan anak-anak tersebut.

 

Saya melihat dua anak perempuan itu berjalan dengan semangat diiringi tawa kecil diantara mereka.

 

Guys, saya kok mikir ya, jangan-jangan mereka ngga tahu bahwa tas keranjang rotan untuk menempati barang-barang bekas yang mereka temukan di jalan adalah pelengkap kegiatan mereka hari itu dalam mencari uang? Bisa jadi mereka mengira bahwa sambil bermain sekaligus memungut barang-barang yang bisa ditukarkan dengan uang. Walaupun dengan kata lain adalah memulung.

 

Ngga habis pikir bagaimana cara orang tuanya menyampaikan hal tersebut, meminta anak-anaknya menyusuri jalan untuk mencari barang bekas.

 

Jangan sampai ya siang bolong begini anak-anaknya bekerja sementara sang ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup mereka justru sedang menikmati tidur siang di rumah!

 

Atau orang tuanya sudah ngga ada? Kalaupun demikian adanya, telah menjadi tanggung jawab orang dewasa yang paling dekat dengannya untuk meneruskan kebahagiaan dan pendidikan mereka.

 

Dunia anak itu dunianya bermain, bukan bekerja apalagi memulung di sepanjang jalan kenangan.

 

Note : Pengen motret anak-anak itu tapi tak tega :p

 

(dnu, ditulis sambil emosi di dalem mobil menuju rumah Mbah Kumis, 18 Juli 2015, 14.00 WIB)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun