Emosi saya tersulut tiba-tiba siang hari itu (18/7). Pasalnya diperjalanan saat saya dan keluarga ingin bersilaturahmi ke rumah salah satu kerabat, kami melihat dua anak perempuan sekitar usia 4 dan 3 tahun berjalan dibawah terik matahari.
Â
Hal mendasar yang membuat saya mengumpat tak habis-habisnya ialah, anak-anak tersebut bukan sedang bermain, melainkan mencari barang bekas, membawa keranjang rotan dipunggungnya, dengan baju lusuh tak terurus, lengkap dengan jilbab seadanya di kepala mereka.
Â
Seketika saya amat menyayangkan pemandangan ini terjadi di depan mata. Tanpa bisa menolak perputaran otak, langsung saja saya terfikir bagaimana dengan orang tuanya? Mengapa anak-anak kecil itu yang diminta bekerja?
Â
Ini masih suasana Idul Fitri, hari baik, hari bahagia, semua umat islam bersuka cita, tapi mengapa ada yang tega mengeksploitasi anaknya dengan cara yang demikian?
Â
Ini siang bolong lho! Panas. Terik. Adalah waktu yang menyenangkan untuk anak-anak seusia mereka bermain di dalam rumah. Lebih indah lagi kalau bisa tidur siang. Yang pasti bukan berada di jalanan sambil memulung barang bekas.
Â
Bukankah telah menjadi tanggung jawab orang tua untuk membahagiakan anak-anaknya? Lalu kenapa ada yang seperti ini?
Â
Apakah orang tuanya sakit sehingga tidak bisa mencari nafkah, maka mau tak mau anaknyalah yang bertanggung jawab? Masih ada sanak saudara lainnya lho yang juga bertanggung jawab atas kebahagiaan anak-anak tersebut.
Â
Saya melihat dua anak perempuan itu berjalan dengan semangat diiringi tawa kecil diantara mereka.
Â
Guys, saya kok mikir ya, jangan-jangan mereka ngga tahu bahwa tas keranjang rotan untuk menempati barang-barang bekas yang mereka temukan di jalan adalah pelengkap kegiatan mereka hari itu dalam mencari uang? Bisa jadi mereka mengira bahwa sambil bermain sekaligus memungut barang-barang yang bisa ditukarkan dengan uang. Walaupun dengan kata lain adalah memulung.
Â
Ngga habis pikir bagaimana cara orang tuanya menyampaikan hal tersebut, meminta anak-anaknya menyusuri jalan untuk mencari barang bekas.
Â
Jangan sampai ya siang bolong begini anak-anaknya bekerja sementara sang ayah dan ibu yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup mereka justru sedang menikmati tidur siang di rumah!
Â
Atau orang tuanya sudah ngga ada? Kalaupun demikian adanya, telah menjadi tanggung jawab orang dewasa yang paling dekat dengannya untuk meneruskan kebahagiaan dan pendidikan mereka.
Â
Dunia anak itu dunianya bermain, bukan bekerja apalagi memulung di sepanjang jalan kenangan.
Â
Note : Pengen motret anak-anak itu tapi tak tega :p
Â
(dnu, ditulis sambil emosi di dalem mobil menuju rumah Mbah Kumis, 18 Juli 2015, 14.00 WIB)