Â
Menulis adalah komunikasi yang paling haru antara saya dengan Tuhan saya. Menyampaikan semuanya kepadaNya, tanpa suara, namun kadang dengan air mata.
Â
Menulis adalah kekasih terbaik saya, yang telah mampu membuat saya bahagia, kapanpun dan dimanapun. Menulis akan selalu bersama saya.
Â
Tak banyak yang membuat saya khawatir jika suatu hari nanti saya tidak bisa menunaikan kecintaan saya ini. Hanya terbayang bila suatu saat nanti jari-jari ini tak lagi ada, mata ini tak mampu melihat lagi, bagaimana saya bisa menggelegarkan gumulan passion ini. Namun di hati yang paling dalam, tak ada yang bisa menghalangi, menulis akan tetap menemani sampai saya mati. Saya berucap, pasti nanti akan ada yang menuangkan dalam tulisan. Saya berkata, pasti nanti akan ada yang merangkaikan.
Â
Saya tidak memilih menulis. Tapi menulislah yang memilih saya. Hati saya yang terpaut dengan dunia tulis menulis ini. Jiwa saya yang telah terrasuk dengan kegiatan tulis menulis ini. Dan persatuan antara hati dan jiwa itu telah berhasil mengajak seluruh satu kesatuan diri saya yang akhirnya tak bisa menolak gairah ini. Dan kini hidup saya senantiasa ditemani dengan menulis, menulis dan menulis.
Â
Kadang keadaan hati yang kurang baik, sedang sedih misalnya, membuat saya kurang bisa menikmati keasyikan dunia tulis menulis. Ataupun kondisi raga yang amat lelah, kadang berhasil membuat saya alpa, hingga akhirnya tak satupun tulisan berhasil lahir dari jari-jari tangan ini. Otak bekerja, namun kadang tak seirama dengan hati dan raga.
Â