Seorang imam istimewa yang tidak pernah lupa mengajak kami sholat berjamaah.
Seorang suami yang tidak ada bandingnya bagi ketidakrelaannya melihat saya kini, berlelah-lelah setiap hari.
Seorang laki-laki penyabar yang senantiasa tersenyum dalam ketidaksetujuannya atas keputusan saya.
Seorang suami tanpa kata-kata namun anggukan dan senyumnya adalah arti untuk ridho bagi semua aktivitas saya.
Seorang suami yang tidak bisa lagi saya ceritakan, karena saya terlalu bahagia telah ada di sampingnya.
Karena dia,
Adalah malaikat yang tampak nyata di depan mata saya.
(dnu, ditulis di bis dalam perjalanan acara kantor, 18 Juni 2014, 16.20)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H