Mohon tunggu...
Dewi Murniati
Dewi Murniati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Terbuka

seorang mahasiswa yang ingin kembali menekuni dunia fiksi dengan segala imajinasi dan kreasi tanpa ada sensasi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Tentang Amarah Dalam Diri

1 April 2023   22:59 Diperbarui: 1 April 2023   23:04 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah dengan pahala yang berlipat-lipat. Berjalan sebulan lamanya hingga tiba lebaran ketupat. Begitu banyak kita lihat, ratusan bahkan ribuan cara, atau kiat-kiat untuk mendapatkan banyak sekali pahala. Bagi saya, satu yang paling menjadi momok menakutkan ialah amarah. Siapa sih manusia yang tidak pernah marah? Mungkin kita pernah mendengar,

"Itu loh, si A. orangnya gak bisa marah." 

Yakin, orang seperti itu gak bisa marah? Tentu bisa. Mereka pun manusia biasa seperti kita, diciptakan dengan akal pikiran lengkap dengan segala nafsunya, salah satunya amarah atau rasa emosional. Lalu, kenapa mereka bisa begitu sabar?

Jawabannya ialah sebab mereka paham hakikat amarah itu seperti apa. Terdapat banyak faktor yang membuat amarah itu terkesan datar saja, seperti adanya rasa tidak enak satu sama lain, rasa acuh dan tak ingin memperpanjang masalah. Diakui ataupun tidak, ini merupakan salah satu nafsu yang kerap kali gagal diatasi oleh manusia. Ego serta keinginan untuk diakui "benar" membuat kita menjadi arogan dan terkesan tidak mau mendengarkan siapapun.

Percaya atau tidak, hal ini dapat membakar diri kita sendiri dan membuat malu. Adapun efek samping ketika sedang diliputi rasa marah yakni,

Pertama, ketika emosi memuncak, kita akan merasa apa yang kita katakan benar semua. Tak satupun boleh membantah. Apalagi kalau sampai menujuk-nunjuk sasaran kemarahan kita, akan muncul rasa bahwa "saya ini hebat".

Kedua, ketika kita berhasil meluapkan segala emosi, kita merasa seolah-olah lega. Apa benar? Belum tentu. Dimanakah definisi lega itu ketika kita tak memikirkan, baik sasaran kemarahan ataupun mereka yang mendengar setiap ucapan kita? Banyak orang lupa diri ketika sedang marah, tak hanya tentang mengeluarkan isi hati. Tetapi juga tentang berbagai efek yang mungkin ditimbulkan ketika kita sedang marah. Khususnya ucapan-ucapan kita ketika sedang marah.

Ketiga, untuk kondisi marah yang paling menakutkan. Bukan tidak mungkin kita akan melakukan berbagai cara agar kita merasa "Puas". Hingga tak jarang kita temukan berbagai berita penganiayaan, pelecehan, perundungan bahkan kasus pembunuhan hanya karna amarah.  

Lantas, apa yang dapat kita lakukan untuk dapat menahan nafsu amarah itu, terlebih di bulan suci Ramadhan ini. Beberapa diantaranya,

Pertama, ketika ada sesuatu yang memancing emosi terutama ketika sedang berpuasa, cara awalnya ialah diam. Tahap awal kita mungkin akan merasa sulit, sehingga menampakkan wajah seram dalam diam tersebut. Jika demikian, baiknya kita menghindar.

Kedua, pikirkan alasan saat kita marah. Amarah diperlukan atau tidak dalam masalah tersebut. Jika memang perlu, tenangkan diri terlebih dahulu. Resapi semuanya hingga akhirnya gejolak emosi itu mereda. Kemudian bicarakan baik-baik dan luruskan secara empat mata dengan pelaku kemarahan itu. luapkan apa saja yang membuatmu kesal dan apa yang seharusnya ia lakukan.

Ketiga, jika masih merasa marah. Diamlah selama tiga hari, jangan lebih. Selama itu, tanhanlah lisan dari segala ucapan yang kita sendiri pun tak senang mendengarnya. Serta coba renungkan kekesalan itu. untuk saya pribadi, saya selalu luluh pada fase ini. Merasa semua kemarahan yang saya ingin keluarkan sudah tidak berguna lagi, selaras dengan lunturnya kemarahan itu.

Keempat, kita dapat menggunakan anjuran Nabi Muhammad saw perihal mengatasi diri disaat sedang marah.

Rasulullah bersabda: "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR. Ahmad, Abu Daud)

Dari Urwah As-Sa'di, Nabi SAW bersabda: "Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu." (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Berdasarkan kedua hadist diatas, kita dianjurkan mengambil posisi rendah ketika sedang marah dan berwudhu untuk meredakannya. Mungkin tak terdapat label ampuh, namun jika kita benar-benar ingin meredam amarah, InsyaAllah dengan itu semua, amarah akan mereda dengan sendirinya.

Demikian beberapa efek samping dan cara mengatasi datangnya amarah itu sendiri. Taka da label mutlak bahwa amarah itu akan hilang. Tapi sedikit demi sedikit kita akan terbiasa untuk tak selalu terpancing amarah itu. terlebih ketika sedang berpuasa, tak jarang hal yang tak kita inginkan muncul begitu saja. Hal ini merupakan bentuk ujian yang nantinya akan membuat kita tenang dengan sendirinya. Wallahu a'lam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun